Senin, 11 Juni 2012

Anak-anak dan Remaja dengan ‘Gadget’nya : Tanamkan Iman Sejak Dini




By Christie Damayanti

13394273731014043629
topnews.in
Hampir semua orang hanya melihat 1 sisi saja dari kemajuan teknologi. Jika orang itu berjaya dengan kehidupannya, dan dia termasuk mau dan ingin tahu dengan gadget dan dunia maya, dia akan menganggap gadget dan dunia maya merupakan ’sahabat’nya. Tetapi jika seseorang pernah tersakiti di dunia maya, atau dia tidak mau ambil bagian dengan kemajuan teknologi, dia akan menganggap bahwa gadget dan dunia maya hanya membawa masalah dan bencana …..

Awalnya, adalah anak2, sebelum menjadi seorang remaja. Anak2 adalah miniatur orang dewasa dan pemikirannya masih sangat antusias terhadap semua masalah. Dia tidak berpikir tentang bahaya. Dia tidak berpikir tentang keinginan yang aneh2 dan dia tidak pernah berpikir tentang hukum. Dia akan terus bertanya, bertanya dan bertanya lagi. Dunia sangat membuat antusias untuk terus bertanya dan kadang2 mencari jawabannya sendiri ketika dia tidak puas dengan jawaban2 yang mengambang …..

Ketika anak2 bertanya tentang gadget dan dunia maya, apakah kita bisa menjawabnya? Misalnya, suatu saat anakku sewaktu masih kecil bertanya,

“Ma, aku boleh ga pinjam handphone mama untuk menelpon temanku?”

Aku membolehkannya. Dia asik dengan catatan nomor telpon temannya dan aku hanya memperhatikannya saja. Dan anakku memencet tombol2 untuk tersambung dengan temannya. Itu anakku sewaktu kelas 1 SD, aku ingat sekali! Itu sekitar 10 tahun lalu, tahun 2002. Bahwa seorang anak sudah bisa menggunakan telpon seluler untuk menelpon temannya. Dan yang lebih mengherankan aku, ternyata dia sudah mahir bermain GAME di hp ku! 

Dan juga dia bisa mencari gambar2 dari temannya yang dikirm lewat bluetooth. Waktu itu belum ada internet di handphone tetapi anakku sudah bisa menggunakan gadget canggih untuk bermain ……

Ketika anakku mulai besar, papanya membelikan hp sederhana, hanya untuk telpon dan sms. Dia senang sekali dan setiap saat dia mencari tahu apa yang bisa dikerjakan oleh hp sederhana itu dan tidak berapa lama, dia bosan dan meminta papanya untuk membeli yang baru. Itupun ‘dilalapnya’ hanya beberapa bulan dan terus berulang, jika dia sudah bisa melakukan semuanya pada gadget itu.
Terus berulang, menjadikan anakku memang jauh lebih pintar dibanding kami orang tuanya. Dan selama itu, anakku sangat betah dirumah, utak utik gadgetnya sampai dia bosan.

Ketika dia bertanya, apakah dia bisa meminta aku berlangganan internet di hpnya, aku mulai waswas. Waktu itu belum ada bb, sekitar tahun 2005. Tetapi, aku sudah melihat bahwa anak ini sangat bisa dibanggakan dengan ‘dunia utak utik gadget’ nya. Ok, aku membelikn paket internet dengan terkontrol ( waktu itu ). Hp nya aku berikan jika weekend dan aku tetap bisa membuka apapun yang anakku kerjakan di hp nya.

Lalu anakku semakin dewasa, sungguh, aku tidak bisa mengawasinya lagi. Dia sudah besar. Uangpun ada, sebagai uang saku ( dia sangat berhemat untuk tidak jajan, tetapi dia bisa membeli banyak barang sesuai dengan hobynya ). Walau ketakutanku terus ada tentang dampak2 negatif gadget dan dunia maya, aku berusaha meminimalisir untuk anakku tidak pernah menerimanya atau justru melakukannya!

Konsep keterbukaan aku tanamkan untuk anak2ku, termasuk hubungannya dengan teknologi. Dan aku berusaha untuk ‘masuk’ di dunianya, untuk aku tahu apa yang dia inginkan.

Misalnya, dia memang sangat suka bermain alat musik ( gitar dan biola ) serta game online. Ketika dia sedang di depan laptopnya, aku tanya, apa yang dia lakukan. Ternyata dia sedang mencari accord sebuah lagu untuk iringan gitar kesayangannya. 

Aku tertarik dengan caranya, mencari accord gitar, mempelajarinya sampai dia bisa memainkan lagu itu. Tidak lama, hanya 1/2 sampai 1 jam dia mempelajarinya, dan setelah itu kami bernyanyi bersama setelah beberapa kesalahan. Kebetulan, dia suka lagu2 lama yaang dinyanyikan ulang penyanyi2 baru sekarang ini, sehingga aku bisa mengikuti kegiatannya, karena aku juga menyukai lagu2 yang anakku senangi.

Ada lagi, ketika dia mulai mencari tahu, apa yang aku lakukan dengan laptopku, sejak aku sakit sekitar 2,5 tahun lalu. Dia mulai tahu tentang kegiatanku menulis di Kompasiana. Dan ketika dia tertarik untuk mengikuti tulisan2ku, aku sering bercerita tentang tulisan2ku, walau merupakan tulisan dewasa, seperti tulisan2ku di kanal ‘kejiwaan’. Pun aku bercerita padanya, bahwa itulah dunia dewasa, dunia yang juga akan dialami olehnya, beberapa tahun lagi.

Keterbukaan ini adalah keinginanku untuk kita selalu bisa masuk kedalam ‘dunianya’, walau aku tetap tidak tahu apa yang ada di kepalanya. Apakah dia hanya berpura2 saja untuk aku tentang kegiatannya di dunia maya, dan setelah aku ‘meleng’, dia membuka2 situs yang dia mau? Atau apakah dia sebenarnya sudah tahu dan mengerti sekali dengan bahaya2 dunia maya? Kita tidak pernah mengetahuinya, walau kita sudah berusaha untuk berada dalam hatinya. Apalagi, jika kita justru sama sekali bertidak masa bodoh terhadap anak2 dan remaja kita.

Tetapi, jika penanaman iman dan budi pekerti ada sejak awal, aku sangat yakin bahwa anak2 dan remaja kita bisa terkontrol sebagai pemilik masa depan. Aku tidak tahu, apakah Dennis, anakku yang memang sangat tertarik dengan dunia IT ini merupakan anak yang benar2 yang aku harapkan, tetapi aku sangat yakin bahwa kehidupanku besama dengan anak2ku sedikit banyak membuat anak2ku peduli dengan masa depannya.

Sebagai remaja, dia pasti tetap berada pada keingin-tahuan yang besar terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan hobinya. Itu wajar dan manusiawi. Tetapi, jika kita tidak peduli dengan keingin-tahuannya yang besar dan kita ‘melepaskan’ anak kita di ‘hutan belantara’ dunia maya yang penuh onak duri, itu sama saja bunuh diri dan tidak peduli akan masa depannya. Penanaman iman dan budi pekerti sejak awal sangat membantu di masa depannya …..

Dan ketika mereka beranjak dewasa sekarang ini, aku sungguh percaya bahwa anak2ku akan baik2 saja karena dengan iman, pengharapan dan kasih, mereka akan tetap berbuat sesuatu dengan sadar, bahwa Tuhan menghendaki yang terbaik bagi masa depannya dengat terus bersandar apa yang diinginkan Tuhan untuk mereka …..

Mari kita mulai menanamkan iman dan budi pekerti untuk anak2 dan remaja kita sejak sedini mungkin, untuk dapat membuat mereka selalu berkenan dihadapan Tuhan ……

Salamku …..

Artikel sebelumnya tentang dunia internet :

Relakah Remaja Kita Sebagai ‘Pencuri Akun’ Masa Depan Dunia Maya?

13394274321887631584




Tags: ,

0 Responses to “Anak-anak dan Remaja dengan ‘Gadget’nya : Tanamkan Iman Sejak Dini”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks