Selasa, 05 April 2011
Manajemen Fisik Kota Jakarta (26)
Selasa, 05 April 2011 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Konsep pengadaan bangunan dan fasilitasnya
Selain itu dipertimbangkan untuk
dibangun Sekolah Seni yg mempunyai fasilitas penunjang seperti Pusat
Kebudayaan, Concert Hall, Gedung Opera, Perpustakaan serta Panggung
Terbuka. Pengembangan selanjutnya dapat dipikirkan hal2 dibawah ini :
1. Dibuat ‘ dunia bawah tanah’
berupa pertokoan modern sebagai penunjang keberadaan daerah wisata
diatasnya, seperti banyak terlihat di nagara2 maju.
Diatasnya adalah jalan, kita bisa
menyeberang jalan lewat pertokoan modern di bawah tanah. Kita bisa juga
duduk2 menikmati suasana lingkungan.
2. Sediakan 1 jalur jalan dan
digunakan sebagai ‘City Walk’ seperti terlihat di Universal Sudio yg
sarat akan toko cindera mata dan berbagai informasi menarik yg
berhubungan dengan daerah tersebut.
‘City Walk’ Universal Studio, adalah
pedestrian yg penuh dengan informasi tentang studio. Kita bisa juga
membuat seperti di Pasar Seni Ancol, dibuat memanjang dengan banyak
toko2 cindera mata dan informasi tentang Jakarta.
Konsep ‘City Walk’ di Tokyo
sepertinya sedikit lain. Bukan untuk berbelanja atau untuk mencri
informasi, tetapi lebih ke ‘berjalan denga santai, menikmati alam di
tengah2 kota’.
Juga ‘City Walk’ di Melboune ini.
Dengan konsep pedestrian yg luas, diharapkan warga dan wisatawan bisa
menikmati suasana kota tanpa diganggu kebisingan dan keruwetan ’shoping’
atau arus informasi.
‘City Walk’ di Heidelberg Jerman ini
hampir sama dengan konsep Universal Studio, bedanya hanya toko2 tanpa
infomasi yg memang dibutuhkan. Disini kita hanya berjalan2 dan
berbelanja saja.
3. Membntuk kembali fungsi
‘benteng’ yg sudah runtuh mendekati aslinya dan digunakan sebagai
animasi kejadian masa lampau, seperti terlihat di Benteng Alamo di San
Antonio Texas.
Benteng Alamo, Texas. Didalamnya
adalah fragmen dimensional tentang perjuangan Davy Crockett. Dimalam
hari, terlihat suasana yg’magis’ dan bisa membuat kita kembali ke masa
silam.
4. Memperbaiki museum2 yg ada dan
difungsikan sebagai museum dimensional, maksudnya selain sebagai tempat
pajangan benda2 lama juga sebagai pusat informasi secara multi media
seperti di banyak Museum Pendidikan dan Science di negara2 maju.
Museum Science di London, berisikan
bukan hanya benda2 lama tetapi bisa digunakan atau bisa di coba, seperti
mencoba sebuah mobil disini.
5. Mengembangkan trem listrik di
daerah wisata yg mungkin juga akan berkembang di luar daerah wisata
sebagai pengganti bus kota yg menyebabkan polusi, seperti di San
Francisco atau di Amsterdam.
Trem di San Fransisco yang bisa dipakai oleh wisatawan berputar2 kota tetapi juga bisa dipakai transpotasi oleh warga.
Trem Amsterdam juga bisa dipakai oleh warga selain dipakai oleh wisatawan.
Pengadaan bangunan di daerah wisata ini
akan dikembangkan dan disesuaikan dengan keadan masa2 yg akan datang.
Konsep diatas hanya merupakan konsep awal yg saya pikir sangat sesuai
dan relevan dengan keadaan sekarang.
Ketinggian bangunan dan tampak dapen
bangunan / façade disesuaikan dengan keadaan bangunan. Untuk bangunan2
yg baru / akan dibangun, sebaiknya disesuaikan dengan keadaan bangunan,
juga disesuaikan dengan fungsi bangunan itu sendiri. Misalnya, untuk
museum pendidikan / science, dapat sedikit berbau high-tech yg
digabungkan dengan unsur Batavia Lama.
Bandingkan dengan Museum Fatahillah
Jakarta dan City Hall Berlin dan City Hall San Francisco serta Central
Station Amsterdam. Mereka bisa merawat bangunan2 kuno, tetapi mengapa
kira tidak bisa? Museum Fatahillah tidak kalah menarik dan cantik nya
dibandingkan mereka, bukan ?
Sebaiknya, didepan bangunan2 ini
disediakan jalur pedestrian yg cukup besar dilengkapi dengan asesoris
perkotaan dan taman2 yg dipenuhi oleh berbagai tanaman dan bunga2an
sehingga sangat nyaman dilalui oleh pejalan kaki sambil bersantai dan
berpiknik dengan keluarganya, seperti di negara2 Eropa : Amsterdam (
lihat tulisan : Mengamati Arsitektur dan Lingkungan di Amsterdam ) , Venesia, Hyde Park di London, atau Central Park di New York ( lihat tulisan : Central Park New York: Kawasan ‘Hutan Kota’ dan Bagian dari Paru-Paru Dunia ), Fremantle di Perth atau di San Antonio Texas ( Lihat tulisan : River Walk: Pedestrian yang Sangat Romantis dan Berwawasan Lingkungan di Tepi Sungai San Antonio ) dan di banyak tempat di seluruh dunia.
Jarak antar bangunan baru juga harus
diperhatikan agar mempunyai skala yg manusiawi dan nyaman untuk
bercengkerama dengan keluarga. Misalnya, jangan ada bangunan baru yg
saling berhimpitan sehingga skala ruang secara keseluruhan menjadi kabur
dan tidak ada tempat untuk sekedar duduk dan menikmati suasana
lingkungan.
Bangunan2 kuno ini, justru
dipertahankan oleh Belanda. Di rawat dan dijadikan ‘wisata’. Antara
bangunan2 dengan sungai terdapat pedestrian, biasanya warga dan
wisatawan duduk2 hanyak menikmati suasana tanpa berbuat apa2.
Pengadaan cafe2 terbuka yg banyak
terdapat di Paris atau di Roma sangat membantu wisatawan dalam menikmati
lingkungan. Karean di Jakarta panas, banyak pepohonan rindang dan pohon
hias mutlak diperlukan ditambah desain taman yg nyaman akan menjadikan
lingkungan panas menjadi lebih sejuk.
Jalan2 di Roma dipenuhi oleh cafe2
di pinggir jalan hanya untuk duduk2 warga dan wisatawan yg menikamti
suasana wisata sekelilinginya.
Juga di Paris, banyak jalanan dipenuhi oleh cafe2 pinggir jalan. Nyaman dan menarik, bukan?
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Manajemen Fisik Kota Jakarta (26)”
Posting Komentar