Selasa, 22 Maret 2011
Resume Jakarta : Skematik Pemikiran
Selasa, 22 Maret 2011 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Konsep2 Jakarta seperti yg saya buat ( lihat tulisan Sedikit Pemikiran untuk Jakarta : Manajemen Pembangunan terhadap Pertumbuhan Fisik Kota ( Bagian : 1 ) sampai
dengan Bagian : 24 dan akan masih berlanjut terus, sebenarnya jika kita
memang hendak ‘memiliki’ Jajarta yg seperti itu, kita harus punya
‘ukuran’ bahwa : ‘Seberapa jauh konsep2 itu dilaksanakan dan bagaimana patokannya?’. Beberapa konsep ini memang termasuk konsep pemda dan beberapa memang sudah dilaksanakan. Tetapi, bagaimana dengan patokannya ?
Untuk itu, kita harus melihat, bahwa
konsep2 Jakarta ini bertitik tolak dengan RUTR / RBWK / RTRW tahun 2005 -
2010. Dan setelah kita melewati tahun2 tsb, kita harus melihat, apakah
konsep2 tersebut dilaksanakan ? Dan berapa jauh sudah dilaksanaka oleh
pemerintah daerah DKI ?
Serial ini, merupakan serial baru,
merupakan sedikit pemikiran dan data tentang resume dari Jakarta
membangun. Semua data ini, mungkin bisa menjadi sedikit pemikiran kepada
pemda dan warga Jakarta, bahwa ‘beginilah Jakarta sekarang, dan apa yg mau kita perbuat untuk Jakarta yg akan datang ?’. Karena, saya sering berdiskusi dengan seseorang yg memang memiliki dedikasi tentang Jakarta dan beliau tahu sekali ‘bagaimana
Jakarta itu’, bahwa ‘kita tidak memiliki resume tentang hasil kegiatan
pembangunan berdasarkan RUTR / RBWK / RTRW dari tahun2 sebelumnya,
bahkan sampai sekarang !!!
Lalu, jika kita tidak mempunyai resumenya,
sekarang bagaimana kegiatan pembangunan Jakarta RUTR / RBWK / RTRW 2030
yg akan datang ? Apakah titik tolaknya ?
Skema pemikiran konsep Jakarta :
Baiklah, sedikit pemikiran untuk Jakarta ini, semoga mungkin berguna bagi pemda dan warga Jakarta.
Dasar konsep perencanaan kota Jakarta mempunyai ikatan2 yg tidak bisa lepas dari :
1. Misi masa depan Jakarta
2. Orientasi pada warga Jakarta
3. Membuat Jakarta secara skala regional sampai internasional
4. Karakter lokal Jakarta
5. Komprehensif dan harus di koordinasi
Misi Jakarta selalu berhubungan dengan
semua warga Jakarta. Dan semua warga Jakarta harus ‘bergandengan tangan’
untuk membuat Jakarta menjadi lebih baik.
Semua ini sudah dijelaskan pada tulisan2
terdahulu, dimana kesemuanya tetap harus dibuat komprehensif dan
terkoordinasi. Jika tidak komprehensif, Jakarta akan menjadi kota yg
‘tambal sulam’. Misalnya, adanya pembangunan apartemen untuk warga kelas
bawah. Seharusnya, itu benar2 untuk warga kelas bawah. Tetapi ternyata
yg membelinya adakah warga menengah dan beberapa malah mengambil ebih
dari 1 unit untuk dibuat ko2an atau hanya investasi dan bisa dijual
dengan lebih mahal. Dan ternyata, warga kelas bawah, mendirikan gubug2
liar lagi ….. dan itulah, ternyata konsep apartemen untuk warga kelas
bawah tidak sukses dan tetap ‘tambal sulam’ …..
Setelah dengan berbagai macam pemikiran,
sebenarnya kita harus menjadikan ‘Jakarta masa depan’. Bahwa Jajarta
harus ada di abad-21 dalam era globalisasi dan sistim infomasi yg
canggih dan teknologi tinggi.
Tetapi dengan Jakarta menjadi Jakarta yg berteknologi tinggi, tidak seharusnyalah Jakarta meninggalkan konsep2 ‘humanis’,
sabagai kota yg ramah lingkungan dan kota yg mempunyai penduduk ramah
dan ‘friendly’ terhadap warga Negara tetangga serta menghadapi
permasalahan2 yg menghadang, bukan menjadi Jakarta yg seperti ‘robot’
karena hanya mampu menyelesaikan masalah diri sendiri, itupun tidak
tuntas :
1. Jakarta yang megapolis : kota yg melayani ( service city )
2. Jakarta yang sosiogenic : sense of belonging
3. Jakarta yang metropolis : kota yg penuh kasih
4. Jakarta yang ecopolis : kota dengan wawasan ingkungan
5. Jakarta yang humanopolis : ‘community’
6. Good governance
Konsep2 Jakarta yg melihat dari ‘dalam’
dari warga Jakarta ini lah yg harus kita pastikan ada, karena jika warga
Jakarta tidak mempunyai ‘konsep2 dasar hati’, tidak mungkin Jakarta
akan bisa ke’kelas’ negara2 maju, bahkan sedikitnya seperti negara2
tengga yg notebene mempunyai karakteristik dan merdeka sama seperti
Jakarta / Indonesia.
Jakarta di abad-21 pasti akan selalu
dipengaruhi oleh arus globalisasi, baik dari fisik kota atau dari ‘hati’
warga kota. Lalu, apakah pengaruhnya? Baikkah atau burukkah ? Itu yg
bisa juga mempengaruhi Jakarta di masa depan, seperti seorang anak kecil
yg mulai sekolah sampai dia dewasa, akankah anak tersebut menjadi anak
yang baik atau anak yg tidak baik ? Itu tergantung dari orang tuanya yg
mendidiknya. Demikian juga Jakarta, itu tergantung dari warga ( termasuk
pemdanya ) Jakarta, bukan ?
Apakah kita bisa mengikuti arah
‘Jakarta menjadi lebih baik?’ Jika tidak, kita akan mendapati bahwa
beberapa tahun lagi, Jakarta akan menjadi lebih buruk dari yg sekarang
ini.
Demikian juga tentang karakter lokal,
misalnya tentang bangunan2 bersejarah atau tentang budaya Jakarta.
Karakter lokal bisa dan harus menjadikan Jakarta masa depan. Misalnya,
banyak negara2 maju tetap mengikuti karakter lokal, sehingga justru,
negara2 tersebut menjadi ‘khas’ disbanding negara2 yg ain : siapa yg
tidak kenal suku Aborigin? Siapakah tidak mengenal budaya2 Jepang ? Atau
siapakah yg tidak mau berkunjung di Eropa atau di China dengan
bangunan2nya yg khas?
Tetapi, bagaimanakah dengan Jakarta? Justru
malah bangunan2 bersejarah dihancurkan dan diganti dengan bangunan baru
….. ‘poor Jakarta’ …..
Bagaimana dengan persaingan internasional?
Mau tidak mau, Jakarta harus menuju dan maju ‘perang’ di medan
pwrsaingan internasional, untuk menjadikan Jakarta sebagai kota yg maju
dan ’survive’ ( bertahan ).
Dengan adanya Jakarta bisa lolos dari
pengaruh globalisasi yg buruk dan Jakarta bisa bertahan dan selalu maju
dalam persaingan internasional serta dengan Jakarta bisa mempertahankan
karakter dan budaya lokal, di pastkan bahwa Jakarta akan survive dan
mempunyai karakter dan wawasan internasional ———-à
JAKARTA BERKARAKTER.
Sedangkan untuk kita bisa membandingkan
apakah Jakarta benar2 bertahan dan bisa terus maju, bisa diadakan
sedikit riset dengan beberapa kota / negara2 maju ( saya mencoba membuat
riset kecil2an untuk nagara2 / kota Osaka ( Jepang ), Seoul ( Korea )
Singapore dan Los Angeles ( Amerika ) yg mana akan saya jelaskan pada
bab2 selanjutnya.
Kita sebagai warga Jakarta, harus
menjadikan hubungan antar warga Jakarta / Indonesia dan antar warga
kota2 / negara2 lain menjadi lebih baik, karena jika kita menjaganya,
maka kita akan bertambah lebih baik. Karena bila kita selalu bertengkar,
bagaimana Jakarta bisa lebih baik ?
Hubungan antar kita, akan ‘bersinergis’ menjadi hubungan sejajar untuk menuju tujuan Jakarta.
Jakarta yg berkarakter akan bisa
dipengaruhi juga oleh arus globalisasi. Tetapi dengan adanya system
control ( contolling system ) dari peraturan2 daerah atau nasional,
Jakarta akan menjadikan :
1. Berciri khas
2. Metropolis
3. Nyaman
4. Indah
5. Sehat
6. Pendidikan
7. Religius
8. Sukses Mempunyai visi
9. Terdepan
Terlalu bombastis ??? Mungkin ya, mungkin
tidak ! Kita, sebagai warga Jakarta tetap harus menggantungkan cita2
setinggi langit. Saya membuat konsep Jakarta tidak asal2an, dengan
banyak study dan melihat dari dekat tentang kota2 / negara2 maju.
Mengapa negara2 tetangga mampu, yg notebene berkarakter hampir sama
dengan Jakarta, tetapi Jakarta / Indonesia tidak mampu ? Ataukah memang
‘belum mampu?’
Tinggal kitalah warga Jakarta
yang harus memilih, apakah kita ingin tinggal di Jakarta yg seperti
ditulis diatas, ataukah kita hanya mau dan mampu hidup di Jakarta yg ada
sekarang ini ?
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Resume Jakarta : Skematik Pemikiran”
Posting Komentar