Rabu, 30 Maret 2011
Perangko-perangko Tua (Indonesia) yang Langka dan Menawan
Rabu, 30 Maret 2011 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Salah satu koleksiku adalah koleksi
perangko, sejak aku SD. Dengan belajar dari mamaku dan menatanya
bersama2, koleksi perangkoku dan mamaku, menjadi bertambah banyak dengan
tukar menukar sesama kolektor dan aku mulai sangat menikmatinya.
Koleksi perangkoku bukan hanya dari Indonesia, tetapi perangko2 dari
seluruh dunia. Ini koleksi perangkoku, baru yang dari Indonesia dan
hanya yg ‘tua’ serta ‘langka’.
Sejarah surat menyurat di Indonesia,
sudah ada sejak jaman kerajaan Mulawarman, Sriwijaya, Tarumanagara,
Mataram, Purnawarman dan Majapahit. Pada waktu itu, penyampaian surat
dilakukan oleh pengantar surat khusus.
Untuk surat menyurat, biasanya ditulis
di berbagai bahan, seperi kulit kayu, potongan bamboo yg dibuat rata
atau di atas daun lontar. Tetapi sejak edatangan Belanda ke Indonesia,
merupakan awal dimulainya penggunaan kertas untuk surat menyurat, tetapi
biaya pengirimannya masih dibayar dengan uang tunai sampai digunakan
perangko Hindia Belanda yg pertama pada tahun 1864, sedangkan perangko
pertama kalinya di dunia diterbitkan di Inggris tahun 1840.
Beberapa perangko langka / tua yg
diterbitkan oleh jaman Hindia Belanda, seperti foto diatas ini. Aku
hanya untuk koleksi saja …..
Perangko2 jaman Hindia Belanda ini,
tertera tulisa “10 cent”, ini yg pertama di keluarkan dan dipakai di
Indonesia, bergambar Raja Willem III. Biasanya, juga memuat tulisan
“Nederl” , juga “Indie”. Dicetak di Belanda ( kota Ultrecht ) dan
desainnya oleh JW. Kaiser dari Amsterdam.
Nominalnya bermacam2 : 10 cent - 12,5
cent - 15 cent. Gambarnyapun bermacam2. Mayoritas gambar Raja Willem
III. Dan juga, ada perangko dari jam Jepang dengan nominal 5 cent dan
20 cent. Menarik bukan ? Foto di atas, di baris 1 sampai 3 adalah
perangko tertua aku. Setelahmya, semakin muda sampai sekarang.
Jaman kemerdekaan terdapat perangko2
khusus tahun 1945 - 1950 ( 3 baris di foto atas ini ). Pada 17 Agustus
1945, Indonesia membuat perangko khusus dengan beberapa nominal ( aku
hanya 1 nominal : 15 sen ) dan pada jama RIS dengan gambar bendera
Indonesia dengan nilai nomnal 15 sen dengan 2 ukuran, dan 1 perangko
dengan tulisan “17 Agoestoes 1945″ tanpa gerigi.
Pada baris kedua, merupakah hasil
desaner tentang pembacaan Naskah Kemerdekaan. Perangko ini termasuk
langka dan dicari oleh banyak kolektor.
Di baris ketiga, adalahperangko
“Kembali ke UUD 1945″ dengan nilai nominal 20 sen, 50 sen, 75 sen dan
Rp.1,50. Ini juga termasuk perangko langka.
Seorang sahabat, bapak Lutfie, pada waktu aku berbicara di seminar di Museum Perangko ( lihat tulisanku Kompasiana dan Museum Perangko, Membuat Aku Mulai Bisa Merefleksikan Diri di Balik Ketidak-sempurnaanku ), memberikan ‘copy’ tanda tangan Bung
Hatta dan Bung Adam Malik di atas “Sampul Hari Pertama” salah satu
peranko Indonesia, dan akan aku simpan.
Copy tanda tangan Bung Hatta dan tanda tangan Bung Adam Malik.
Ada perangkoku jaman Republik Indonesia
Serikat ( RIS ) dengan nilai nominal 2 sen, 5 sen dan 10 sen. Itu
sebenarnya tidak khusus dicetak, tetapi saat itu, RIS ingin dipakai
sebagai perangko, sehingga, cetakannya ditambahkan RIS ….. ini juga
perangko langka …..
Dan perangko yg seperti itu (
ditambahkan dengan cetakan khusus dan langka ) adalah : Irian Barat (
foto diatas baris ke 4 ). Indah sekali, bukan ?
Cetakan
Irian Barat juga ada di foto ini, tentang hasil bumi Indonesia ( baris
ke 4 dan 5 ), juga materai cetakan Irian Barat dengan nilai nominal 5
sen dan 100 sen.
Perangko sebagai karya seni, merupakan
desain dari seniman2 berbakat di seluruh dunia. Sejak tahun 1950-an,
dsain pererangku di Indonesia juga menjadi ‘karya seni perangko’. Kepala
Negara Indonesia, menjadi nilai seni dari banyak kolektor perangko di
dunia. Seperti Soekarno dan Soeharto.
Perangko2 Soekarno, menjadikan
koleksiku lebih menarik. Perangko seri Soekarno ada beberapa seri :
Conefo ( nilai nominal 1,-+1 sampai 100,-+ 25 ), tahun 1965 ( 1 sen
sampai 80 sen ), tahun 1966 ( Rp.1 sampai Rp.25 ) dan tahun 1966 ( nilai
nominal 6,- sampai 500,- ).
Seri Soekarno yang lain juga memenuhi koleksiku. Juga seri 16 pahlawan Indonesia :
Sultan Hasanuddin, Surjopranoto,
Tengku Tjhik Di Tiro, Teuku Umar, KH. Samanhudi, Kapitan Pattimura, RA.
Kartini, Tuanku Imam Bondjol, SiSingamangaradja XII, MH. Thamrin, KH.
Dewantoro, Djendal Soedirman, Pangeran Diponegoro, HOS Tjokroaminoto,
KH. Agus Salim dan Dr, Soetomo.
Ada perangko ‘khusus’ tentang RMS (
Republik Maluku Selatan ), ada di foto diatas ini di baris ke7. Aku
tidak mengerti nilai nominalnya. Perangko yg kecil, tidak mempunyai
‘gigi’, sepertinya hanya dicetak diatas kertas biasa.
Dan perangko “Save Borobudur
Monument” dicetak tahun 1968, merupakan perangko khusus dangan konsep “3
menjadi 1″ ( ada di baris ke3 ). Perangko ini, dicetak ‘panoramik’
untuk melihat relief Candi Borobudur.
Seri
pahlawan jaman PKI juga mempunyai tempat di hatiku. Kesepuluh pahlawan
itu ( Achmad Yani, DI Panjaitan, Sasuit Tubun, Harjono MT, R. Suparto,
S. Parman, Sutojo Siswomiharjo, Soegiono, Katams dan Andreas Tendean ),
aku dapatkan dari salah satu temanku dimana kita bersahabat pena.
Dan perangko tentang pahlawan Gatot Subroto, Tjut Nya Dien dan R. Dewi Sartika hanya dicetak dengan nilai nominal hanyak 15,-.
Piala Thomas Cup tahun 1958 tak luput dijadikan ‘monumen perangko’ juga ‘Tour de Java I’ dengan bersepeda yg dicetak tahun 1958.
Foto
diatas, dibaris ketiga adalah perangko hasil karya Raden Saleh. Ada 2
dengsn nilai nominal 25,- dan 50,-. Dibuat tahun 1967. Dan untuk
memperingati “100 tahun perangko di Indonesia”, PT Pos mencetaknya,
dengan bergambar perangko2 tua dan langka ( baris ke 7 ) seperti yg
sudak aku sebutkan diatas.
Perangko “100 tahun kerea api” juga
ada di koleksi ‘tua’ku ( baris ke 6 ) dan macam2 kendaraan di Indonesia (
dari tahun 1974-1974 ), bisa membuat aku betah berlama2 menikmati
perangko2 tuaku.
Perangko “Games of the New Emerging
Forces” yg dicetak tahun 1963 juga banyak yang mencarinya. Nilai
nominalnya dari 1,25 sampai 50,- sangat indah dipandang.
Beberapa perangko “Asian Games IV”
yang dicetak tahun 1962 dengan banyak nilai nominal, sangat membuat
koleksiku bertambah berharga. Aku punya 22 kegiatan berolah raga.
Beberapa perangko ini, merupakan
perangko ‘used’ ( dipakai untuk berkirim surat ) dan beberapa aku
mendaatkannya dengan tukar menukar pada waktu aku masih SD dan SMP.
Perangko2
tentang bunga, membuat koleksiku menjadi tambah semarak dangan banyak
nilai nominal. Dan perangkoku tentang “Pancasila” sangat cantik. Masing2
sila mempunyai warna2 yang berbeda2, kata2nya adalah :
1. Ketuhanan yang Maha Esa - nominal 50+15
2. Perikemanusiaan - nominal 20+10
3. Kebangsaan - nominal 25+10
4. Kedaulatan Rakyat - nominal 40+15
5. Keadilan Sosial - 10+5
Aku tidak mengerti, bagaimana konsep nilai nominal dan mengapa nilai nominal ini ‘naik turun’.
Beberapa perangko, adalah untuk
menunjukkan tentang alat musik di Indonesia, dicetak tahun 1967 dengan
nilai nominal 0,50 rupiah sampai 25 rupiah. Desain perangko ini,
menggambarkan, ada dimana alat2 musik itu, dengan keterangan yang ada di
atas masing2 perangko. Misalnya, ‘Gongsa dari Bali’ dengan nilai
npminal 5,-, ‘Rebab dari Jawa’ dengan nilai nominal 8,-. Juga ‘Kolintang
dari Sulawesi’ dengan nilai nominal 20,-. Menarik bukan?
Proses pencetakan perangko pada dasarnya
hampir sama dengan pencetakn uang. Mulai dari mendesain sampai menjadi
pebuah perangko diperlukan ketelitian dalam pengerjaannya sehingga tidak
mudah ditiru atau dipalsukan. Karenanya, hakekat perangko adaah sebagai
‘kertas berharga’ maka yg berwenang menerbitkan perangko hanyalah
Pemerintah.
Perangko2 Indonesia, menyajikan
berdasarkan banyak tema, untuk menikmati kekayaan dan keindahan alam
Indonesia. Disamping itu, kita bisa mengikuti seberapa jauh peranan
Pemerintah Indonesia dalam usaha2 kemanusiaan, pembinaan remaja melalui
pramuka dan pembinaan serta hasil2 yg telah dicapai dalam bidang olah
raga.
Bagi kita, kesadaran akan kekayaan dan
keindahan yg dimiliki bumi persada Indonesia ini, akan mempertebal
kecintaan serta kebanggaan pada tanah air sendiri. Dan dengan adanya
pengetahuan mengenai keistimewaan yg dimiliki oleh tiap2 daerah di tanah
air, diharapkan dapat menumbuhkan minat wisata pada generasi muda.
Jadi, walau bentuknya mungil, peranan
perangko dalam menunjang usaha Peerintah mengembangkan pariwisata di
Indonesia, tidaklah dapat diabaikan …..
Masih banyak koleksi perangko tua-ku.
Dan setelah diatas tahun 1980-an, koleksi perangkoku bertambah banyak,
karena aku memang bersahabat pena dan aku sudah bisa mencari dan membeli
sendiri. Dulu, setiap ada perangko baru, aku pasti ke kantor pos dan
membeli perangko2 baru itu, dan sekarang aku bisa
menikmati koleksi
perangkoku …..
Sering aku membuka2 koleksiku dan bila
ingin mencari perangko2 baru, aku ke kantor Filateli untuk mencari
perangko2 baru atau perangko2 lama yg dijual dengan lebih mahal. Jika
tidak telalu mahal, aku pasti membelinya. Mungkin koleksiku bisa menjadi
‘pembelajaran’ untuk anak2ku dan generasi2 dibawahku …..
Sumber : sejarah tentang perangko, dari Museum Perangko, Taman Mini Indonesia Indah.
Tags: filateli , hobi
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Perangko-perangko Tua (Indonesia) yang Langka dan Menawan”
Posting Komentar