Rabu, 16 Maret 2011
Pemukiman di Sebuah ‘Desa’ di Amerika
Rabu, 16 Maret 2011 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Suatu saat, sewaktu aku sedang ada di
rumah adikku di Irving - Dallas, aku sengaja survey pemukiman dan
lingkungannya, dengan mobil. Aku memang sangat tertarik dengan dunia
arsitektur dan lingkungan. Juga aku tertarik dengan tempat2 baru yg aku
selalu kunjungi.
Irving terletak sekitar 15 menit dari
Dallas di Negara bagian Texas.Buat warga California atau Florida (
daerah tourist ), Irving hanya sebyah ‘desa’ bagi mereka. Irving bagiku,
sangat menarik dan berbagai kebutuhannya lengkap. Mereka tidak harus ke
kota2 besar seperti Dallas, tetapi semua sudah ada, termasuk mall
lingkungan dan semua fasilitas2 umum. Dan sekarang, aku ingin menuliskan
tentang pemukimannya.
Lingkungan Irving, sangat luar biasa ( lihat tulisanku Becanda dan Bersahabat dengan ‘Alam’ di Irving - Dallas: Konsep Tata Kota Berwawasan Lingkungan ).
Bersih, rapid an apik, dan semua
didesain dengan ‘hati’ oleh pemerintah daerah disana. Konsepnya
terintegrasi dan konprehensif. Aku berjalan kaki, berkeliling dari rumah
adikku dan kembali lagi, beberapa putaran. Dan untuk pemukiman, aku
mengendarai mobil karena dari pemukiman 1 ke pemukiman yg lain, memang
berdekatan, tetapi masing pemukiman cukup besar, sehingga bila berjalan
berkeliling, takutnya hanya bisa berkeliling 1 pemukiman saja.
Bermula di sebuah pemukiman yg disebut
Lacebark, tempat kompleks pemukiman adikku, dan setelah itu aku ke
pemukiman yg lain : Cottonwood, Castle Hills, River Wark dan Valley
Ranch. Sebenarnya, masih banyak yg lain, tetapi sudah terlalu jauh, aku
membatasinya disini.
Memang, semua rumah di Irving tidak
memakai pagar, tidak seperti di Los Angeles atau di New York, dimana
seperti kota2 besar pada umumnya di seluruh dunia, adalah ‘tidak aman!’.
Tetapi Irving adalah sebuah ‘desa’, sebuah kota kecil yg daerahnya
relative lebih aman.
Di kompleks pemukiman Lacebark, jalannya
besar2. Antara rumah satu dengan yg lain, kadang2 tidak dibatasi dengan
pagar. Mereka merasa, hanya dengan memakai pembatas ( seperti patok ),
tidak ada masalah. Dan ternyata memang sama sekali tidak pernah ada
masalah.
Jalannya terbuat dari beton dan
tidak pernah rusak. Setiap akhir tahun, kami kesana, dan aku selalu
bertanya,”Tidak pernah ada masalah? Bagaimana dengan kerusakan2
fasilitas?”. Dan jawabannya adalah,”Tidak pernah”.
Konsepnya ‘loop’, dengan 1 pintu
masuk dan kira2 ada 200 rumah didalamnya. Kabel2 diminimaize, sehingga
hanya ada tiang listrik serta tiang penunjuk arah dan nama jalan.
Di Amerika, biasanya developer hanya
membuat beberapa rumah contoh, dan calon pembeli memutuskan sendiri,
apakah mau membeli seperti rumah contoh atau mendesain sendiri. Harganya
memang beda, tetapi pembeli lebih banyak mendisain / membawa contoh
sendiri atau membeli seperti rumah contoh tetapi di renovasi sesuai
keinginan.
Dan di Amerika, developer tidak boleh menjual hanya gambar saja, dan semuanya infra-strukturnya harus sudah ada dan berfungsi dengan baik. Suatu yg jarang ada di Indonesia …..
Walau sebuah perumahan yg ‘notebene’ di
desa dan sepi, ntara rumah dan jalan mobil tetap ada pedestriannya,
diapit antara rerumputan atau pepohonan. Lebar pedestrian itu kira2
sebesar 1,5 meter setara untuk 2 orang berjalan bergandengan tangan.
Lacebark terbaik kompleks pemukiman
menengah, yang biasanya perumahan menengah adalah keluarga dengan 2
orang anak, yg biasanya lagi, masing2 mempunyai mobil ( untuk suami
bekerja dan istri untuk mengantar anak2nya ). Konsep rmahnya adalah
garasi menjadi ‘point’ walau bukan ‘point of interest’.
Antara garasi, ada yg langsung
berhubungan dengan rumahnya, tetapi ada yg hanya sebuah garasi saja.
Tergantung selera masing2. Dan antara rumah satu dengan yg lainyg
berseberangan, berjarak 2 mobil dengan berlainan arah tetapi masih bisa
mobil parkir di sepanjang jalan masing2 rumah, sehingga jika dihitung,
jalanan di Lacebark, bisa menampung 4 mobil berjejer. Suatu desain yg
nyaman dan apik.
Masing2 rumah harus mempunyai tempat
surat dan dibeberapa tempat ada tempat sampah. Dan setiap hari Selasa
dan Jumat, petugas sampah berkeliling mengambil sampah2 yg sudah di
tutup dan dibungkus. Maka dari itu, keluarga adikku selalu memberesi
sampah2 di rumah mereka hari Selasa dan Jumat jam 9 malam, sebelum mobil
sampah yg besar tiba. Jika terlambat, mereka tidak akan menunggunya.
Masih2 area berbada, hari apa dan jam
berapa, tergantung petugas sampahnya. Dan itu tidak pernah berubah,
sangat disiplin dan terarah ….. Kapan Indonesia seperti itu ???
Bila tidak ada tempat sampat, sampah2 yg sudah di bungkus dan diikat dengan plastic hitam, disandarkan pada kotak surat.
Rumah2 di Amerika memang ‘ramah dengan
lingkungan’. Dinding2nya jarang bersentuhan dengan cat, tetapi memakai
batu bata khusus, dengan warna ‘terakota’ sampai kemerah2an, tidak
terdapat di Indonesia.
Dan desain rumahnya modern dengan
sedikit jendela, walau perumahan ini merupakan ‘rumah tunggal’ ( kanan
kirinya tidak bergandengan dan sekelilingnya rerumputan atau pepohonan
), tetapi jendala2 sebagian besar ada di depan dan belakang rumah.
Mungkin aku tahu maksudnya :
Antara rumah satu dengan sebelahnya,
seseorang bisa menerobos, menembus untuk ke jalan belakangnya ( seperti
di film2 ). Mungkin mereka tidak mau, ‘privacy’ mereka di lihat
seseorang itu, jadi dinding samping ruhan jarang sekali ada, termasuk
rumah keluarga adikku.
Di Castle Hill dan Cottonwood,
sepertinya konsepnya berbeda dengan Lacebark. Pemukiman ini untuk kelas
menegah ke atas. Tanahnya besar dan rumah2nya pun besar2.
Rumah2nya besar, mungkin sampai 500
m2 sampai 750 m2 luasnya dan garasi tidak menjadi ‘point’ seperti di
Lacebark. Dindingnya tetap memakai batu bata khusus tetapi ada beberapa
memakai batu alam sesuai selera masing2 rumah.
Daerah rerumputan di depan rumah,
adalah daerah yg cukup luas. Biasanya, sering dipakai untuk private
party atau pesta kebun. Dan bila Natal tiba, daerah ini untuk hiasan2
Natal, seperti di film ‘Home Alone’.
Konsep pemukiman ini sama, yaitu ‘loop’ denga sekitar 200 - 300 rumah didalamnya. Juga lebar jalan dan streetscpenya juga sama. Bedanya
adalah, makin besar rumah, makin kita bisa melihat si pemilik, sama
seperti di Jakarta. Tetapi ‘keteraturan’ itu yg tidak berubah dan tidak
bisa ditawar …..
Pindah di daerah Valley Ranch, adalah
pemukiman menengah tetapi dengan luas dan bangunan lebih kecil. Rumah2
itu tidak memakai garasi dan mereka memarkir mobilnya di depan rumah
mereka. Walau demikian, tidak pernah terjadi pencurian mobil.
Jakar antara rumah dengan jalan
tidak jauh, tetapi tetap ada pedestriannya, walau tetap bisa memakai
rerumputannya untuk bercengkerama dengan teman dan keluarga.
Coba lihat, ada orang berjalan di
pedestrian. Terlihat nyaman, bukan ? Pedestrian dibuat dari conblok dan
selalu berada antara rerumputan dan pepohonan.
Terlihat dinding batu bata khusus,
dan jika ada di atas kusen atau pintu yg melengkung, maka batu bata itu
akan merupakan konsep melengkung juga. Biasanya semua rumah ada lampu
dinding, sebenarnya tidak terlalu menerangi tetapi mendapat sinar
kuning, dan kita akan menjadi hangat / ‘warm’.
Konsep yg lain ada di pemukiman River
Walk. Yaitu pemukiman di dekat sungai dan justru di belakangnya adalah
depanya. Maksudnya, ‘main entrance’nya ada di depan sungai dan jalannya
ada di belakang. Konsep di River Walk ini mengelilingi sungai, tidak
menyerupai ‘loop’.
Bangunan dan tanahnya besar dan daerah ini merupakan daerah hunian mewah.
Antara rumah dengan sungai ( DAS =
Daerah Antar Sungai ) cukup lebar. Sehingga didepanya dengan rerumputan,
bisa menjadi ‘perkemahan’ kecil untuk anak2 bermain. Bebek2 liar sering
datang bermigrasi dan mereka bisa member makan.
Lihatlah, pemandangan yg sangat
menawan. Kita bisa berjalan2 diantara rumah2 itu. Seperti di Indonesia,
sungai atau laut tidak bisa diibatas oleh 1 pemilik, karena itu termasuk
fasilitas umum. Kami bisa berjalan2 disini, bisa sambil makan serti
piknik dengan member makan bebek2 liar. Lihatlah, bebek2 liar itu riang
karena karena merasa nyaman dan aman walau mereka di antara rumah2
manusia …..
Konsep terakhir di River Walk, ini
adalah konsep kesukaanku, dengan sungai yg mengalir dan diisi dengan
hewan2 sungai untuk kita saling membutuhkan dan saling menyayangi.
Menyenangkan sekali aku berjalan2
menikmati seharian, melihat pemukiman dan lingkungan di Irving ini.
Sampai sore aku mengamatinya untuk dibuat suatu konsep yg bisa di
adaptasi ke daerah di Jakarta, sehingga tidak sia2lah aku.
Dan sebenarnya, suatu konsep bisa di
adaptasi sesuai dengan lingkungannya, tetapi bagaimana dengan disiplin
dan ’sense of belonging’ warga Jakarta ???
Tags:
Jalan-Jalan ,
urban
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Pemukiman di Sebuah ‘Desa’ di Amerika”
Posting Komentar