Sabtu, 27 November 2010
Yang Mengagumkan dari Arsitektur dan Lingkungan di Paris !
Sabtu, 27 November 2010 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
PARIS
! Sebuah kota impian bagi semua orang di seluruh dunia, sebuah kota
yang menjanjikan sensasi. Kota Paris kami tempuh selama sekitar 3,5 jam
dari Brussel. Kami tiba di Paris sekitar jam 2.30 p.m. dan kami diantar
ke Hotel Castiliogne, yang berada di daerah Lafayette ( suatu daerah
bergengsi di Paris ) dan dikelilingi oleh Kedutaan asing. Di depan hotel
kami adalah Kedutaan Jepang dan Inggris. Sedangkan di belakang hotel
kami adalah Kedutaan Belanda.
Sopir taxi kami adalah seorang Moroko yang banyak bercerita tentang hubungan / relationship
penduduk Belgia dan Perancis setelah diberlakukannya Uni Eropa. Setiap
kami melewati perbatasan, passport kami tidak lagi diperiksa karena
sudah menggunakan Visa Sengchen ( Visa yang berlaku bagi belasan Negara
Eropa Barat, kecuali Swiss dan United Kingdom / Inggris ).
Kota
Paris menyajikan pandangan yang jauh berbeda dengan Amsterdam dan
Brussel. Bila di Amsterdam kami disuguhkan suasana kota yang damai,
asri, bersahabat dan bersahaja dan di Brussel menyuguhkan suasana kota
yang nyaman serta “kebanyakan”, lain halnya dengan Paris. Sepintas sudah
terlihat bahwa Paris ingin menyjikan suasana kota yang lebih hidup
& atraktif. Kendaraan lebih padat & macet dimana – mana.
Kepadatan warga yang berlalu lalang juga suasana kota yang hangar bingar
( penuh dengan deretan butik – butik dari yang murah sampai dengan branded ternama, bioskop, café, dll ).
Pagi2 sudah banyak warga untuk mulai bekerja, jalanan ramai, bahkan macet !
Warga Paris memulai bekerja
Setelah
chek – in, kami langsung berjalan menuju the Champs de Ellysee, sebuah
nama jalan yang sangat terkenal di seluruh dunia. Jalan ini dipenuhi
oleh butik – butik dengan branded mahal ( seperti Louis
Vuitton, Gucci, Bally, Nike, Salvatore Ferragano ), dll, sangat ramai
oleh penduduk setempat, pendatang & turis dari segala usia. Di depan
butik – butik tersebut banyak terdapat café – café masakan Eropa,
diselingi café dengan nuansa oriental. Café Perancis sangat terkenal
dengan outdoor space bagi pengunjung, yang banyak ditiru oleh café di seluruh dunia. Walaupun suhu hingga dibawah 0C, tapi pe-nikmat outdoor space tetap banyak, terutama di malam hari
Coba lihat ! Jalan mobil ini dari conblok, sejak abad kesekian ! Bandingkan di Jakarta, conblok baru dibuat, mngkn sudah rusak …..
Champs
de Ellysee merupakan jalan yang panjang, diakhiri oleh monumen Arch de
Triumph disisi utara. Dilanjutkan dengan bangunan modern Grand Arch di
Le Defence, monument Arch de Triumph seperti “terbingkai” oleh kemegahan
bangunan sebesar 100 m x 110 m ini. Johan Otto Van Spreckelsen, seorang
arsitek berkebangsaan Jerman, telah berhasil “membingkai” salah satu
monument Paris yang terkenal di seluruh dunia menjadi “lukisan” terbesar
di dunia! Sisi selatan bagian ujung adalah Museum Du Louvre.
Jalanan
ini menggunakan material batu alam yang sudah berumur ratusan tahun,
yang didesain menyerupai paving blok yang dipasang setengah lingkaran
berulang. Lebar jalanan sekitar 40 m untuk dua arah kendaraan, yang
dibagi dengan kansteen yang agak lebar ( sekitar 1 m ). Jalur pedestrian
di masing – masing sisi selebar sekitar 15 m, sangat nyaman untuk
berjalan kaki, serta duduk – duduk melepas lelah sambil menikmati para
pejalan kaki yang lewat. Dibeberapa titik di pembagi jalan mobil, disediakan simpul – simpul
untuk berfoto dengan latar belakang monument Arch de Triumph. Kendaraan
sangat ramai berlalu lalang, agak susah untuk menyeberang.
Arch de Triump, the end dari Champs de Ellysee, yg juga di bingkai oleh Grand Arch la Defence
Coba lihat, La Defence “membingkai” Champ de Ellysee, indah sekali … !!!
Dari
siang hingga malam hari, kami menghabiskan waktu menikmati jalanan yang
paling terkenal di dunia sambil berbelanja beberapa keperluan., dan
diakhiri dengan makan malam di salah satu café masakan Eropa di jalan
tersebut. Kami kembali ke hotel larut malam dan beristirahat untuk
melanjutkan survey arsitektur kami esok harinya.
Hari
kedua di Paris adalah hari Minggu tanggal 19 Maret 2006. Setelah makan
pagi di hotel, kami langsung memulai survey kami di Paris. Tujuan
pertama kami adalah Eiffel Tower. Dengan mengendarai Metro ( kereta
bawah tanah Paris ), kami memulai petualangan kami di Paris. Sayang,
suasana di Eiffel agak berkabut sehingga foto – foto yang dihasilkan
tidak maksimal. Karena waktu yang sempit & terbatas, kami hanya
menikmati Eiffel dari jauh, dari sisi Military Academy. Sayang juga, air
mancur monumental yang biasanya membingkai Eiffel Tower ini sekarang
tidak berfungsi. Eiffel Tower didesain oleh Gustav Eiffel dan dibangun
pada tahun 1877.
Dari
Eiffel, kami mengendarai bus menuju Gereja Notre Dame. Gereja ini
terkenal dengan kemegahannya, dengan pintu masuk yang dihias dengan
architrave berlapis yang mengisahkan tentang pengadilan terakhir, serta
orang – orang yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa di Surga. Ukiran
dari material sejenis GRC ini tidak simetris dan tidak ada yang
berulang. Semua dibuat eksklusif, hanya satu ukiran di setiap titik.
Luar biasa. Gereja Notre Dame mempuyai sisi memanjang, dimana kekuatan
strukturnya ditumpu dengan sirip – sirip yang didesain dengan gaya
Gothic.
Sayang, karena waktu yang singkat, kami tidak masuk ke dalam,
dan tidak dapat menikmati interior Gereja yang luar biasa. Posisi Gereja
ini tepat di tepi sungai Seine yang sangat terkenal dengan arus
derasnya. Tidak seperti di Amsterdam, sungai Seine tidak digunakan
sebagai jalur transportasi utama. Ada beberapa kapal turis seperti di
Amsterdam, tetapi tenyata turis lebih tertarik menikmati Paris melalui
jalan darat.
Kami sempat naik bis kota di Paris
Kami
makan siang di salah satu café terkenal di Paris. Setelah itu kami
berjalan menuju Gedung Pompidou, karya Renzo Piano. Yaitu suatu gedung
perkantoran dimana semua fungsi mekanikal & elektrikalnya berada
diluar gedung, dengan dicat berwarna warni sesuai dengan fungsinya.
Sangat atraktif. Gedung ini sempat diprotes oleh warga sekitar dan
walikota, karena menyalahi kaidah perkotaan, dimana seluruh desain
adalah klasik. Pada akhirnya, setelah gedung ini berdiri dan sudah
membentuk opini public ( karena mendatangkan banyak turis dan
decak kekaguman oleh praktisi – praktisi arsitektur & ME dari
seluruh dunia ) , akhirnya gedung ini tetap berdiri dan menjadi salah
satu landmark kota Paris.
Arsitertur modern yg ‘khusus’, memperlihatkan ME di semua ‘wajahnya’
Sama
seperti gedung Pompidou yang mengundang banyak protes, Museum Du Louvre
demikian juga. Pintu masuk museum ini berupa piramida kaca dengan
sistim struktur space frame, dilengkapi dengan piramida
–piramida sejenis yang lebih kecil dengan bahan sama. Padahal museum
yang dikenal karena merupakan bekas istana Napoleon Bonaparte dan
sekarang tempat menyimpan Lukisan Monalisa ini merupakan bangunan dengan
arsitektur khas Perancis.
Memang sangat ganjil, dengan tiba – tiba
terdapat segitiga kaca space frame ditengah – tengahnya, tetapi ternyata sang arsitek mampu menghadirkan pandangan
mata yang sangat memukau ! Terlebih dengan sistim tangga melingkar bagi
kita yang normal dan elevator hidrolik bagi kaum dishabled /
cacat, sungguh merupakan perpaduan antara modern yang fungsional dan
klasik yang abadi. Arsitek China kelahiran Amerika, I.M. Pei, telah
berhasil lagi menyajikan salah satu karyanya yang memukau bagi public di seluruh dunia.
Kami
mencoba mengendarai bus kota menuju La Defense untuk melihat gedung Le
Grand Arch, tetapi kami salah arah dan tersasar, sehingga kami putuskan
kembali ke hotel karena sudah sore & kami berencana untuk berjalan –
jalan sekitar Lafayette Gallery untuk sedikit berberlanja oleh – oleh.
Lafayette Gallery adalah sebuah shopping centre dengan arsitektur klasik
Perancis, dan mewah dengan kanopi Haneda berwarna merah
sebagai ciri khasnya. Disekitar Lafayette Gallery ini merupakan deretan
pertokoan dengan bangunan berarsitektur Perancis yang khas dengan
railing wrought ironnya.
Interior De Lafayette
Salah
satu bangunan megah yang juga kami sempat kunjungi adalah Opera House.
Di siang hari, warna gedung yang ditampilkan merupakan warna standard
klasik. Tetapi di malam hari, gedung tersebut menyajikan pandangan mata
yan sangat menawan ! Dengan bemain lampu sorot berkekuatan ribuan watt
yang dipasang dikanan / kiri gedung ( berada di puncak gedung sebelah
kanan & kirinya ), pada malam hari Opera House tampil terang
benderang dan dikelilingi oleh bangunan lain dengan sinar lampu yang
minim khas klasik. Penampilan yang sangat terfokus pada gedung, menghadirkan sensasi arsitekur yang magis.
Sistim
transportasi di Paris merupakan transportasi kota metropolitan, berbeda
dengan Amsterdam & Brussel. Kendaraan utama adalah bus kota dan
Metro. Kendaraan pribadi juga cukup banyak. Jalan – jalan protocol yang
ada menggunakan material batu alam yang sudah berumur ratusan tahun.
Jalan – jalan yang lebih baru menggunakan beton. Disetiap sisi jalan
terdapat jalur pedestrian yang lebar, karena memang Paris adalah surga
bagi para turis.
Malam terakhir di Paris kami habiskan dengan berjalan jalan
menyusuri Medeleine Street, yaitu jalan yang terkenal dengan dunia
hiburan malamnya. Jalan ini “buka” 24 jam, dipenuhi oleh café, bioskop
dan teatre drama. Kami makan malam di Restauran Jepang, sambil
berdiskusi singkat mengenai hasil survey selama seminggu ini di 3 negara
( Belanda, Belgia dan Perancis ).
Medeline Street dan Opera House diwaktu malam
Kesimpulan singkat yang kami ambil dari
hasil survey adalah : bahwa negara – negara di Eropa sangat
memperhatikan & mencintai karya – karya para arsitek di abad lampau.
Mereka sangat peduli dengan bangunan – bangunan klasik, yang merupakan
harta negara yang tak ternilai. Semua fungsi bangunan modern tetap ada,
disesuaikan dengan bangunan yang ada & lebih mementingkan yang ada /
klasik ( yang modern mengalah ). Setiap periodic mereka bekerja sama
membersihkan bangunan – bangunan tua dengan sikat, sabun dan peralatan
lannya, sehingga lumut – lumut yang ada akan hilang & bangunan
menjadi berseri kembali.
Indonesia
perlu belajar banyak kepada mereka, bagaimana kita harus lebih
menghargai bangunan berarsitektur lama ( tradisional ataupun peninggalan
para penjajah asing ), karena disitulah letak keindahan wajah kota.
Bangunan modern bisa menjadi bagus bila disesuaikan dengan
kondisi dan budaya bangsa, tidak semata – mata dibangun tanpa konsep
yang jelas. Hal tersebut yang akan merusak penampilan sebuah kota.
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Yang Mengagumkan dari Arsitektur dan Lingkungan di Paris !”
Posting Komentar