Minggu, 28 November 2010
Apa Sih Konsep Pedestrian yang Tepat untuk Jakarta?
Minggu, 28 November 2010 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Kalau
kita berjalan kaki di suatu area, kita mempunyai tempat unutk
‘mengekspresikan diri’ ( yaitu : berjalan dengan nyaman ), itulah
disebut : Pedestrian street atau kawasan pejalan kaki / pedestrian. Pada
dasarnya pedestrian street adalah suatu area yang diperuntukkan bagi pejalan kaki, diciptakan untuk memfasilitasi
kegiatan mereka, dan kendaraan bermotor ( motor, mobil ) mempunyai
tempat khusus, tidak menjadi satu dgn kawasan pedestrian.
Sudah banyak
arsitek kota dan lingkungan yang menggali ide pembuatan area
pedestrian, dberdasarkan konsep2 yg mmg sdh dipelajari sejal kuliah,
tapi juga melihat konsep2 yg selalu ‘berubah’ untuk hasil yg lebih baik.
Biasanya, konsep2 pedestrian diambil dari kota2di luar negri, yg memang
lebih baik, disbanding di Jakarta. Contoh saja, negeri tetangga
Singapore. Beberapa yg sudah saya survey ( beberapa negara Asia, Eropa,
Australia dan Amerika ), mungkin bisa membuat kita ‘mengagumi’ dan
akhirnya akan membuat semangat untuk berbuat sesuatu untuk Jakarta kita
ini ….. Secara umum fungsi pedestrian street dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu full-pedestrian, dan semi pedestrian.
1. Full-Pedestrian / Pedestrian penuh
Contoh kasus full-pedestrian di Jakarta ialah : area Pasar Baru. Sebuah full-pedestrian diciptakan
dengan cara menutup ruas jalan yang semula digunakan oleh lalu lintas
kendaraan bermotor. Ruas jalan tersebut kemudian ditingkatkan
kualitasnya dengan cara memasang pelapis jalan, memasang lampu, membuat lanscape, dan melengkapi dengan street furniture. Pejalan
kaki diprioritaskan lebih tinggi dibanding kendaraan bermotor, bisa
dibilang area bebas kendaraan bermotor kecuali darurat. Bongkar muat /
loading-unloading untuk area sekitarnya harus melalui jalan belakang.
Konsep pedestrian disini seharusnya full,
dan mempunyai karakter untuk ‘mengekspesikan diri’ bagi pejalan kaki,
tetapi konsep tersebut ‘dilindas’ dengan kebutuhan2 yg lain, sehingga
tidak ada / jarang ada tempat untuk duduk2 dangan landscape dan street furniture yg asri.
Lihatlah
Pasar Baru sekarang, penuh sesak untuk ‘berrekreasi’ atau belanja. Yang
ada mejadi tempat yang ‘kumuh’, padahal konsep Pasar Baru ini sangat
indah.
Contoh di Negara lain : Kawasan Clarke Quey, Singapore.
Full-pedestrian
sangat kental terasa. Pejalan kaki sangat dimanjakan untuk
‘mengekspresikan diri’. Mereka bisa duduk2 sambil bersenda gurau dan
menikmati sore / malam sehabis berkerja.
Di kawasan ini bergandengan dengan pertokoan besar yg sekalian bisa untuk menikmati konsep ‘berbelanja sekalian berekreasi’.
Coba
lihat, konsep untuk ‘mengekspresikan diri’ terlihat jelas. Kita bisa
duduk2 sambil makan ( semua yg ada di tepi adalah tempat makan, dan di
tengahnya untuk area landscape dan air mancur untuk ‘memanjakan diri’.
Contoh lain : Dam Squre, Amsterdam.
Pedestrian
disini benar2 memanjakan warga. Kita bisa santai duduk2 disini
menikmati makan siang, melukis bahkan Cuma sekedar member makan burung.
Di Dam Squre bisa dilewati tram. Jadi kasawan ini menjadi bisa dikatakan semi pedestrian, untuk kebutuhan pengguna jalan.
Contoh
di Indonesia adalah, kawasan Monumen Nasional ( Monas ) dan komplek
Gelora bisa dimasukkan kategori ini. Jalan Malioboro di Yogyakarta
pernah suatu ketika direncanakan untuk area pedestrian secara penuh
dengan mengijinkan trafik secara menyilang menyeberangi jalan ini, namun
kenyataannya sampai sekarang rencana itu rupanya masih tetap tinggal
rencana.
Pedestrian kawasan Monas dan kawasan Gelora Bung Karno.
Di nagara lain, pemerintah membebaskan area dari
semua kendaraan kecuali untuk kendaraan angkutan umum seperti bus atau
tram, dan kendaraan untuk kepentingan darurat seperti ambulans, pemadam
kebakaran, dan mobil polisi. Kendaraan tersebut harus berjalan cukup
lambat dan memperhatikan keberadaan dan kecepatan para pejalan kaki.
Ruang untuk pedestrian disediakan melalui pelebaran jalur pejalan kaki
dan diperlengkapi dengan prasarana yang memberikan kenyamanan.
Contoh untuk pedestrian seperti ini ( full-pedestrian dengan perkecualian ) : Seoul, Korea Selatan.
Di
Seoul ada pasar Namdaemun, yang bisa dilalui untuk mobil, tapi tetap
pejalan kakilah yang menang. Di area blok sebelahnya ada Chongyechon,
ditengah2nya adalah sungai.Sebelah kana kirinya adalah pertokoan dengan
konsep lama ( seperti Pasar Baru ). Mobil bisa lewat tetapi tetap
‘kekuatan’ adalah pejalan kaki.
2. Semi-Pedestrian
Di semi-pedestrian, lalu
lintas kendaraan benar2 dikurangi, dan permukaan jalur kendaraan
disamakan dengan jalur pejalan kaki. Lalu lintas kendaraan harus berbagi
ruang dengan pejalan kaki dan harus mengutamakan kepentingan pejalan
kaki. Perencanaan lingkungan adalah berorientasi kepada manusia.
Karena
antara pejalan kaki berbagi ruang dgn kendaraan bermotor ( mobil,
motor, dll ), maka seyogyanya dapat saling menghargai, misalnya : pohon2
dan street furniture harus di atur sehingga tidak menutupi pandangan.
Penyandang cacat memang seharusnya tetap bisa melewati area pedestrian
ini.
Jalan Sabang adalah contoh pedestrian jenis ini. Juga Malioboro.
Konsep ini bagus, asalkan pejalan kaki dan kendaraan bermotor bisa ‘share’ dengan masing2 kegiatannya.
Jalan Sabang juga cukup unik dengan konsep pedestriannya sejak dulu. Sekali lagi, pejalan kaki harus tahu ‘kewajiban’ masing2.
Dengan
sebuah konsep area dari arsitek kota dan lingkungan untuk pejalan kaki
yg dapat ‘mengekspresikan diri’, seharusnya pejalan kaki lah juga harus
membuat daerah itu menjadi ‘rumah’ baginya. Jangan dirusak, jangan
dikotori dan jangan dicoret2. Kita harus berusaha memiliki ‘sense of belonging’ yg tinggi untuk merawat dan menyempurnakan daerah itu demi kesejahteraan bersama.
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Apa Sih Konsep Pedestrian yang Tepat untuk Jakarta?”
Posting Komentar