Sabtu, 27 November 2010
Arsitektur dan Lingkungan Khas Belgia
Sabtu, 27 November 2010 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Kami
hanya 2 hari di Brussel, hari pertama untuk survey material untuk
apaktemen kami, dan hari ke 2, kami berencana langsung pergi ke Paris
dengan menggunakan taxi van. Tetapi jam 8.00 a.m. setelah makan pagi di
hotel kami sempatkan berkeliling dahulu di Brussel menuju tempat wisata.
Tujuan pertama kami adalah Meneken Pis adalah lokasi sebuah patung
peninggalan perang yang selalu mengeluarkan air. Dekat dengan lokasi
patung tersebut adalah Grand Palace, sebuah istana peninggalan ratusan
tahun lalu ( yang sekarang sebgaina besar digunakan menjadi hotel,
perkantoran, hunian / apartemen dan pertokoan khusus untuk turis ).
Suasana
kota Brussel di pagi hari menyerupai Amsterdam, sepi dan lengang.
Tetapi suhu tidak sedingin Amsterdam, yaitu sekitar 1C. Lingkungan
kehidupan perkotaan Brussel serupa dengan perkotaan lain di Eropa.
Fungsi – fungsi bangunan yang berbeda tetap terdapat dalam 1 deretan
yang sama. Warga / pemerintah kota memanfaatkan bangunan klasik yang ada
dan disesuaikan dengan fungsi barunya.
Deretan
pertokoan mahal di depan hotel, bercampur dengan hunian / apartemen 3
lantai & pertokoan. Detail bagunan tidak ada yang mengalami
perubahan drastic. Antara bangunan – bangunan tersebut diselingi oleh
bangunan – bangunan umum kota seperti Hall Kota, Gereja, Stasiun yang
mempunyai gaya arsitektur Eropa yang sama dengan di kota – kota dan
negara – negara Eropa lainnya, yaitu Corinthian, Doric dan Ionic.
Kota
Brussel sendiri relative lebih sepi dan sedikit kurang diatur
dibandingkan dengan kota Amsterdam. Yang menarik perhatian adalah bahwa,
dalam radius puluhan meter ternyata tinggal / hidup komunitas
masyarakat yang berbeda. Kami melihat komunitas penduduk Brusel asli (
keturunan Jerman & Perancis ), Negro Afrika serta Oriental ( China,
Jepang, Vietnam, Thailand ). Mereka hidup dalam lingkungan yang sama dan
saling mmperhatikan satu sama lain. Kami sempat melewati pasar
tradisional mereka, dan terlihat bahwa mereka berdagang secara
bersebelahan. Jadi tidak terdapat pengelompokan ras tertentu, seperti
China Town, misalnya.
Menurut
informasi yang kami dapat dari supir taxi yang mengantar kami, kota
Brussel terdiri dari 2 bagian, yaitu : bagian yang banyak diminati oleh
penduduk asli keturunan Jerman dan bagian yang banyak diminati oleh
penduduk asli keturunan Perancis. Kedua bagian kota ini
dibatasi oleh sungai kecil. Sebenarnya dari segi arsitektur tidak ada
yang membedakan, tetapi perbedaan lebih kearah bahasa pengantar. Jadi
ada bahasa Jerman campuran dan Perancis campuran, dimana bagi kami
adalah sama sama tidak dapat dimengerti.
Detail
bangunan – bangunan di Brussel memang mempunyai ciri khas sendiri, sama
seperti cirri khas di masing – masing kota / negara di Eropa.
Sisitim
transportasi yang digunakan adalah mobil, trem dan bus kota. Tidak
terlihat penduduk yang menggunakan sepeda seperti di Amsterdam. Lajur
trem sama seperti di Amsterdam, yaitu berada di tengah – tengah jalan
dan bisa dilalui oleh mobil. Bila di Amsterdam trem berwarna putih
dengan lis biru, maka di Brussel trem berwarna kuning.
Sungai
di Brussel ternyata tidak digunakan sebagai jalur transportasi, tetapi
kebersihan dan fungsinya tetap terjaga dengan baik. Pandangan yang
disajikan juga indah dan berfungsi sebagai daerah interaksi antar warga
dan kepentingan. Banyk terdapat square antar sungai / jembatan yang
pasti dipadati oleh warga pada saat saat tertentu ( misalnya pada makan
siang ).
Setelah
kami puas putar – putar kota dengan taxi, kami langsung menuju hotel
untuk check – out serta mencari taxi van untuk membawa kami ke Paris.
Kami meninggalkan Brussel sebagai kota dengan kenangan indah menuju
Paris sekitar jam 10.30 a.m. dengan membawa setumpuk coklat khas Belgia
yang sangat terkenal dengan kelezatannya sebagai tanda mata bagi
keluarga & teman di Indonesia.
Keterangan foto :
-
Deretan
fungsi – fungsi bangunan yang berbeda, antara perkantoran dan hunian (
gambar atas ). Arsitektur komersial cenderung lebih sederhana
dibandingkan dengan Amsterdam.
- Deretan
bangunan pertokoan, perkantoran & hotel dengan latar depan trem
kuning ( gambar bawah ). Jalur trem berada di tengah jalan & bisa
dilalui oleh mobil. Antara jalur trem ( rel ) dengan jalan mobil &
pedestrian tidak ada pembatas. Posisi trem juga sangat dekat dengan
pedestrian.
-Sebuah Gereja sebagai “titik akhir tujuan” pandangan mata. Fokus yang sangat menarik perhatian, dikelilingi oleh bangunan-bangunan dengan fungsi pertokoan & perkantoran.
- Salah
satu detail Gereja khas Eropa yang terdapat di Brussel. Jendela –
jendela dengan bagian atas membulat dan dilengkapi dengan ukiran –
ukiran yang ( biasanya ) menceritakan tentang sejarah bangunan tersebut.
- Grand Palace
yang belum di”bersihkan”. Dinding bangunan berlumut an tampak kotor.
Dibeberapa Negara Eropa sedang dilakukan pembersihan secara masal tanpa
merubah apapun. Demikian juga di Brussel, sedang dalam tahap
pembersihan.
- Grand Palace
ini merupakan bangunan yang membentuk huruf O dengan bangian tengahnya
berupa Plaza yang sering digunakan untuk event – event nasional.
- Deretan
pertokoan untuk turis / souvenir yang masih tutup pada jam 9.00 a.am.
Pedestrian & jalan mobil yang sama – sama menggunakan material batu
alam dengan perbedaan level yang sedikit, sangat nyaman untuk digunakan.
- Salah satu toko Coklat Belgia yang sangat terkenal di seluruh dunia.
- Detail
architrave Grand Palace, menggambarkan tentang pengadilan & hukuman
pada akhir jaman. Bahwa semua orang yang percaya kepadaNya akan duduk
di sebelah kanan Allah Bapa Di Surga.
- Kepala kolom dengan cirri khas ukiran dengan tema Pengadilan Terakhir.
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Arsitektur dan Lingkungan Khas Belgia”
Posting Komentar