Kamis, 25 November 2010

Menyikapi dan 'Berteman' dengan Stroke (5)



By Christie Damayanti

Tanggal 25 Februari 2010, aku keluar dari rumah sakit. Aku sudah terlalu lama menyusahkan orang2 disekitarku ; orang tuaku yg harus bolak balik ke rumah sakit, anak2ku yg selalu membawa buku2 untuk membuat PR/belajar sebelum pulang ke rumah malamnya, saudara2ku, sahabat2ku, teman2ku ….. aku tahu, mereka sayang kepadaku, tetapi aku ingin pulang, hidup di dunia realitas-ku dan mulai belajar untuk mandiri …..

Persiapanku dimulai dengan ‘hatiku’. Bagaimana dengan ‘hatiku?’ Apakah aku sudah siap? Apakah aku memang bisa pulang? Apakah aku sudah mau ‘keluar dari kepompongku?’. Sebenarnya, aku cuma ‘mengandaikan’ saja istilah kepompong. Kepompong itu aku ciptakan sendiri, bahwa aku ber-metamorfosa – Christie yg dulu sebelum stroke, Christie yg stroke dan Christie yg setelah stroke menghadapi masa depan ….. jelas “Christie yg dulu tidak sama dengan Christie yg sekarang, kan?” ini hanya pengukapanku saja. Dan yg paling jelas dikatakan, bahwa aku sekarang seorang perempuan pasca stroke yg belajar menghadapi masa depan dengan 2 anak ….. Aku sekarang seorang perempuan yg ‘sedikit’ rendah diri, dan malu menghadapi dunia luar ( padahal aku adalah seorang perempuan yg tidak pernah ‘malu2’ sebagai seorang arsitek yg selalu bertemu client dan selalu mobile juga seorang dosen mengadapi puluhan mahasiswa setiap hari ) ….. Padahal semua keluarga jelas2 tidak malu berjalan dan hidup menemani seorang pasca stroke seperti aku …..

Beberapa hari sebelum kepulanganku, keluargaku membereskan kamar ku, yang sebenarnya di lantai dua tapi harus pindah di lantai bawah karena aku belum bisa / belaum boleh naik turun tangga … otakku masih sensitf untuk menerima ‘beban’ berat ….. Juga aku masih disarankan jangan berjalan terlalu lama / sering, kalau bisa memakai kursi roda dulu ….. Aku tidur berdua dengan anakku yg perempuan, yg kelas 6 SD. Dia di ‘gembleng’ oleh orang tuaku untuk membantu aku bila kita tidur malam – kalau aku mau pipis, atau minum …..
Suster2 mengajariku untuk ‘mandiri’, setidaknya aku bisa membersikan diri sendiri, makan dan minum sendiri, cukuplah …… Dan yg jelas, aku akan benar2 belajar keras untuk tidak menyusahkan banyak orang ….. Dan hari yg ditunggu datang sudah … aku berpamitan semua orang yg selalu membantuku di Unit Stroke di rumah sakit ku ; dokter2, suster2, terapist2 yg memasak makanan khusus untukku, satpam22, dll ….. tetapi aku selalu ke Unit Stroke setiap hari untuk terapi ……

12906686101124022669
Sebagian suster2 di Unit Stroke yg merawatku.

1290668708859412956
Di mobilku yg membawa aku pulang.

Pertama kali aku ‘keluar’ rumah sakit, aku merasa gamang, bukan karena lupa tentang Jakarta yg macet, tapi gamang lebih kedalam hati … bagaimana kalau aku tidak bisa apa, bagaimana kalau aku memalukan keluarga, bagaimana kalau keluargaku menjadi malu karenaku … dan yg paling ‘mengerikan’ adalah bagaimana kalau aku tidak / lama akan menjadi mandiri …..

Aku harus menyesuaikan keadaanku, walau hanya di rumah saja, dimana seharusnya aku sdh familier disana. Belajar berjalan dari satu tempat, ke tempat lain, belajar duduk di sofa ( karena duduk lebih enak di kursi tegak, bukan sofa / susah untuk berdiri lagi ), belajar mngambibil minuman sendiri, belajar ke toilet, bahkan belajar untuk tidur di kasurku ….. Benar2 suatu perjuangan buat aku … bukan karena aku ‘malu’ tapi karena “aku sekarang seperti hidup dengan ½ tubuh, dan tubuh kananku baru bisa merasakan / sense kira2 : 40% waktu itu”. Apakah dapat dimengerti? Aku ‘lumpuh’ ½ tubuh ….. Untuk bergerak apa saja ; misalnya berjalan apalagi mengangkat tangan kananku ; aku harus mengeluarkan energy banyak sekali ( karena berat sekali! ), sampai2 aku selalu ‘ngos-ngosan’, selalu merasa capai sekali ….. Aku harus mulai menyesuaikan bahwa aku butuh banyak energy untuk bergerak …..

Hai2 pertamaku di rumah, jika pagi hari, aku terapi jam 8.00 sampai jam 11.00 di rumah sakit, lalu pulang, makan tidur siang. Sore hari setelah mandi didepan televise dan jam 20.00 tidur. Saudara, sahabat dan teman2ku sering muncul di rumahku untuk sedikit ngobrol denganku, hamper setiap hari. Puji TUHAN, aku mempunyai keluarga, saudara, sahabat serta teman2 yang sangat menyayangiku …..

Begitu hari demi hari aku menjalankan kehidupanku. Dan aku mulai bosan … aku ingin benar2 ‘keluar’ ….. aku mulai memikirkan rencana2 untuk ‘keluar’, karena aku hanya ke Gereja Minggu pagi karena aku masih tidak percaya diri ….. Kira2 aku memantapkan diri untuk ketempat2 umum / mall, sekolah anak2, bahkan ke kantor, bulan Maret, 1 bulan setelah aku keluar dari rumah sakit. Aku konsultasi dgn dokter dan therapistku dan mereka menyetujuinya asalkan jangan terlalu capai krn kalau terlalu capai, akan memicu naiknya tekanan darahku.

Aku mulai menapak kakiku disuatu lounge di hotel berbintang. Bersama dengan orang tua dan anak2ku ( biasanya aku sendiri ;) ) aku menghadiri undangan sekelompok penyanyi dari Filipina yg sudah menjadi teman baikku sejak 2 tahun lalu. Aku benar2 berdebar2. Aku tahu, mereka atau semua yg pernah menjengukku di rumah sakit, sdh pernah melihat aku, tapi setelah diluar, mereka belum melihat aku. Pasti beda ; gaya aku berjalan, aku bergerak belum tentu ‘enak’ dilihat, belum tentu mereka malu dekat2 aku, belum tentu aku memalukan buat mereka karena aku cuma bisa bergerak separuh tubuh …

Ternyata teman2ku sangat senang bertemu denganku. Aku melihat pancaran sinar matanya. Ternyata mereka tidak memandangku aneh, tidak melihatku seperti alien, bahkan aku bicara saja ( walau aku yakin, mereka tidak mengerti, terlihat dari raut mukanya, … hihihi … ) mereka tidak ambil peduli. Kita bicara seperti alien, memakai ‘telepati’, tetapi semua bahagia krn aku sdh ‘kembali’ lagi … tinggal recovery saja, kata teman2ku … Puji TUHAN …… Mereka memelukku, mereka menatap wajahku lama ( karena mereka tahunya aku sakit parah dan takut aku tidak bisa sembuh lagi ). Bahkan mereka memapahku bergantian ketika aku berdiri setelah keluar dari kursi roda …..

Oya, aku tetap selalu membawa kursi roda kemana2, karena aku belum bisa berjalan terlalu jauh dan terlalu cepat. Kalau di mall, apalagi ramai, seperti yg sdh aku ceritakan bahwa kaki kananku tdk bisa bergerak bila banyak yg melihat aku spt alien, atau kalau berdesak2an, pasti otakku error ….. Sampai sekarang, walau mulai mengurangi memakai kursi roda secara bertahap …..

1290668928298670445

Teman2ku dari Filipina, kelompok penyanyi di sebuah lounge di hotel berbintang lima.

Sejak saat itu, aku benar2 percaya diri untuk benar2 ‘keluar’ dari kepompongku ….. Setelah aku sering menolak undangan deangan teman2ku, aku mulai mau bila diundang keman2, walau masih ditemani papa. Papalah yg benar2 menemaniku dari pagi sampai pulang. Pagi untuk terapi, ke kantor, ke hypermart, ke tempat2 yg aku butuhkan ( misalnya ; ke asuransi, ke provider telpon, ke tempat2 komputer, ke mall ) bahkan malam hari bila diundang teman2 dimana saja ….. karena aku belum ada pendamping lagi, papalah tumpuanku ….. terima kasih, papa … terima kasih TUHAN …..

Aku di proyekku, sebuah proyek ‘masterpiece’, salah satu perusahaan property terbesar di Indonesia, pertama kali setelah aku sakit.

Maret, April, Mei, Juni pertengahan tahun 2010, aku bergerak seakan berpacu untuk sembuh. Rintangan dan halangan memang selalu mengikutiku. Aku sering menngis, aku sering berteriak2 tanpa tujuan kalau orang2 disekitarku tidak tahu apa yg aku mau, aku sering ‘ambruk’, tapi aku tetap semangat untuk sembuh ….. sampai tanggal 16 Juni 2010 aku mulai masuk kantor …..

Hari itu, aku mulai cemas dan gelisah ….. aku kembali lagi ke profesiku sebagai arsitek proyek.
Keadaanku seperti ini : 

Kesembuhanku sudah kira2 : 75% eperti kata dokterku, pada waktu itu. Aku sudah bisa berjalan naik turun tangga, karena kantor / bedeng proyekku ada di lantai 2, jadi aku khusus belajar naik turun tangga 1 minggi ini. Aku tetap bekerja memakai 1 tangan kiri, karena tangan kananku belum bisa digunakan. Aku sudah bisa menulis, aku sudah bisa memakai laptop/computer, sudah bisa menggunakan Blackberryku/iPhoneku, bahkan aku sudah bisa menggambar ….. dan itu semua memakai tangan kiriku ….. Puji TUHAN ….. TUHAN sayang padaku. Sementara aku pasca stroke, TUHAN membuat aku bisa menggunakan separuh tubuhku dan tetap bisa bekerja, walau masih terbatas ….. 

Setelah terapi pagi, diantar papa mamaku dan terapistku, kami berangkat ke kantorku, di sebuah mall baru di Grogol hasil kerja ku dan tim proyek kami. Begitu aku keluar mobil, aku disambut teman2ku dan mereka ingin menggandengku ….. tapi aku tidak bisa. Otak kita memang luar biasa. Kalau mereka ‘menyentuhku’ kaki kananku akan error. Jadi aku tidak mau digandeng, kecuali bila aku MINTA digandeng … aneh kan??
Aku terpukan sambutanku. Mereka berbondong2 ke mejaku, berseri2 manyalamiku ….. orang tua dan terapistku hanya berdiri di belakangku, karena – apalagi terapistku – harus melihat keadaanku, melihat sambutanku, melihat fasilitasku untuk di laporkan pada tim dokterku, apakah aku benar2 bisa menjalani “terapi alamiku” atau bila sambutanku jelek dan fasilitas kantorku tidak bisa untuk ‘disable’ seperti aku, mungkun aku belum bisa untuk bekerja karena bisa memacu stress …..

Bossku ( direktur proyek ) sampai ke mejaku ( biasanya aku yg ke mejanya! ) dan menyalamiku, tertawa bersama. Beliau sampai 2 kali menjengukku di rumah sakit. 

Hari pertama aku stroke di rumah sakit di San Fransisco, papaku menelpon Board of Director tempat aku bekerja. President Director terkejut ttg keadaanku.Beberapa rangkai bunga dikirim ke rumah sakit di San Fransisco, dari boss2ku. Telpon beberapa kali untuk bisa bicara denganku, walau aku benar2 belum bisa bicara ….. Mereka tahu, aku adalah arsitek di proyek ‘masterpiece’ nya. Mereka mengerti bawa aku termasuk salah satu asset perusahaannya dan mereka membuat komitmen untuk tetap memberi ‘imbalan’ berupa gaji untuk membantuku, walau aku tidak kerja selama 6 bulan dan aku bekerja paruh waktu ( masih sampai sekarang ) karena harus terapi pagi …… Puji TUHAN … benar2 luar biasa ….. 

Aku benar2 menjadi percaya diri lagi, bahwa aku akan sembuh 100% !!! Sambutan teman2 dan boss2 di kantorku sangat membuat aku bahagia dan ‘menaikkan demand’ di otakku ….. Aku berkeliling di setiap bilik di kantorku, dari lantai 2 ke lantai 3, tertawa bersama dan aku berkali2 menceritakan pengalamanku stroke di San Francicso. Aku tidak capai walau aku harus mengulang2 kata2ku. Capai siiihhh ….., tapi aku bahagia ….. aku sampai ‘ngos-ngosan’ karena otakku di’pacu’ untuk kerja berat ….. Tetapi orang tua dan terapistku membiarkan saja, Karena aku bahagia ……

Aku sudah kembali lagi …..


TUHAN adalah gembalaku …. Tak’an kekurangan aku ….. TUHAN adalah pelindungku … TUHAN adalah penyelamatku ….. segala puji syukur aku tambah2kan kehadirat MU, ya TUHAN ku …..


………. Bersambung ………..

Tags: ,

0 Responses to “Menyikapi dan 'Berteman' dengan Stroke (5)”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks