Kamis, 25 September 2014
Hari Terakhir di Holland, Sebelum Melanjutkan ke Switzerland
Kamis, 25 September 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sekitar jam 7.00 sore itu, kami tiba di Amsterdam dari ke luar negeri Belanda, dari Brussels, Belgia. Jalan pulang agak macet. Seharusnya, kami tiba di Amsterdam jam 6.00, sesuai dengan jadwal hanya tour 9 jam. Tetapi karena hari itu adalah Sabtu, dan weekend banyak sekali kendaraan keluar rumah untuk berlibur, alhasil jalanan keluar kota bahkan keluar negeri pun cukup terhambat.
*Padahal kemacetan disana, ‘tidak ada apa2nya’ dibanding dengan kemacetan di Jakarta! Antara 2 mobil disana, bisa disisipkan 1 mobil mobil lagi, baik di depan atau belakang, dan di kanan kiri nya, hihihi …..
Dan inipun hanya terlambat 1 jam saja, mereka sudah merasa sangat bersalah. Di Jakarta, terlambat berjam2 atau ditunda untuk esok harinya ( batal ) karena macet yang luar biasa pun, dimaklumi saja koq …..
Setelah itu, aku dan anak2ku cari makan malam dan bergegas pulang ke hotel kami, karena besok hari ke-5 di Amsterdam, hari terakhir sebelum kami terbang menuju ke negara lain, Switzerland di kota Zurich.
Besok, kami berjanji untuk bersenang2 dengan Arie Zonjee, beserta teman dan keluarganya, di desa tempat mereka tingga, sekitar 1/2 jam dari Amsterdam.
Tetapi Arie berjanji untuk mengajak kami masuk ke Windmills, atau kincir angin khas Belanda, karena ketika kami memang sempatkan kesana sebelum sampai ke Volendam di hari ke-2 di Amsterdam, hujan turun cukup lebat, sehingga kami hanya bisa kedinginan dan berjalan2 saja di toko2 souvenir di Zaanse Schands …..
Hari ke-5 di Amsterdam, Minggu tanggal 22 Juni 2014 :
Jam 7 pagi, kami sudah siap di cafe sebelah hotel kami. Kami makan dengan nikmat, tertawa dan ngobrol dengan anak2ku, berfoto2 narsis karena ini adalah hari terakhir kami di Amsterdam.
Setelah sarappan, jam 9 kami seikit beres2 barang2 bawaan kami, packing koper kan jam 7 pagi keesokan harinya, kami akan dijemput taksi besar untuk ke airport.
Jam 10.00 pagi kurang sedikit, kami sudah ada di lobby hotel. Arie segera datang, ketika aku baru membuka iPad untuk mulai menuliskan kenangan kami di Amsterdam. Dengan gembira anak2ku menyalami Arie, begitu juga aku, memeluk Arie. Entah mengapa, aku memang merasa semakin dekat sebagai bagian dari keluarganya, keluarga di Belanda.
Sambil sedikit berbincang, ternyata Arie membawa mobilnya. Bukan seperti rencana semula, bahwa kami akan naik kereta kemana2. Aku senang2 saja, bahkan jika memang kita naik kereja, aku pun bersyukur bahwa aku masih diberi kesempatan untuk berlibur di Eropa. Jadi, kami bersama menuju mobilnya.
Aku di atas kursi roda, di dorong Arie dan anak2 saling bersahut2an mengobrol dengan Arie. Menyenangkan! Anak2pun merasa dekat dengan Arie. Bahkan Michelle yang sangat pemalu, bisa tertawa lepas ketika Arie bercerita atau menjawab pertanyaan2 anak2.
Parkir mobil Arie tidak jauh, dekat dengan Gereja St. Nikolas. Aku dibantu turun dari kursi rodaku, dan dibimbing ke mobil Arie. Dia benar2 menjagaku, dan selalu memastikan bahwa aku baik2 saja. Setelah aku dirasa nyaman, Arie memasangkan seatbelt untukku, dan menutup pintu mobil. Lalu dia membuka bagasinya, dibantu Dennis untuk memasukkan kursi rodaku ke mobilnya.
Sungguh sebuah kesaksianku, bahwa Arie yang sebenarnya baru mengenalku tahun 2012 dan baru sekali bertemu di Jakarta, lalu aku ke Amsterdam, dia benar2 terlihat sangat menyayangi keluargaku. Kepeduliannya untukku. Dan kasih sayangnya sebagai ayah dan eyang baru untukku, benar2 nyata. Dan aku sangat yakin dan percaya, bahwa Roh Kudus terus turun atas kuta semua, bagi orang2 yang mengimaninya.
Kesaksianku terus berlanjut, ketika kami merasa nyaman dengan kebetadaan Arie di Amsterdam. Hari itu, hari Minggu itu, Arie mengajakku untuk bersantai dan membuat kami berbahagia, di hari terakhir di Amsterdam.
Oya, Arie baru pulang dari Paris, untuk mengikuti pameran Filateli, dan baru pulag ke Amsterdam semalam sebelumnya. Dan dia mengendarai mobil pribadi, dari Amsterdam ke Paris, yang memakan waktu sekitar 6 atau 7 jam! Jadi, beliau pasti cukup cape, bukan hanya beliau sudah cukup berumur saja tetapi jarak tempuhnya memang cukup jauh, melewati Belgia dulu sebelum masuk ke negara Perancis …..
Coba itu! Bagaimana hatiku, hati kami tidak tersentuh ketika Arie benar2 terlihat peduli dan sayangnya kepada kami? Aku terus mengingat papa, yang seramah dan seperti Arie. Sehingga, tiak salah jika aku bisa menganggap Arie seperti papa, yang tetap berusaha untuk membahagiakan aku dan keluargaku …..
*Terima kasih, Arie …..
Di mobil, sungguh kami sangat ceria dan tertawa2 dengan cerita2 lucu, kenangan2 beberapa hari berjalan2, atau ceria Arie tentang pamerannya di Paris. Anak2ku berceloteh riang menanggapi gurauan Arie, dan aku hanya bisa tersenyum simpul atau tertawa terbahak, jika ada yang lucu. Karena bicaraku yang masih belm sempurnya, apa lagi Bahasa Inggris dengan cengkok2nya, aku masih susah untuk berkomunikasi dengan lancer kepada banyak orang.
Tetapi Arie tetap mengerti dengan ‘bahasaku’, yang biasanya dipenuhi oleh otak yang tiba2 ‘hank’ dan error, karena tidak familiar dengan bahasanya. Dan penambahan2 bahasa isyarat dengagn tangan kiriku untuk memperjelas maksudku. Dan Arie sungguh mengerti itu ……
Ya! Inilah aku, setelah stroke. Otakku memang sudah cacat. Tetapi beruntung, aku masih bisa mengerti semuanya sesuai dengan pengertianku sebelum stroke. Puji Tuhan, aku pun masih bisa berbicara dengan Bahasa Inggris, walau harus dibantu bahasa isyarat, dan aku menikmati anak2 yang terus mendukungku dan membantuku selama perjalanan dan libuarn ini …..
Rasa syukurku terus berbunga, ketika aku mendapatkan seorang ‘ayah’ dan sahabat di Belanda. Serta teman2 baru selama berlibur ini. Tuhan sungguh luar biasa! Dan semakin luar biasa, jika aku terus membuka hati dan diri, untuk DIA terus memberkatiku dengan Kasih NYA …..
Dan perjalanan serta kegiatan hari terakhir di Holland, berlangsung sangat bahagia …..
Sebelumnya :
Dari Pelukis Jalanan, Becak Indonesia, Pasangan Usia Lanjut yang Selalu Mesra di ‘Grand Place’ …..
‘Belgian Waffle’, Menggoyang Lidah Hanya dengan 1 Euro, Masa’ Sih?
2 Jam di Landmark ‘Grand Place’ Brussels
‘Sightseeing’ Kota Brussels, Belgia di Musim Panas itu
‘Atomium’ : Molekul Raksasa yang Berpenghuni
Perjalanan Menuju Brussels, Belgia …..
‘New Madurodam’ di The Hague: Miniatur Park Kebanggaan Belanda
Di The Hague [Den Haag], ada ‘Javastraat’ dan ‘Restaurant Garoeda’ …..
‘Royal Delft Blue’ : Keramik Cantik Khas Belanda
Delft, Kota Pelajar yang menjanjikan Ketenangan dari pada Eforia dan Hura-Hura
Dari Rotterdam ke Delft : Hijau Rerumputan, Mahasiswa dan Kota Pelajar serta City Hall
Rumah Kubus ‘Kubuswoningen’ : Seni Arsitektur untuk Sebuah Tempat Tinggal
‘Euromast Tower’, Rotterdam : Apa Saja yang Bisa Dilakukan Disana?
360 Derajat Memandang Kota Rotterdam di ‘Euromast Tower’
Rotterdam, Holland : Kota Seribu Wajah
Perjalanan dari Amsterdam ke Rotterdam
Parade Foto : Burung-Burung itu Hinggap di Tangannya …..
Mencoba Sepatu Kayu ala Noni Belanda
‘Wooden Shoes Factory’ di Marken, tetapi Tidak Seperti Pabrik …..
Selamat Datang di Marken, Selamat Tinggal Volendam
Bahkan Burung-Burung itu Tetap Bisa Makan …..
‘Fish & Chips’ : Makanan Khas Kota PenghasilIkan
‘Fotograaf de Boer’ : Kenangan Terindah dari Volendam
Keju, Keju, Keju dan Keju di ‘Cheese Factory’ Volendam
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “ Hari Terakhir di Holland, Sebelum Melanjutkan ke Switzerland”
Posting Komentar