Jumat, 19 September 2014
2 Jam di Landmark ‘Grand Place’ Brussels
Jumat, 19 September 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Perlahan Dennis memegang kursi rodaku untuk menjagaku tidak melaju dengan cukup cepat, dan Michelle sedikit menahan pegangan kursi roda untuk membantu Dennis. Teman2 se-bus dan tour guide, prihatin dan mengerti untuk menunggu kami bertiga. Memang cukup lama kami harus turun ke lembah kota menuju downtown. Mencari makanan, dan menjumpai “Manneken Pis” untuk sekedar berfoto. Dan pastinya, mengunjungi toko2 coklat Belgia, yang terkenal sangat lezat di dunia …..
Ya! Coklat Belgia ( katanya ) adalah yang terbaik di dunia! Aku tidak tahu karena aku tidak suka coklat. Aku makan coklat hanya sekedarnya saja, dan belum bisa membedakan coklat Belgia dengan coklat2 import yang lain.
Sampai landmark Grand Place, pertama kali yang kami lihat adalah ‘weekend market’ ( waktu itu adalah hari Sabtu ). Mulai dari barang1 seni, baju2 ( entah baju2 baru atau bekas ), peralatan rumah, tanaman sampai pelukis2 jalanan seperti di Paris. Sangat menarik, untukku!
Weekend Market di Grand Palace, Brussels
Walau jalanan ala kota2 tua Eropa dengan con-blok yang tidak rata dan membuat tubuhku sakit karena kursi rodaku ‘granjulan’, aku pun tetap menikmatinya, tanpa merasakan sakitnya tubuhku.
Landmark Grand Place cukup ramai. Berbaur dengan penduduk lokal yang menikmati suasana weekend yang cukup hangat, kami para wisatawan bergerak menuju Grand Palace dan Manneken Pis serta menikmati cafe2 cantik disana.
Menuju Grand Palace dengan kursi roda …..
Tour guide kami, membawa kami ke Manneken Pis terlebih dahulu, bercerita tentang itu dan ‘membubarkan’ kami untuk acara bebas sekitar 2 jam. Manekkin Pis itu adalah boneka setinggi sekitar 60 cm dengan banyak cerita legenda di dalamnya. Dan baju tradisional Sumatera pernah menjadi ‘baju kebesarannya’ beberapa tahun yang lalu. Lihat tulisanku ‘Manneken Pis’ : Brand dan Image Kota Brussels.
Aku tidak mau bercerita lagi tentang Maneken Pis nya, tetapi aku ingin menuliskan suasana nyaman dan sedikit panas, summer itu. Dengan aku dusuk di kursi roda, aku berada di titik terpendek di antara mereka. Menjadi tidak bisa melihat2 detail bangunan yang aku suka, apalagi memotretnya. Sehingga, aku meminta Michelle memotretnya untukku. Bahkan aku baru bisa memotret dan berfoto ria menjadi latar depan Manneken Pis, setelah beberapa menit aera itu cukup kosong …..
Suasana Grand Place di Brussels, weekend itu dengan Dennis dan Michele …..
Di sekeliling Manneken Pis, banyak terdapan toko2 souvenir dan toko2 coklat. Itu pun semua penuh, sehingga kami hanya berjalan2 di depan toko2 itu sambil mencari tempat untuk membeli makan siang untuk kami. Di beberapa toko souvenir yang tidak terlalu penuh, kami menyempatkan membeli beberapa tanda mata dari Brussels untuk oleh2.
Ketika kami berada di sebuah toko souvenir dan memngumpulan souvenir2 yang kami pilih untuk kami beli, dan ketika aku siap membayarnya dengan kartu kredit, ternyata toko tersebuat menyesuaikan alatnya yang baru untuk meminta ‘pin transaksi’ kartu kreditku! Aku bingung karena belum punya ‘pin transaksi’. Yang aku punya hanya ‘pin untuk ambil uang ( withdrawl ). Sehingga aku tidak jadi memakai kartu kredit. Dan seketika itu juga, aku sadar bahwa aku salah memperhitungkan tentang memakai ‘cash money Euro’ atau memakai kartu kredit …..
Aku langsung sedikit panik! Jelas! Rencananya memang aku sesedikit mungkin memakai kartu kredit untuk menghindari hutang, apalagi dalam bentuk Euro yang belum tahu pasti apakah kurs akan naik atau turun. Jadi, aku menukarkan Euro cukup banyak sehingga inginnya pemakaian kartu kreditku berkurang. Cash di tempat.
Tetapi yang ada, ternyata aku salah perhitungan. Barang2 disana, tour, bahkan makan pun sangat mahal, dan 4 hari ini aku belum merasakannya karena cash Euro ku masih banyak. Tetapi ketika aku membuka dompetku dan mendapatkan Euroku menipis, mau tidak mau aku harus memakai kartu kreditku. Tetapi ketika aku membutuhkan pin transaksi, ternyata aku tidak punya! Paniklah aku! Cash menipis dan pin transaksi tidak punya!
Sambil berpikir keras, aku mulai merencanakan ’sesuatu’, entah apa, untuk mengatasi kepanikanku. Aku mulai berhitung tentang Euro cash dan mulai memperhitungkan semuanya. Dan ketika kami sampai Zurich kemudian, sungguh, kepanikkanku menjadi kenyataan …..
Suasana sedikit tegang ketika panik menyerang, ternyata luluh dengan keceriaan anak2ku. Mereka senang mendapatkan barang2 yang mereka inginkan. Aku memang sengaja menabung dengan keras untuk berlibur ini dan uang saku yang cukup lumayan. Semuanya untuk anak2ku, untuk membahagiakan mereka …..
Kami terus berjalan2, mencari cafe, resto atau kedai untuk makan. Tetapi semuanya penuh! Weekend benar2 membuat kami ‘terlantar’. Perut kami sudah keroncongan dan panas matahari walaupun tetap angin cukup dingin ( tumben! ), membuat kami sedikit kegerahan. Haus dan lapar. Bahkan tempat duduk pun penuh! Kasihan anak2! Aku sih tetap di dorong di atas kursi roda …..
Cafe2 cantik yang semakin siang justru semakin penuh! Burung2 pun menikmati remah2 biskuit yang aku sebarkan disana …..
Akhirnya, kami meneduh di pojokkan toko, berlindung dari panas matahari. Dan anak2ku kecapaian ….. Mataku menyusuri toko2 dan cafe2 untuk mencari makan yang bisa di ‘take-away’, dan pilihanku mulai terfokus untuk kesana …..
Sebelumnya :
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “ 2 Jam di Landmark ‘Grand Place’ Brussels”
Posting Komentar