Jumat, 03 Januari 2014
Perlintasan Rel Kereta, Berhantu? Hiiiii…
Jumat, 03 Januari 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Coba amati foto di atas :
Antara besi rel kereta, aspal
meninggi. Terlihat, aspal tidak rata ( memang tidak rata karena
‘dikorup’, atau aspal ‘turun’ ). Ini sangat membahayakan, karena roda
kendaraan bisa tersangkut, sementara ini adalah ‘daerah rawan’…..
Tahun Baru. Seharusnya, awal tahun
merupakan semangat untuk melakukan yang lebih baik lagi di tahun 2
sebelumnya. Itu adalah pemikiran orang2 normal. Bahwa kita akan
melakukan yang lebih baik lagi! Aku belum menemukan orang2 yang
melakukan yang sebaliknya. Mau melakukan yang lebih buruk dari tahun2
sebelumnya …..
Benarkah itu?
Semuanya tetap ada kemungkinannya.
Probabilitasnya cukup besar, ketika kita sadar bahwa manusia ada
milyardan orang di dunia, bahkan di Indonesia pun lebih dari 200 juta
manusia, yang berbenturan dari latar belakangnya, agamanya, strata
sosialnya, pemikirannya, dan semuanya sesuai dengan yang diciptakan
Tuhan kepada masing2 makhluknya.
Di Jakarta pun demikian. Ketika
pemerintah daerah Jakarta berusaha untuk terus meningkatkan pelayanannya
bagi warga kota, masih banyak orang yang tidak ikut serta berusaha
untuk meningkatkan kesejahteraan warga, yang paling tidak untuk dirinya
sendiri. Pengerusakan2 dan pencurian2 fasilitas2 perkotaan masih kerap
ada, walau fasilitas2 kota itu merupakan salah satu kesejahteraan warga
kota itu sendiri. Mereka hanya egois, untuk keuntungan pribadinya saja
…..
Kupikir, warga Jakarta yang mengerti dan
peduli sudah sangat terganggu dengan banyak sekali perlintasan kereta
api yang tidak bisa ‘mengayomi’ warga. Antara rel kereta dan jalan
aspal, sebagian besar rusak. Biasannya ditambal dengan batu2, atau aspal
yang asal2an, yang membuat seing kali roda kendaraan ‘tersangkut’,
susah berjalan ataupun harus sangat pelan karena lubang2 yang berat.
Sehingga justru di perlintasan kereta api yang sedianya adalah tempat
paling ‘berbahaya’, yang harus cepat2 dilewat, tetapi justru sering
menghambat perjalanan semua kendaraan.
Mau bukti?
Coba deh lewat perlintasan kereta.
Amati. Rasakan. Apakah nyaman untuk melintasi rel kereta? Apakah ada
lubang2? Apakah nyaman untuk melintasina? Pastikan sendiri …..
***
Konsep perlintasan rel kereta itu justru
sebuah konsep yang detail. Bahwa di perlintasan ketera api merupakan
‘daerah rawan’. Disana bisa tiba2 saja ada kereta yang lewat dengan
cepat, ada ‘force majeure’ atau apapun, sehingga jika kita melintasinya
seharusnya dengan cukup cepat, segera tetapi tetap berhati2.
Perlintasan kereta api adalah ‘daerah’
yang harus ‘dilindungi’. Artinya, di daerah itu banyak rambu2 lalu
lintas untuk pemakai jalan raya berhati2. Karena untuk pengguna jalan
raya, akan menjadi tidak berhati2 karena SUDAH BIASA! Mereka
melihat perlintasan jalan kereta sebagai jalan biasa, sehingga jika
tidak berhati2, akan menerobosnya, bahkan pintu sudah ditutup tetapi
tetap menerobosnya. Sehingga banyak terjadi kecelakaan.
Sepintas, perlintasan rel kereta ini
‘baik2 saja’, tetapi ini adalah perlintasan yang sama untuk kami ke
Gereja di Pasar Minggu. Kami memutar dari arah Jalan Raya Pasar Minggu
ke arah Depok, kembali ke kompeks Pertanian.
Perlintasan ini sangat parah! Roda
mobil kami selalu tersangkut. Dan cukup lama untuk melintas 2 jalur
kereta disana. Padahal, aku sering ‘dag dig dug’, karena kereta sering
melintas disana tiap beberapa menit sekali ( Commuter Dejabotabek ).
Hampir semua perlintasan kereta di
Indonesia sangat rawan bagi keselamatan pengguna jalan, bahkan bagi
semua warga kota …..
Coba lihat! Justru di ‘daerah rawan’ ini hanya
memakai ‘jalan tambalan’, hanya pasir atau aspal yang asal2an, yang bisa
membuat roda kendaraan tersangkut atau terpeleset, khususnya kendaraan
roda dua …..
Beberapa kali aku berada di Amerika dan
negara2 besar yang peduli dengan keselamatan dan kesejahteraan
wawrganya, mambuat aku banyak berpikir. Bahwa sudah selayaknya lah
Indonesia lebih memiirkan keeselamatan dan kesejahteraan warganya. Bukan
hanya pemerintahnya saja, melainkan juga antara manusianya, sehingga
bisa saling mendukung. Salah satunya tentang perlintasan kereta api.
Beberapa yang aku pikirkan tentang perlintasan kereta api, adalah :
1. Ketinggian antara rel kereta dengan jalan kendaraan ( beton atau aspal ), HARUS SAMA, sehingga kenyamanan berkendara bisa menjadi ‘visi penyelamatan’ pegguna jalan.
Seperti yang aku tuliskan diatas, bahwa
daerah perlintasan kereta merupakan ‘daerah rawan’, dan akan ada banyak
kecelakaan disana.
Di Michigan City dan di Forth
Worth Texas, Amerika Serikat. Antara besi rel ketera dengan jalan
TINGGINYA SAMA, sehingga nyaman untuk digunakan dan tidak ada yang
tersangkut, yang bisa membahayakan warga ……
2. Bantalan antara rel kereta dengan jalan kendaraan ( beton atau aspal ), HARUS TIDAK
CEPAT RUSAK.
Masalahnya, perlintasan ini pasti
dipakai oleh semua jenis kendaraan. Untuk kendaraan besar seperti truk
tronton, akan bisa merusak perlintasan karena ada 2 material yang
berbeda ( Komposit : besi rel kereta dengan beton atau aspal ). Sebuah
komposit merupakan ‘daerah rawan’ rusak.
Di Alberta dan Oregon, Amerika. Di
tiap perlintasan kereta, menggunakan material yang lain. Sepertinya,
aspal tidak direkomendasikan sebagai fokus perlintasan. Mereka
menggunakan BETON, yang memang jauh lebih kut dari pada aspal ( material putih itu adalah beton dan yang abu2 adalah aspal ).
3. Akan banyak membantu antaran rel kereta dan jalan kendaraan MENGGUNAKAN MATERIAL YANG SAMA atau hampir sama.
Di beberapa perlintasan kereta di
Amerika, mereka menggunakan list besi di setiap ujung yang memang harus
mempunyai space atau jarak, sehingga tidak cepat rusak. Dan bisa dipakai
sepanjang tidak rusak.
Di Omaha, Amerika. Di tiap jeda rel,
memang ada space untuk lubang. Dan antara spave itu, menggunakan
material besi untuk list, sehingga tidak cepat rusak.
4. Juga, pengguna jalan akan lebih ‘aware’ jika perlintasan menggunakan WARNA BERBEDA dengan jalan disekitarnya, misalnya berwarna merah atau kuning.
Juga dengan memberikan banyak rambu2
bahaya untuk pengguna jalan lebih ‘aware’ tentang keselamatan.
Kepedulian pengguna jalan, harus terus diasah untuk keselamatan warga.
Di Solo, sudah peduli dengan
pelintasan rel. Dengan rata rel dan jalan kendaraan serta warna kuning
yang bisa membuat mata pengendara menjadi lebih ‘awas’ dan aware dengan
keselamatan.
5. Jika
rusak, misalnya ada kecelakaan, atau memang sudah aus ( INGAT : semua
material tetap mempunyai ‘lifetime’, sesai dengan jenis materialnya.
Yang jelas, besi lifetime nya lebih lama dari pada dengan aspal ), HARUS SEGERA DIPERBAIKI.
Bukan hanya menunguu waktu perintah atau
waktu pemerintah yang memperbaikinya, tetapi jika memungkinkan HARUS
SEGERA dengan swadaya masyarakat. Bawa pemerintah bertanggung jawab
untuk hal ini, tetapi masyarakat harus juga peduli dengan nyawa orang
lain …..
6. Dan sebagainya …..
Untuk di kota2 besar dunia pun, masih
ada juga kecelakaan2 di perlintasan jalan kereta. Itu pun mereka sudah
aware dengan keselamatan. Biasanya, si pengguna jalan sedang mabuk atau
sebuah kesalahan manusia ataupun memang ‘force majeure’ ( tidak bisa
dihindarkan ), tetapi BUKAN karena ketidak-pedulian warga kota di sebuah
negara, seperti di Jakarta.
Mereka bahkan tetap aware berkendaraan
setiap melintasi perlintasan kereta, walau tidak mempunyai palang
penutup. Untuk melintas, mereka pasti berhenti dulu, BENAR2 BERHENTI!
Lalu mereka menengok kanan-kiri, tanpa kendaraan saling berebut, lalu
terus melintas dengan tetap berhati2, sesuai dengan lajurnya! Bukan
saling serobot seperti di Jakarta!
Di Alberta, Amerika. Bahkan di kota
kecil yang sepipun, untuk melintasi perlintasan kereta, mereka akan
BERHENTI, dan melihat kiri-kanan sebelum melintasinya! Tanpa palang penutup, mereka sadar akan keselamatan pribadi ……
Hmmmmm ……., Bagaimana dengan di
Indonesia, khususnya di Jakarta? Bahkan palang pintu pun diterobos …..
dan mereka berada di dalam ‘daerah rawan’, sangat dekat dengan kereta
yang melaju dengan sangat kencang …..
Ckckckck …… menyedihkan! Apakah mereka tidak peduli dengan nyawa mereka?
Negara2 maju benar2 sudah mengerti
tentang keselamatan diri serta warga nya. Mereka tidak akan saling
menyerobot, apalagi di perlintasan kereta. Kepedulian seperti inilah
yang kita butuhkan, bagi warga kota yang metropolita, seperti warga
Jakarta.
Kerja sama antara warga dan pemerintah
memang sangat dibutuhkan. Karena tanpa kerja sama, pemerintah ridakakan
sanggup bekerja sendiri. Karena yang aku tahu dan sempat melihat sendiri
bahwa fasilitas2 perkotaan sering merupakan sasaran anarkis, bahkan
sengaja ‘diambil’ ( misalnya, besi pagar jalan, bahkan rel kereta) guna (
katanya ) menyambung hidup ……
Akan kan Jakarta khususnya mampu bekerja sama demi keselamatan dan kesejahteraan warga kota?
Semoga ini menjadikan salah satu refleksi kehidupan kota metropolitan Jakarta di tahun 2014 ini …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Perlintasan Rel Kereta, Berhantu? Hiiiii…”
Posting Komentar