Rabu, 27 November 2013
ODHA Itu adalah Sahabatku…
Rabu, 27 November 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Berteman dengan penderita HIV sama
sekali tidak bermasalah untukku. Seorang teman lama, sebut saja Lala.
Dia seumur denganku. Anaknya hanya 1 orang, sudah kuliah. Dan dia luar
biasa baik kepadaku, sejak sebelum aku sakt, bahkan sampai sekarang,
selalu mendukungku. Kami berteman bahkan bersahabat sejak sekitar tahun
2004. Sudah cukup lama.
Sebenarnya dulu dia baik2 saja. Sehat.
Semangat. Dan bahagia. Tetapi ketika permasalahan melanda bisnisnya, dan
mitra bisnis membuat Lala harus berkutat dengan pengadilan, hidup Lala
menjadi berantakan. Walau sekarang Lala sudah bekerja lagi, tetapi
trauma itu menjadikan dia belum mampu berdiri dengan tegap dalam menatap
masa depan …..
Aku sudah lama tidak bertemu dengannya.
Bahkan ber-bbm-an saja, jarang karena masing2 kesibukan. Aku dengan
pekerjaanku, hobiku dan aktifitas sosialku. Dan Lala dengan kegiatannya
sendiri. Tetapi ketika suatu saat sempat bertemu dengannya di sebuah
mall, kenangan manis dengan persahabatan kami langsung menyeruak. Sampai
siang kami ngobrol dengan Lala di sebuah cafe, dan setelah itu kami
sering ber-bbm-an, sampai sekarang. Itu sekitar 2 tahun lalu.
Cerita Lala tidak atau belum berubah
dengan permasalahannya. Padahal kehidupan dan kegiatanku terus berubah.
Dari sebelum sakit, lalu lumpuh, bangkit dan terus bekerja serta
melakukan apapun yang aku inginkan. Semuanya terus berubah. Sehingga,
sungguh, aku sangat mengerti bahwa sejak kami sama2 sibuk, atau paling
tidak 2 tahun ini, kehidupan Lala sepertinya ’stuck’ disini, hanya diam
ditempat. Bahkan, beberapa waktu yang lalu, aku dikejutkan bahwa Lala
mengidap penyakit HIV Aids. Ya, Lala sekarang adalah seorang ODHA (
orang dengan HIV dan Aids ).
Aku benar2 tersentak! Bukan karena aku
takut, tapi aku sangat prihatin dengan keadaannya. Ya, ketika aku
bertemu lagi dengan Lala di sebuah Gereja untuk aku bersaksi disana, aku
melihat Lala semakin kurus dan wajahnya tidak bersinar. Lala yang
sebelumnya cantik, selalu berdandan ala sosialita, ceria dan sangat
percaya diri, berubah menjadi Lala yang pendiam, wajahnya tidak bersinar
dan menutup diri dan dandanannya berubah menjadi seorang perempuan
setengah baya yang bersahaja …..
Lala menutup mulutnya rapat2, kepada orang lain, lebih2 kepada anaknya. Katanya, hanya dengan akulah dia bisa terbuka.
Catatan :
Aku sudah meminta ijin untuk menulis artikel ini, tetapi semua nama disamarkan.
Dia benar2 menarik diri dari
lingkungannya. Pekerjaannya sepertinya ditinggalkannya. Aku tidak tahu
persis nya apa pekerjaannya, dan tidak pernah bertanya2 kepadanya.
Bebannya sudah cukup berat tanpa aku mengusiknya dengan pertanyaan2.
Sehingga perjalanan persahabatanku dengan Lala sekarang ini lebih kepada
saling mendukung dan saling mengerti untuk bisa memahami tentang
pribadi lepas pribadi.
Selama 2 tahun ini, aku sempat mengamati
tentang Lala. Dari pertama Lala bercerita tentang ODHA, dia pun masih
tetap ‘terkucil’. Bukan! Bukan karena teman2nya ( atau aku ) mengucilkan
dia, tetapi justru Lala nya yang ‘mengucilkan’ dirinya sendiri.
Kebetulan dia bekerja di sebuah perusahaan yang kerjanya tidak harus di
kantor, sehingga dia justru bergembira ketika dia ternyata bisa bekerja
di rumah, lewat internet atau telepon. Sehingga, makin terkucilan dia.
Seharusnya, justru dia tetap ceria dan percaya diri, bukan malah
mengurung diri ……
Sering Lala melepaskan uneg2nya. Dia
beercerita bahwa dia takut karena katanya HIV tidak ada ( atau belum
ada? ) obatnya, sehingga dia ketakutan karena ’sebentar lagi aku akan
mati’. Untuk yang ini aku bisa mengatakan bahwa,
‘Aku adalah insan pasca stroke. Bawa aku
akan ’sembuh’ itu berdasarkan kepada semangatku. Bahwa ’sembuh’ itu
bukan berarti tanpa cacat, tetapi ’sembuh itu berasal dari hati yang
bahagia ……’
Berikutnya adalah tentang ( katanya )
dia hidup dalam kesia-siaan. Bahwa sisa hidupnya merupakan kesia-siaan,
sehingga terlihat dia semakin lama semakin terpuruk. Apalagi, dia
memutuskan untuk tidak mau berbagi dengan teman2nya. Dia mengatakan,
bahwa kemungkinan besar teman2nya takut untuk berteman dengan nya lagi.
Karena memang masih banyak yang tidak tahu bahwa HIV tidak ditularkan
HANYA sekedar memegang tangan saja.
Sosialisasi tentang penyakit HIV Aids
memang harus terus dikumandangkan. Seperti aku selalu menulis tentang
insan pasca stroke. Bahwa benar, masih banyak yang tidak tahu tentang
stroke dan masih banyak yang tidak peduli dengan ‘hati seorang pasca
stroke’. Apalagi insan pasca stroke itu seorang yang lumpuh separuh
tubuh, seperti aku. Dan dengan bersosialisasi dan mensosialisasikan
tentang stroke, justru aku ’sembuh’ dan ‘hidup’ kembali. Bahwa sembuh ku
itu bukan sembuh dari cacat, tetapi hati yang berbahagia membuat aku
senang dan terus ceria sepanjang aku tetap tegar dan berserah ……
Dan itulah yang aku inginkan dengan
Lala, seorang ODHA, sahabat yang tersayang, yang seharusnya mampu untuk
berbut lebih dari aku, yang cacat secara fisik. Ya, ODHA tidak akan
terlihat secara kasat mata, berbeda dengan insan pasca stroke. Fisiknya
benar2 nyata sebagai manusia disabled. Tetapi tidak dengan ODHA.
Sehingga, tidak salah yang aku katakan bahwa Lala seharusnya akan mampu
berbuat lebih dari aku, yang secara fisik adalah cacat …..
***
Bersahabat dengan ODHA bukan berarti
tidak akan tertular secara negatif. Justru kitalah yang harus
‘menularkan’ sebuah semangat untuk penderita. Supaya mereka tetap mampu
menapaki masa depannya sebagai seorang ODHA. Seperti aku sebagai insan
pasca stroke, teman2 dan sahabat2ku sangat mendukungku sewaku aku selalu
membuka diri dan hatiku untuk sebuah kasih dan semamgat bagi hidup
yang lebih baik.
Manusia sama sekali tidak mungkin tahu
rahasi Tuhan, kapan kita akan dipanggil menghadap NYA. Jangan2 yang
sehatlah yang lebih dulu dipanggil dibanding dengan kita. Tetapi
berpasrahlah serta terus berdoa untuk sebuah upaya penyembuhan diri
sebagai manusia yang ( salah satunya ) mempunyai penyakit2 yang (
katanya ) tidak tersembuhkan …..
Lala,
Doaku untukmu. Tetap semangat dan tetap berdoa serta bersyukur untuk sebuah pengharapan dalam Kasih Tuhan ……
Tags: Catatan Harian , kejiwaan
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “ODHA Itu adalah Sahabatku…”
Posting Komentar