Kamis, 21 November 2013
Cerita tentang ‘Banjir Kanal Timur’ : Banjir serta Ke-egois-an Warga Jakarta…
Kamis, 21 November 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sebelumnya :
Konsep BKT ( Banjir Kanal Timur )
sebenarnya bagus dan cukup mampu untuk sedikit meredam banjir di
Jakarta. Mengapa aku katakan ‘cukup mampu’, padahal banyak orang berkata
bahwa karena BKT lah banjir di Jakarta ( khuhusnya di Jakarta Timur )
lebih bisa terkontrol. Tetapi, ini adalah sebuah permulaan saja untuk
mulai menata infra-struktur untuk mengendalikan banjir Jakarta. Setelah
itu, permulaan harus ada lanjutannya. Terus melakukan dan membangun
infra-struk2 baru.
Kemarin dan tadi pagi, aku mendengar
berita di televisi tentang pemda DKI Jakarta khusus memberikan dana bagi
pemda Jawa Barat untuk pembongkaran villa2 di Puncak, yang notebene
seharusnya merupakan tanah serapan. Dikatakan berita tersebut, ratusan
villa yang tidak mempunyai ijin, yang menunggu dalam daftar untuk di
bongkar. Luar biasa pak Jokowi!
Ketika aku menulis banyak hal tentang
RTH ( ruang terbuka hijau ) dan tanah penyerapan yang sudah dan tidak
bisa menjadi penyerapan air hujan dalam beberapa artikelku :
Membuat aku bersorak. Karena jika kita
sebagai warga kota dan sebagai pemda tetap tidak peduli tentang kota
kita, percayalah! Tidak lama lagi, Jakarta akan tenggelam! Ya! Kota Jakarta benar2 akan tenggelam, secara fisik dan secara mental!
Tenggelam secara fisik, karena sekarang
pun air laut sudah meresap sampai Monas, sementara dari daerah hulu
tidak ada tanah untuk penyerapan. Di ujung utara Jakarta yang penuh
dengan ‘pulau2′ hasil reklamasi, sementara air dari hulu yang tidak bisa
terserap oleh tanah Jakarta, mengalir dan menggenang di Jakarta.
Hasilnya? Air hujan berkumpul di kota Jakarta, tidak bisa ke laut karena terhadang oleh reklamasi, dan air dari hulu terus mengalir. Dan akhirnya, perlahan Jakarta akan tenggelam …..
Tenggelam secara mental, menurutku itu lebih berat lagi. Dengan
ketidak-pedulian warga kota serta ketidak-pedulian pemda, serta masing2
hanya memikirkan diri sendiri saja, Jakarta akan terus tenggelam dari
warganya yang sangat egois! Sampai2 orang2 egois ini, sama
sekali tidak mau tahu, bahwa sudah dipaksakan saja tetap memberontak
sampai sungguh, aku ingin berteriak untuk mereka sedikit peduli!
Cerita tentang salah satu ke-egois-an warga Jakarta :
Kembali tentang BKT. Tentang banjir,
nanti akan terus dibahas. Tetapi tadi pagi ketika aku sempat
mengantarkan anakku yang bersekolah di sebuah sekolah besar di daerah
Cipinang, aku sampai tertegun, betapa warga Jakarta itu sangat - sangat -
sangat egois! Sangat egois!
Pemda yang sudah merampungkan fasilitas dan
lingkungan BKT, terpaksa ‘menutup’ jalan yang sedianya
untuk fasilitas
transportasi sepeda, bukan sekedar menutup dengan cone2 berwarna orange
saja, atau dengan tiang2 pipa saja, bahkan seperti foto ini, penutupnya
adalah beton rapat sepanjang lebar jalan! Bahkan jika yang bersepeda pun
harus mengangkat sepedanya dulu atau melewat taman dan selokan dahulu
sebelum bersepeda di jalan sepeda tersebut!
Jalanan khusu sepeda sampai di pagar
beton seperti ini, pun sepeda motor memaksa menerobosnya! Bukan hanya 1
atau 2 motor saja, tetapi puluhan bahkan mungkin ratusan motor, pagi
tadi …..
Rambu2 lalu lintas tanda sepeda untuk warga Jakarta hanya basa-basi saja! Duh …..
Puluhan atau ratusan motor berlawnan
dengan mobil bak terbuka, di jalanan khusus sepeda, semuanya ngotot
berkutat untuk yang tercepat, semuanya sangat egois! Akhirnya, tabrakan
pun terjadi …..
Sudah sampai sebegitunya pun, pengendara motor tetap masuk ke areal jalanan sepeda, pun termasuk mobil! Ckckck …..
Bahkan aku melihat kecelakaan yang
barusan terjadi. Puluhan sepeda motor berebut jalan sepeda, sementara
sebuah mobil bak terbuka melaju dari arah yang berlawanan, akhirnya
terjadi tabrakan! Siapa yang salah? SEMUANYA!!
2 mobil bak terbuka menyusuri jalanan khusus sepedan di BKT ….. menyedihkan …..
Jika ditanya, mengapa mereka memakai
fasilitas jalan sepeda untuk motor dan mobil mereka? Aku sangat yakin
jawaban mereka : MACET! Kan harus buru2 ke kantor! Yah! Macet adalah
‘kata kunci’ dan macet merupakan ’solusi’ bagi mereka yanh egois! Antara
warga dan pemda harus ada kata sepakat dalam peraturan! Karena Jakarta
memang masih minim dengan fasilitas2, tetapi pun semuanya harus ada
aturannya …..
Lagi, tentang ke-egois-an warga Jakarta :
Dalam tulisanku tentang [Truk dan Kontainer] ‘Si Komo’ Merusak Jakarta … aku katakan bahwa salah satu penyebab kemacetan adalah truk dan container yang tidak diatur sesuai dengan standard2 aturan baku yang berlaku.
Ada komen yang mengatakan bahwa truk dan container itu rantai ekonomi,
jadi tidak benar bahwa truk dan container yang harus ‘dibuang dan
dikesampingkan’ di ibu kota.
Aku hanya geleng2 kepala. Itu benar!
Bahwa truk dan container adalah mata rantai perekonomian kota, bahkan
negara, karena merupakan angkutan semuanya! Ada makanan, dokumen2 dan
sebagainta. Tetapi SEMUANYA HARUS DIATUR!
Semua ada peraturannya! Jika kita hidup di sebuah negara, atau di sebuah
kota, bahkan di sebuah rumah, semuanya ada aturannya! Jika tidak mau
diatur, buang saja ke laut! Atau ke hutan! Yang aturan disana adalah
’siapa yang kuat dialah yang menang!’ Apakah sudah sebegitu egois nya,
orang2 itu??
BKT adalah salah satu cermin warga kota, cermin kita semua.
Ketika
pemda lalai tentang fasilitas2 kotanya, warga kota beramai2 mendemo dan
meminta hak2 mereka. Tetapi ketika pemda sudah melakukan tugasnya dan
terus berusaha untuk memberikan hak2 bagi warganya, ternyata warga
justru seenaknya saja dan sangat egois memanfaatkan fasilitas2 tersebut
untuk kepentingannya sendiri …..
Jadi, bagaimana Jakarta mau maju? Dengan
peraturan2 yang sebenarnya merupakan peraturan standard yang baku, pun
wara kota tidak mau peduli, bahkan jika diingatkan mereka justru ‘lebih
galak’ dari yang peduli.
Sekarang, sudah saatnya warga
Jakarta harus menajamkan ’sense of belonging’ untuk kepedulian tentang
apapun bagi kota dan negara kita, JIKA kita tidak mau ikut ‘tenggelam’
bersama kota dan negara kita …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Cerita tentang ‘Banjir Kanal Timur’ : Banjir serta Ke-egois-an Warga Jakarta…”
Posting Komentar