Kamis, 10 Oktober 2013
‘Brussel in [Piano] Love’
Kamis, 10 Oktober 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
“Lyphard Melody” - Richard Clayderman
Tiba2 saja aku ingin bermain piano.
Tapi dimana? Aku sedang berada di Brussel, Belgia untuk menjalankan
tugas kerja. Ah ….. ‘ngawur’ saja! Bermain piano dimana? Aku tersenyum
sambil menggeleng2kan kepalaku, untuk mengusir keinginan2ku yang sering
‘aneh2′ …..
Aku baru bangun tidur. Jam meja di
hotelku tempat aku tinggal sudah sekitar 5 hari itu menunjukkan jam 5.00
pagi waktu setempat. Masih pagi sekali, aku turun dari tempat tidur,
menyikat gigi dan sedikit membasuh wajahku. Udara sangat dingin, padahal
heater kamarku sudah aku atur untuk temperatur cukup hangat. Aku
merapatkan mantelku, padahal aku sudah menghangatkan badanku dengan kaos
tebal, dan pullover, ditambah mantel besarku.
Aku tidak bisa tidur lagi. Kedinginan.
Lalu aku menyalakan televisi untuk sekedar membuang waktu dan ada
‘teman’. Kunyalakan pemasak air dan kuseduh teh panas. Tanganku agak
mengerut karena kedinginan. Nahkan sering tubuhku menggigil. Sambil
bernyanyi2, aku lakukan hal2 yang selalu aku lakukan jika bangun pagi
seperti ini, sebelum aku membereskan berkas2 untuk aku bawa ke tempat2
survey.
Jam 6.00 pagi, tubuhku lebh baik, tidak
kedinginan. Sehingga aku bisa membuka manter, pullover serta kaos tebah
untuk tidurku, dan menggantinya dengan baju lebih resmi untuk bekerja.
Hiiii ….. ternyata ketika tubuhku terbuka, serangan dingin menjadi2
sehingga aku cepat2 memakai baju resmiku.
Aku memakai kaos hitam sediki
resmi, ditambah blazer dengan penutup berbahan rajutan berwarna abu2
kehijauan tua untuk membuat tubuhku lebih hangat dan nyaman. Setelah
itu, jika aku keluar bangunan, tubuhku aku tutup dengan mantel panjang
berbahan tebal bermotif kulit ular berwarna kehijauan. 3 baju tebal,
membuat aku agak kepayahan karena cukup berat. Tetapi jika tidak, aku
pasti kedinginan. Jadi, mau pilih yang mana?
Setelah sedikit berdandan ( untukku
berdandan itu bukan merias wajah, tetapi merawat tubuh untuk aku tidak
terserang kulit kering dan mulut pecah2. Untuk itu aku banyak memakai
‘body lotion’ pada kulitku supaya tidak kering dan memoleskan sering2,
‘lipgloss’ supaya bibirku tidak pecah2 ), aku turun dari kamarku untuk
makan pagi.
Hotelku di Brussel cukup mahal, sesuai
dengan pengundangku untuk melakukan sedikit survey ke beberapa pabrik
yang memproduksi beberapa jenis ‘parqhuette’ ( parket = lantai kayu )
untuk dipakai di beberapa proyek2ku. Sebuah hotel bintang 5. Sebenarnya,
aku lebih suka tinggal di hotel2 kecil tetapi lebih nyaman dengan
keakraban pemilik atau penjaga hotel, dibandingkan di hotel2 besar yang
mewah tetapi aku tidak merasa ‘homy’.
Ah, sudahlah ….. toh aku tidak mengeluarkan uang, kan? Hehehe …..
Aku berjingkat turun dari lantai 5.
Malas naik lift sembari aku menghangatkan badan, aku berjalan kaki
melewati tangga. Sehingga di lantai dasar, tubuhku sediki berpeluh
karena aku membawa tubuh kecil dengan 3 baju tebal. Nafasku sedikit
terengah, dan aku mencari tempat duduk sebelum masuk ke restauaran
tampat makan pagiku.
Sambil mengatur nafas, aku melepas
mantel besar kulit ularku, yang aku beli di Paris, setahun sebelum waktu
itu. Sambil celingak celinguk, seotang petugas hotel menawarkan teh
hangat untukku, ketika mungkin dia melihat aku kecapekan turun dengan
tangga. Aku tersenyum kepadanya, dan menganggukkan kepalaku. Jadi, ada
alasan aku duduk lebih lama disana, sebelum makan pagi. Karena kursi ini
jelas2 ditempat yang strategis untuk banyak orang bisa memperhatikanku!
Hehehe … bukan narsis, tetapi karena aku benar2 kecapekan!
Setelah teh ku abis, aku meletakkan
cangkir cantik khas Brussel ke meja di depanku, dan aku pamit kepada
petugas yang melayaniku untuk ke restauran. Tetapi aku belum mau makan,
sehingga aku sempatkan berputar2 di area lobby sambil memotret sebagai
referensiku. Sebuah hotel bintang 5, modern, tetapi berbaur dengan
kekhasan klasik Belgia. Cantik! Beberapa furniturenya berpadu dengan
alam, kayu2 gelondongan. Dan lantainya bermotif Corintian.
Hotel itu cukup besar. Area lobby pun
sangat menarik dengan beberapa ‘drugstore’ dan toko2 souvenir. Aku
melangkah maju lebih jauh lagi. Ada ruangan besar, yang ternyata menjadi
fokus dari lobby ini. Ternyata, ruang ini seperti sebuah ‘teater’.
Bukan. Bukan teater, tetapi kata petugas biasanya tempat itu untuk
bermusik. Bisa band modern, atau concerto klasik. Dan begitu aku masuk,
ternyata ada sebuah P I A N O! Ya ampunnnnn ……. mimpiku tadi pagi akan menjadi kenyataan! Hmmmmm …… hmmmmm ………
Waaawwww …… ‘baby grand piano!’ Sebuah ‘baby grand piano’ dengan pembungkus kayu! Cantik sekali! Sungguh, sangat cantik!
Dengan penuh perasaan, aku bermain dengan baby grand piano berkulitkan kayu, luar biasa!
Dulu, aku ingin sekali mempunyai
grand piano. Ketika papa membelikan piano pertama kali untuk aku belajar
tahun 1976 ( aku baru kelas 1 SD ), papa membeli piano yang terbesar (
type U1 ), tetapi bukan grand piano karena tidak ada tempat di rumah
orang tuaku. Tetapi aku pernah mengimpikan untuk membeli grand piano
jika aku mempunyai rumah sendiri.
Ternyata, mimpi itupun batal, karena
rumahku lebih kecil dari rumah orang tuaku, dan karena juga harga grand
piano berharga sama dengan semua mobil ……
Mataku berbinar! Aku berjalan menuju
piano cantik itu. Rasa laparku menguap sudah! Tanganku sudah gatal untuk
memainkannya! Ya Tuhan! Aku bisa bermain piano dengan baby grand piano
cantik, di sebuah hotel bintang 5 di Brussel! Bahkan mimpi itu tidak
sebagus dan secepat ini! Ini adalah kenyataan! Dan mimpiku benar2
terwujud, dengan cepat dan lebih bagus! Tuhan menuntunku dalam sebuah
rencana Tuhan, yang aku tidak mengerti apa yang DIA mau aku perbuat ……
Petugas hotel yang melayaniku
mengambilkan secangkir teh hangat itupun menghampiriku. Dengan kata2nya
yang khas ‘european’, dia bertanya apakah aku ingin memainkan piano itu?
Mataku berbinar menjawabnya, “Ya, aku mau main piano!” dan aku
mengarahkan jempol kananku untuk mengucapkan terima kasihku padanya
ketika dia menarik kursi piano itu dan menyilahkan aku duduk. Hmmmmm,
tanganku sudah tidak sabar lagi! Pikiranku sudah terfokus dengan
partitur2 lagu2 yang akan aku mainkan!
***
Hari itu masih cukup pagi. Jam 7.00
bukan untuk bekerja, apalagi di Brussel. Walau hotel ini buka 24 jam dan
masih cukup pagi, tetap ada beberapa pengunjung keluar masuk Ada hanya
duduk2 atau ‘ngopi di cafe hotel. Aku cuek saja, dan langsung membuka
tutup piano itu, melihat tuts dalam 8 oktaf, dan tanganku sudah siap
untuk memencet tuts pertama.
Udara memang dingin dan tanganku tetap
terus dingin. Apalagi sarung taganku, aku buka untuk bermain piano,
ssehingga aku agak gugup ketika menyadari suatu saat dalam memainkan
lagu, tiba2 tanganku agak kaku dengan bergetar karena dingin. Tetapi ……
ah, tunggu apa lagi? Masa bodohlah ….. mimpi itu sudah tergenggam dan
terjelma, masakan aku melepaskannya??
Lalu pertama yang sangat aku sukai dari Richard Claiderman, ‘Nostalgy’.
Dengan penuh perasaan, aku menutup mataku sambil menekan2 tuts piano
ini, terus berulang2. Semakin lama semakin syahdu, yang mungkin suara
piano itu mengalir ke semua penjuru area lobby, sehingga banyak orang
dan pegawai2 disana memperhatikanku ….. sampai aku berhenti setelah aku
mengulangnya 5x, dan mereka bertepuk tangan! Hehehe ……
Semakin percaya dirilah aku, sehingga aku memainkan belasan lalu sekitar hampir 1 jam. ‘Lettre a Ma Merre’, adalah lagu kedua, bersambung dengan ‘Lyphart Melody’, ‘La Trendesse’, ‘Balade Pour Adeline’ dan ‘Married de Amor’ dan beberapa lagu dari komponis yang sama. Setelah itu, berganti dengan komponis Beethoven dengan ‘Fur Elise’, Bach dengan ‘Minuet 6′ serta lagu modern ‘Hawaiian Wedding Song’. Terus berganti2 lagu, sampai jari2ku lelah bermain.
Astaga! Ternyata memang sudah cukup lama
aku bermain piano, sehingga aku menyudahi permainanku. Mereka terus
bertepuk tangan sampai aku menjadi malu. Hanya iseng2 bermimpi bermain
piano, berlanjut manajer hotel itu meminta aku untuk memainkannya setiap
pagi sebelum aku pergi …… Heh??? Wwwaaaaawww …….
Aku hanya tertawa menanggapi manager
itu, aku katakan bahwa aku hanya tinggal 2 hari lagi di hotel itu dan
tidak ada banyak waktu untuk bermain piano. Dan dia mengerti, sambil
menemaniku ke resto untuk sarapan.
Aaaahhhh ….. jika kita merasakan betapa
senangnya kita bisa menekuni hobi kita, dan bilamana hobi kita itu di
apresiasikan oleh banyak orang, tidak terbayangkan kepuasan yang ada di
hati kita. Begitu juga aku! Dadaku berbunga oleh kebanggaan dan oleh
kebahagiaan, bahwa perwujudan mimpiku merupakan perwujudan kasih Tuhan
untukku …..
“Lyphard Melody” - Richard Clayderman
Tags: Jalan-Jalan
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Brussel in [Piano] Love’”
Posting Komentar