Senin, 29 Juli 2013
Doa Untuk Mas Sulistyono, Sahabat Baruku Penderita ‘Kanker Lambung’
Senin, 29 Juli 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Tags:
kejiwaan ,
Kesehatan ,
Medis
Aku bersama mas Sulis dan keluarga ( mba Dewi dan mba Tari ), pak joko dan terapistnya.
Setelah sebelumnya aku menjenguk sahabatku, Liza ( lihat tulisanku Update tentang Liza: Sahabat ‘Cancer Survivor’ ), hari
Jumat sore-nya, aku datang menjenguk kakak ipar teman Gerejaku, mba
Tari . Mba Tari adalah salah satu pengajar Paduan Suara Anak2, dimana
kedua anakku sejak tahun 2007 sampai tahun 2009, ikut Paduan Suara Anak2
( PSA ) dan sempat beberapa kali memenangkan lomba Pesparawi ( Paduan
Suara Gerejawi ) seluruh Indonesia. Dan sebagai orang tua dari anak2ku,
aku cukup dekat dengan mba Tari.
Kakak ipar mba Tari, mas Sulistyono
suami dari kakaknya mba Dewi, sedang menderita kanker lambung, dimana
menurut mba Tari, sedikit atau jarang seseorang menderita kanker
lambung. Biasanya mereka terkena kanker usus. Tetapi dari sedikit yang
terkena kanker lambung, Tuhan memberikan penyakit kepada mas Sulistyono (
atau mas Sulis, begitu kami memanggilnya ), pasti untuk suatu misi
khusus, entah apa. Dan keluarga luar biasa tersebut, sagat percaya bahwa
semuanya adalah yang terbaik bagi mas Sulis.
Sekitar jam 18.00 lebih seteah menerobos
kemacetan yang luar biasa dari rumahku sampai ke Rumah Sakit Medistra,
aku datang kesana untuk menemani keluarga mba Tari dan bersama berdoa.
Aku memang belum mengenal mas Sulis dan mba Dewi, istrinya. Tetapi aku
meyakini bahwa dalam melayani bersama Tuhan, kita tidak bisa memilih.
Jika kita memang sudah terjun untuk melayani, Tuhan akan membukakan
jalan untuk melayani NYA, dan itupun tidak akan tanggung2!
Ketika aku benar2 sudah yakin dalam
pelayanan untuk Tuhan, DIA tidak tanggung2 untuk membuka jalan NYA
untuku. Sebelum ini, aku memang sudah pelayanan bagi sesama insan pasca
stroke, yang terbeban dalam depresi dan ketakutan2 yang tidak beralasan.
Banyak sesama yang demikian, sementara mereka benar2 merasa tidak
berguna dengan kecacatan dan keterbatasan mereka. Tidak hanya sahabat
dan teman, tetapi sesama yang aku belum pernah tahu ataupun belum pernah
mengenalnya.
Sekarang, Tuhan terus membukakan
tingkap2 langitnya untuk aku terus melayani sesama. Bukan hanya indan
pasca stroke saja ( stroe survivor ) tetapi juga cancer survivor,
sementara aku memang juga pernah sebagai cancer survivor, dan Tuhan
sudah benar2 menyembuhkan aku. Betapa Tuhan mengasihiku, sehingga aku
disembuhkannya. Jadi, mengapa aku tidak membalas kasih Tuhan kepadaku?
Dengan melayani sesama yang berbeban walau aku sendiri tidak bisa
berbuat banyak karena keterbatasanku ……
Belajar dari pengalamanku sebagai
‘cancer survivor’, aku sangat memahami bagaimana pergumulan seorang
‘cancer survivor’. Tidak hanya karena ketakutan2 tentang hidupnya,
tetapi juga tentang perjuangannya untuk melawan rasa sakit yang amat
sangat juga melawan keinginannya sendiri dalam berusaha untuk
menyembuhkan diri sendiri. Sehingga, kemarin walau aku merasakan
kegalauan yang amat sangat dari mas Sulis serta kelurga, ternyata Tuhan
sudah menyatakan Kasih NYA untuk terus menemani keluarga ini, serta
memeluk mas Sulis dalam kesakitannya.
Kata mba Dewi, ,as Sulis ini memang
gemuk dan bobotnya sudah turun 40 kg. Waktu itu, beliau hanya merasakan
sakit untuk menelan, dan terus menerus pada bulan Februari 2013 lalu.
Lama kelamaan beliau memeriksakan dirinya ke dokter. Sampai beliau
diantar mba Dewi untuk berobat ke Singapore.
Berawal dengan keluhan2 yang sepertinya
tidak seberapa, ternyata menulai sebuah peyakit yang tidak main2, yaitu
kanker lambung! Banyak pemeriksaan yang mas Sulis lakukan, sampai dokter
di Singapore merujuk seorang dokter di Medistra untuk merawat mas
Sulis. Dan beliau sudah sekitar 2 bulan berda di Medistra sebelum aku
menyenguknya, Jumat minggu lalu.
Begitu aku masuk ke ruangan rawat inap mas
Sulis, aku disambu oleh mba Tari serta pak Joko, seorang Pendeta dari
Jember sahabat keluarga. Mas Sulis sedang diperiksa dan begitu kami
bertemu, aku langsung mendekati mas Sulis dan tersenyum padanya. Seolah
aku berkata bahwa aku akan terus mendoakan mas Sulis, aku memang hanya
seorang dalam keterbatasan tetapi aku yakin jika mas Sulis akan ‘keluar’
dari penyakit yang menjdikan keluarganya sangat kawatir.
Tubuh mas Sulis sudah menghitam karena
terapi kemo-nya. Infus dengan banyak peralatan, ada disekeliling mas
Sulis. Bahkan sempat mas Sulis minta oksigen karena nafasnya semakin
sesak. Beliau tetap memakai selang infus serta oksigen di hidungnya.
Beliau belum mampu untuk menelan karena kata mba Dewi, kekongkongannya
sedikit luka dan sering diperiksa untuk melihat sebenarnya ada ada di
kerongkongannya.
Aku tidak tahu tentang kanker lambung
yang diderita oleh mas Sulis. Tetapi yang aku tahu adalah sebuah kanker
adalah tumo ganas, yang bisa menyebar kemanapun yang diinginkannya.
Sehingga, dokterpun akan memikirkannya jika mau membuang kanker
tersebut. Karena jika sudah menebar, dan kemana2 atau ke organ2 yang
lain, tidak mungkin dokter bisa membedahnya …..
Mas Sulis menurutku sebenaarnya tetap
tenang dan bersemangat untuk sembuh. Tetapi karena kelemahan tubuhnya (
karena sudah lama tidak makan, hanya lewat infus ), beliau agak merasa
capai jika bicara dan efek kemoterapinya, selalu membuat kantuk yang
tertahan. Sehingga, aku hanya sering memandangnya dalam doa, serta
mengobrol dengan mba tari, mba Dewi dan pak Joko.
Sempat juga aku melihat mas Sulis di
terapi fisik karena sudah beberapa bulan tidak bergerak sehingga
tubuhnya hrus digerakkan sesuai kebutuhan. Seorang terapst muda,
menggerak2kan tubuh mas Sulis, kakinya, tangannya serta sambil
mengobrol, membuat kami bisa berfoto bersama. Tidak lupa aku membawa
buku ke-3 ku tentang ‘cancer survivor’ : “Ketika tuhan Masih Memberi Aku Hidup”. Semoga
kesaksianku ini, bisa menguatkan mas Sulis dan keluarga. Bahwa aku juga
pernah mengalami ‘duniaku yang gelap’, ketika perjuanganku melawan
kanker rahim.
Sekitar 2 jam aku menemani keluarga luar
biasa ini, dan aku pamit mundur karena sudah malam. Pak Joko memimpin
doa bersama, dan aku sungguh2 berdoa kepada Tuhan untuk mas Sulis bisa
sembuh, menurut rencana Tuhan saja.
Mas Sulis dengan mba Dewi, istri terkasihnya
“Ya Tuhanku, banyak sahabat2 sedang
sakit dengan banyak persoalan. Aku tidak tahu, apa yang ENGKAU mau
dengan masing2 dari kami. Tetapi jika aku boleh memohon, sembuhkanlah
mas Sulis, sehingga keluarganya menjadi bahagia. Tetapi jika ENGKAU
menyatakan sesuai dengan rencana MU, aku percaya bahwa Janji MU
merupakan kebahagiaan abadi untuk kita semua …..”
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Doa Untuk Mas Sulistyono, Sahabat Baruku Penderita ‘Kanker Lambung’”
Posting Komentar