Home
» Penghijauan
» ‘Auman’ Harimau Sumatera itu Tidak Sekeras Dahulu : Pasca ‘Hari Harimau Internasional’ 2013
Selasa, 30 Juli 2013
‘Auman’ Harimau Sumatera itu Tidak Sekeras Dahulu : Pasca ‘Hari Harimau Internasional’ 2013
Selasa, 30 Juli 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Harimau Sumatera ( hanya ada di Pulau
Sumatera ), merupakan salah satu sub-spesies harimau yang masih bertahan
hidup sampai sekarang. Termasuk satwa kritis yang terancam punah (
endangered ). Mereka justr hidup di taman2 nasional di Sumatera, bukan
di hutan2 habitat aslinya. Harimau Sumatera terancam punah karena hutan
tempat habitat aslinya terus dibabat,bahkan di taman2 nasional Sumatera
yang seharusnya dilindungi.
Seperti yang sudah sering diberitakan
tentang pembabatan hutan2 Indonesia, termasuk hutan Sumatera tempat
‘rumah’ harimau Sumatera, menjadikan harimau2 Sumatera tersebut mulai
mencari ‘tempat tinggal’ baru, bukan di hutan2 tetapi mulai masuk ke
pedesaan. Pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial
serta pembangunan jalan, membuat harimau2 Sumatera itu tidak terdengar
‘aumannya’ sebagai raja hutan. Ditambah semakin banyaknya perburuan
ilegal untuk diambil beberapa bagian tubuh harimau Sumatera, menjadikan
mereka semakin terancam kepunahan.
Semakin sempitlah ‘rumah’ mereka dan
mereka mulai merambah ke pedesaan, memasuki wilayah yang lebih dekat
dengan manusia. Alhasil seperti yang kita sering dengar atau yang kita
sering baca di koran2, mereka dibunuh dan ditangkap jika mereka memasuki
pedesaan. Mungkin mereka mencari makanan dan mereka mendapatkan ternak2
manusia ( kambing, domba atau ayam ) dan memakannya, sehingga mereka
merupakan ‘musuh’ manusia, bukan hanya mereka memakan ternak2 kita
tetapi juga mereka ‘mengancam’ keberlangsungan hidup manusia karena bisa
saja mereka ‘makan’ manusia.
Hutan Sumatera ( dan hutan2 lainnya
di Indonesia ), sudah sebagai huta yang terancam ‘kepunahan’. Jika
demikian, bagaimana keseimbangan alam Indonesia? Mampkah manusia
Indonesia bertahan tanpa ‘hutan’ ( dan segala isinya? ).
Seperti di tulisanku Hari Bumi 22 April 2011 : Enyahkan ‘Monster’ di Dalam Diri Kita untuk Menyelamatkan Bumi Ini,
sebenarnya bukan hanya pembalakan hutan2 Sumatera saja yang membuah
spesies harimau Sumatera terancam kepunahan ( sebagai satwa khas
Indonesia ), tetapi semua hutan2 Indonesia. Di Kalimantan, pengrusakan
hutan juga ‘merubah’ satwa2 khas Kalimantan ( seperti Orang Utan ) juga
mengalami kepunahan. Juga di hutan2 Papua, termasuk hutan mangrove di
Pulau Jawa, yang kesemuanya sebenarnya merupakan ’simbiosis mutualisma’
dengan manusia serta makhluk2 hidup yang lain di dalam hutan.
‘Siapa yang membuat hubungan kita dengan bumi kita ini menjadi rusak?’
Sebuah pertanyaan yang aku yakin, swemua
orang sudah mengetahuinya. Jangankan hutan2 Sumatera, Kalimantan atau
Papua yang susah untuk diawasi karena jauh, bahkan hutan2 mangrove atau
setidaknya RTH ( Ruang Terbuka Hijau ) kota pun tidak bisa diselaraskan
dengan hidup perkotaan karena ketidak-pedulian sebagian besar semua
warga negara.
“Bagaimana dengan pepohonan di
hutan2 di pedalaman Kalimantan dan Papua atau pepohonan di perkotaan?
Bagaimana dengan pertamanan dan penghijauan di ruang terbuka hijau di
perkotaan? Banyak sekali ‘monster2′ yg melahap pepohonan dimana2 …..
jika pepohonan di hutan pedalaman, wajar jika kita ikut mengawasi karena
tidak ‘terlihat’ mata kita. Tetapi bila terjadi di perkotaan, siapa yg
mesti disalahkan?”
***
Sehubungan dengan tempat hidup atau
habitat dari harimau Sumatera, yang juga berhubungan dengan Hari Harimau
Internasional 2013, seharusnya kita sebagai bangsa yang besar yang
mempunyai banyak sekali spesies satwa yang unik dan menarik, harus
berusaha untuk menyelamatkan spesies2 satwa kita. Bukan hanya satwa
tetapi juga spesies2 tumbuhan khas indonesia.
Mereka hidup di pedalaman2
hutan Indonesia, tetapi ketidak-pedulian kita menjadikan mereka semakin
lagka bahkan punah. Bahkan justru beberapa negara sangat concern dengan
spesies2flora dan fauna di Indonesia, seharusnya menjadikan kita malu.
Pembakaran hutan Sumatera merupakan ‘cara’ praktis untuk membuka lahan. Heh?
Untuk aku dan beberapa orang yang peduli sangat ‘kejam’ untuk membuka
lahan, karena bukan hanya hutaannya yang terbakar dan hitam legam,
tetapi setidaknya ratusan satwa akan mati terpanggang. Tidakkah mereka
punya ‘hati nurani?’. Selain itu, asap tebal akan menyiksa ke penjuru
negeri, bahkan ke negara2 tetangga.
Menurut WRI ( World Resources Institute
), bulan Juni 2013 ini merupakan kebakaran hutan yang salah satunya
menjadi rekor terburuk kebakaran hutan sejak tahun 2001. Mereka
mengatakan, kebakaran waktu itu merupakan permasalahan yang terus
berulang, bukan hanya di Sumatera, tetapi juga di seluruh Indonesia.
Bahkan yang lebih krusial lagi, saat ini merupakan issue yang sangat
serius, berhubungan dengan ‘pembersihan lahan’ bagi komoditas utama
seperti kelapa sawit dan industri kayu serta kertas. Ditambah lagi
adalah
- Merusak hutan alam,
- Polusi udara dengan adanya asap tebal,
- Berdampak pada perubahan iklim,
- Serta merugikan kesehatan masyarakat di sekitar wilayah tersebut.
Pengaruh kepada negara2 tetangga cukup
serius. Berhubungan dengan batas maksimum yang dapat diterima sebagai
kualitas udara yang ’sehat’.
Itu yang berhunungan dengan manusia. Bagaimana yang berhubungan dengan harimau Sumatera? Mungkin sebagian besar akan mencibir,
“Lah, urusan manusianya saja belum jelas
dengan banyak permasalahan diatas tentang kebakaran hutan, apalagi
urusan satwa? Harimau lagi, satwa liar yang merupakan ‘musuh’ manusia
…..”
Benar! Hrimau memang satwa liar, tetapi
sadarkah kita bahwa harimau juga merupakan makhlukhidup yang harus
dilestarikan, karena semuanya ciptaan Tuhan? Tidak usah jauh2 deh! Jika
Tuhan menciptakan harimau, pasti ada maksudnya. Mungkin kita tidak sadar
atau bahkan tidak tahu, bahwa antara manusia dengan harimau mempunyai
hubungan saling ketereratan dalam ’simbiosis mutualisma’.
Secara logika saja :
Harimau adalah predator alami bagi
hewan2 herbivora yang cepat sekali berkembang biak. Seperti kijang,
kelinci bahkan tikus. Satwa2 herbivora ini bisa puluhan ekor jika
melahirkan.
Bagaimana jika harimau tidak ada atau punah? Satwa2 kelinci,
kijang dan tikus akan terus berkembang biak sehingga akan mengancam
pertanian dan perkebunan manusia.
Jika hutannya yang punah ( ‘terbakar’
atau pembukaan lahan yang tidak terkontrol atau illegal logging, bukan
hanya satwa herbivora saja yang mengancam pertanian dan perkebunan kita,
bahkan harimaunya pun akan memakan hewan2 ternak kita bahkan bisa
‘memangsa’manusia jika benar2 tidak ada hewan lain yang isa dimakan.
Semuanya merupakan saling keterkaitan.
Yang jelas, Tuhan menciptakan
semuanya bukan tanpa maksud, tetapi pasti ada tujuannya …..
Harimau Sumatera sekarang ini merupakan
spesies yang angka. Spesies ini hanya ada di hutan2 Sumatera saja.
Menurut WWF Indonesia, jumlahnya hanya tinggal 400 ekor saja. Sebagai
predator utama dalam rantai makanan, mereka mempertahankan makanannya (
satwa liar ) ada dibawah pengendaliannya.
Harimau Sumatera menghadapi 2
jenis ancaman untuk bertahan hidup :
- Kehilangan habitatnya ( hutan Sumatera ) untuk laju pembangunan dan egoisme manusia
- Perdagangan illegal dan
memperjual-belikan bagian2 tubuhna di pasar gelap ( obat2an, dekorasi,
jimat atau perhiasan ), juga demi keegoisan manusia
Perdagangan illegal harimau Sumatera. Kasihan mereka, karena keegoisan manusia …..
Bahkan manusia tidak peduli dengan
keseimbangan alam, yang sebenarnya juga demi kelangsungan hidup manusia
itu sendiri. Harimau sama sekali bukan ‘musuh manusia’. Mereka memang
predator, tetapi mereka tidak ‘jahat’ seperti manusia. Mereka akan
memangsa satwa2 lain bahkan manusia, JIKA mereka lapar! Bukan hanya
untuk membunuh!
Harimau tidak ‘berakal’ untuk hanya
sekedar ingin membunuh! Mereka hanya untuk memangsa karea panggilan
alam, lapar. Dan mereka tidak mampu memikirkan keinginan mereka untuk
‘keluar hutan’, jika mereka nyaman di dalam hutan ……
Sebuah kedamaian jika kta memandang
foto diatas.Keluarga harimau Sumatera dengan amak2nya serta kehidupan
yang tenang di hutan Sumatera …..
Untuk itulah kita yang peduli melihatnya sebagai ‘keseimbangan alam demi kita semua’. Dan adanya Hari Harimau Internasionl 2013 ( Global Tiger Day 2013 ) - 29 Juli, merupakan
kepedulian kita semua akan keseimbangan alam. Bahwa bumi ini diciptakan
Tuhan bukan tanpa maksud, dan manusia sudah di berikan mandat untuk
mengelola bumi dengan segala isinya.
Tetapi tetap harus
bertanggung jawab. Dan dengan hampir punahnya Harimau Sumatra, adalah
indikasi ketidak-pedulian serta keegoisan manusia dalam pengelolaan bumi
…..
Bagaimana jika Tuhan ‘marah?’ Jangan sampai …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Auman’ Harimau Sumatera itu Tidak Sekeras Dahulu : Pasca ‘Hari Harimau Internasional’ 2013”
Posting Komentar