Minggu, 10 Maret 2013

Detik-detik Akhir Papa….



By Christie Damayanti

13629142075877778


“Bapak cape …”

Itu yang selalu dikatakan papa, sejak mama pulang ke rumah dari rumah sakit, sekitar 2 minggu lalu. Mama memang dirawat di rumah sakit sejak awal Desember 2012 karena infeksi saluran kemih. Dan papa yang selalu mendampinginya, disamping papa juga yang selalu mendampingi aku, kemanapun aku berkegiatan …..

Sering aku menyesal. Apalagi ketika papa meninggalkan kami, sungguh aku sangat menyesal, mengapa aku belum bisa mandiri dengan keterbatasanku. Walau aku tidak menyalahkan siapa2, apalagi menyasalahkan Tuhan, tetapi aku tetap manusia biasa. Bahwa jika aku sudah mandiri, aku mampu melakukan apapun sendiri, papa bisa berkonsentrasi ke penyembuhan mama, dan papa pun tidak terlalu cape dengan juga harus mendampingiku …..

Tetapi itu sudah terjadi. Tuhan sudah menjemput papa pulang ke Rumah Tuhan. Artinya, Tuhan sudah memperlengkapi kami, terutama aku, untuk mampu menghadapi semuanya. Papa memang sudah meninggalkan kami, dan aku percaya bahwa ini adalah yang terbaik bagi kita semua. Rencana Tuhan pasti yang terbaik, walau sekarang aku belum mengerti, apa rencana NYA.

***

Aku baru mulai tidur sekitar jam 23.00, Senin 4 Maret 2013 kemarin. Pun itu aku belum nyenyak tertidur, ketika anakku Dennis, membuka pintu kamarku di lantai bawah dengan tergesa dan berteriak2, untuk aku menelpon supirku untuk membawa papa ke rumah sakit, sekitar jam 1.00 dini hari, Selasa 5 Maret 2013. 

Aku langsung terbangun. Dadaku berdegub kencang dan aku langsung menyambar BB ku untuk mencari telpon supirku, tetapi beberapa kali menelpon tidak ada yang mengangkat. Dennis terlihat panik …..

Bergegas aku berusaha untuk berjalan cepat naik ke atas, walau kaki kananku susah untuk aku gerakkan, sambil hatiku mulai menagis,

“Papaaaaa …..”

Beberapa menit kemudian, aku berhasil naik ke atas tanpa ada yang menolongku karena Mama dan Dennis panik menelpon kemana2 ( yang tidak ada yang menganngkat karena memang masih sekitar jam 1.00 dini hari ), serta kedua orang pembantuku menolong papa untuk ditidurkan di tempat tidur beliau.

“Sepertinya bapak sudah tidak ada”, itu yang aku pertama kali dengar dari mulut mamaku sambil menangis. Aku dadaku tambah berdegub kencang, sambil aku berteriak keras2,

“Papaaaaaaaaa ………”

Aku menubruk papaku dengan tergesa, sambil memeluk tubuhnya yang masih hangat, tetapi setelah aku mencari nafasnya, aku merasa papa memang sudah tidak ada. Dan aku menjerit2 keras sampai seakan2 aku melayang2 entah kemana ….. aku tidak peduli jika aku mengalami stroke lagi jika aku terlalu sedih dan emosi, mungkin justru itu yang aku inginkan untuk bisa ikut bersama papa …..

“Papaaaaaaaa ……. papaaaaaaaaa ……. papaaaaaaaa ……..”

Terus ….. terus ….. dan terus …… aku hanya bisa berteriak 1 kata …….

 “Papaaaaaaaaaa ……”

Aku mengambil kedua tangan papaku dang meletakkan didadaku ….. jari2nya masih lemas, aku usap sayang, dada papaku, aku cium wajahnya, dadanya, tangannya ….. Tuhannnnn …….

Sungguh, aku tidak tahu apa yang mama serta Dennis lakukan untuk ‘menyelamatkan’ papa. Aku mengais. Aku berteriak. Aku terpuruk. Aku tersungkur …… papa adalah belahan jiwaku. Papa adalah ganti tangan dan kakiku seelah aku stroke, dan papa selalu ada di sisiku dari bangun pagi sampai tidur malam ……

Pembantuku ikut memijit2 tangan papa sambil menangis. Aku terus berteriak ….. mama seingatku sangat tabah, dengan terus berusaha menelpon seseorang, termasuk Dennis. Terus dan terus, sampai beberapa menit kemudian aku sadar bahwa Dr Tunggul, dokter pribadi papa, masuk ke kamar bersama anaknya yang juga seorang dokter, seorang perawat dan 2 oang membawa brangkar khusus untuk membawa papa ke ambulance untuk dibawa ke rumah sakit.

Aku sempat menelpon Valentino, dan hanya kata “Papa meninggal” yang keluar dari mulutku sambil berteriak …..

Dr Tunggul, seingatku ikut menangis. Beliau memang dekat hubungannya dengan papa karena bersama2 sedang bersaksi dan melayani di RS PGI Cikini sebagai pelayan2 Tuhan. Dan pemeriksaan benar2 sudah final bahwa papa sudah meninggal pada hari Selasa taggal 5 Maret sekitar jam 1.30 dini hari ……

***

Cerita mama :

Papa tidur sekitar jam 21.00 Senin malam, setelah beliau mandi dan makan bersama dengan mama, aku, Dennis dan Michelle dengan penuh suka cita. Bahkan waktu itu kami sedng berencana untuk berlibur pada Anniversary ulang tahun perkawinan mama dan papa yang ke-48 tahun, pada tanggal 14 April 2013. Waktu itu, aku dan anak2ku langsung masuk ke kamar karena anak2ku sedang ulangan umum, dan papa dan mama menyusul masuk ke kamar masing2.

Sekitar jam 1.00 dini hari, papa bangun dan meminta obat Panadol karena merasa masuk angin. Berendeng, papa dan mama turun ke bawah dan mencari obat serta minum obat dengan air hangat. Dan mereka bersama naik lagi ke kamar di lantai dua. Lalu papa langsung ke kamar mandi karena katanya diare. 

Tetapi tidak lama kemudian, papa berteriak memanggil mama untuk menolongnya. Mama masuk ke kamar mandi, dan beliau melihat pap sedang memegang meja kamar mandi dan perlahan2 tubuh papa melorot turun sampai terduduk dilantai, dan ….. kata mama, tubuh papa terjatuh sampai kepalanya terbentus lantai kamar mandi, dan mama merasa nyawa papa melayang, dijemput Yesus ……
Itu saat2 papa meregang nyawa, ketika Yesus menjemputnya …..

Mama panik memanggil Dennis yang tidur di kamar sebelah papa, menyuruh memanggil pembantuku untuk menolong papa ke tempat tidur, serta meminta aku mencari pertolongan. Dennis berusaha untuk melakukannya, walau aku ingat dengan wajahnya yang terlihat panik, takut serta kesedihan yang sangat mendalam …. tetapi Dennis adalah cucu yang sangat lur biasa! 

Mampu terus berusaha untuk mencari pertoloingan, dengan berusaha dan akirnya berhasil menelpon serta ber- BBM dengan oom2nya di Dallas dan di Bali, yang katanya kata2ny sangat bijak dan dewasa tanpa emosi yang tidak terkendali, tidak seperti aku …..

Nyawaku seperti ikut melayang bersama papa ….. hatiku beku ….. sepertinya, aku tidak tahu, ada dimana aku. Di rumah? Di dunia? Ataukah sudah berada di Surga bersama papa? Aku tidak tahu ……
Tuhanku …..

Tuhanku …..

“Papaaaaaaa …… 
papaaaaaaaaaaaaaaaa …… 
papaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ……….”


Tags:

0 Responses to “Detik-detik Akhir Papa….”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks