Selasa, 19 Februari 2013
Munafikkah Aku?
Selasa, 19 Februari 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Ketika kita bisa berbicara untuk orang
lain, seharusnya yang kita bicarakan juga untuk diri kita sendiri, dan
jangan menjadi munafik. Ketika aku berbicara untuk memotivasi banyak
orang, kata2 yang aku katakan adalah justru bisa untuk diriku sendiri.
Walau tidak gampang, bahwa kita cenderung munafik, perbuatan dan kata2
untuk kita sendiri susah untuk kkita lakukan sendiri.
Bahwa sebagai
manusia, memang aku juga cenderung munafik, ketika beberapa motivasi
yang aku tujukan kepada banyak orang, tidak kulakukan sendiri, karena
keterbatasanku. Ya, aku ingin melakukan tu untukku sendiri, tetapi
kadang2 karena keterbatasanku, aku tidak bisa melakukannya …..
Jika seseorang dalam keadaan disabled,
lumpuh ½ tubuh seperti aku, aku harus berjuang untuk terus berusaha
untuk tetap tegak dan tegar! Karena secara fisik, aku sangat kesusahan
dengan tubuh kananku lebih berat, seperti aku memanggul sebongkah daging
tanpa nyawa. Sehingga, aku ingin ada yang mendukungku, bukan dalam
artian secara fisik, tetapi secara hati dan pikiran …..
Maka, untuk menutupi ‘kemunafikan’ku aku
berusaha terus, dari hari ke hari, setiap waktu, untuk memikirkan apa
yang bisa aku lakukan. Tidak gampang tetapi juga tidak terlalu susah,
sebagai perempuan yang dari dulu selalu berjuang dalam ‘kesendirianku’
…..
Tetapi karena aku adalah sebagai
perempuan tanpa pendamping dengan kegiatanku penuh dalam bekerja dan
pelayanan, aku harus bisa sendiri. Aku harus bisa melakukan sendiri,
tanpa pendamping. Aku harus bisa eksis untuk terus bekerja dan
mengekspresikan diri. Sebagai ‘humas’ pribadi untuk diri sendiri, aku
harus menangkap kesempatan tentang apapun, dan jangan diam saja!
Artinya apa?
Ya, aku harus
terus mencari tahu tentang apapun, aku harus selalu belajar tentang
apapun, dan aku harus terus bertanya tentang apapun kepada siapapun,
jika aku mau terus mendapatkan apa yang aku bisa raih.
Tidak gampang!
Dengan tubuh yang sudah letih serta permasalahan yang selalu menghadang,
atau tugas2 rutin yang harus diselesaikan, aku tetap harus terus
belajar! Jika aku hanya diam saja, aku sangat yakin, bahwa aku lama
kelamaan terus terpuruk dalam ketidak-berdayaanku ….. Jangankah aku
sebagai disabled, orang2 shat dan normalpun, jika dia saja dan bekerja
seperti robot, lama kelamaan mereka akan ‘hilang’ ditelan angin …..
Jika aku melakukan dan menagkap kesempatan tentang apapun, itu juga harus tepat waktu,
bukan sekedar menagkap kesempatan tetapi berlama2. Rang2 sehat dan
normal, atau ketika aku sebagai orang sehat dan normal, mungkin aku akan
melakukannya tepat waktu, tetapi ketika aku dalam keterbatasan, untuk
tepat watu agak susah karena semuanya aku harus membutuhkan banttuan
orang lain.
Tetapi yang ada ternyata Tuhan membuat aku bisa dan mampu
untuk tepat waktu, entah bagaimana, sehingga aku sekarang hidup sebagai seorang yang sehat dan normal, tanpa aku harus memikirkan keterbatasanku …..
Kata2 motivasiku untuk banyak orang
selalu membawa keterbatasanku. Ya, benar! Aku ‘menjual’ keterbatasanku,
bukan karena untuk materi, tetapi sunggguh, aku selalu berkata,
“Aku yang cacat saja bisa, mengapa
kalian tidak bisa? Walau dalam keterbatasan dan kegiatanku mungkin lebih
lama dibandingkan dengan orang sehat dan normal, tetapi aku tetap
bisa!”
Mungkin kadang2 aku melupakan ‘kata2 bijak’ dari orang2 terkenal yang aku sukai, tetapi ternyata aku bisa melahirkan ‘kata2 bijak’ku sendiri untuk memotivasi orang lain. Kadang2 kata2 bijak bisa ‘keluar’ secara otomatis jika aku berada di dalam motivasi yang tinggi untuk berkarya dan berbagi.
Tetapi juga aku sering melupakan kata2 bijak tersebut, sehingga kadang2
aku menjadi tidak percaya diri. Meskipun demikian, aku berusaha terus
untuk berkata2, apalagi jika aku berada di sebuah keadaan dimana aku
berada di depan banyak orang …..
Untukku, menulis adalah ’sesuatu’
banget! Justru karena menulislah, aku sekarang menjadi seperti ini.
Dengan keterbatasanku sedemikian, mungkin aku akan tertinggal jauh dari
teman2ku seperjuangan. Tetapi dengan menulis, aku justru berkembang
pesat, ‘meninggalkan’ teman2ku yang mungkin belum sadar akan sebuah
karya dalam penulisan.
Asah kemampuan menulis, adalah kata2 mutiaraku sekarang. Karena dengan menulis, aku
bisa melakukan apapun sekarang! Dan dengan menulis, aku mengendalikan
stress, mengendalikan hati dan pikiran dan dengan menulis, aku tetap
bisa berkarya serta mengekspresikan diriku serta mampu memperbanyak
pendapatanku …..
Ketika aku sebagai perempuan sehat dan
normal, jaringanku sudah berkembang pesat, sebagai seorang arsitek
senior yang bisa membawa hasil yang cukup membanggakan Indonesia.
Jaringanku besar, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar
negeri. Tetapi, ketika aku sakit dan terpuruk, jaringanku sebagai
arsitek lama kelamaan pupus terpuruk.
‘Mereka’ tetap peduli dengan aku,
‘mereka’ tetap berteman dengan aku, tetapi aku tidak bisa atau belum
bisa lagi untuk unjuk gigi sebagai seorang arsitek. Lalu apa daya?
Ya, jika aku tetap mau berguna bagi ( setidaknya ) bagi anak2 dan keluargaku, aku harus membuat jaringan baru! Aku harus berada di sebuah kegiatanku yang baru, yang mungkin sama sekali berbeda dengan jaringanku yang dulu.
Aku
harus membuatnya, memperbesar jaringan baru-ku itu serta berusaha untuk
terus memperluas jaringan baru-ku. Karena aku tahu, bahwa dalam
keterbatasanku, belum tentu banyak orang mau dan mengerti tentang
kegiatanku. Sehingga, jika hanya orang2 tertentu saja yang
mau dam mengerti, tetapi jaringanku masih kecil, keterbatasanku bisa
menjadi ganjalan untukku.
Tetapi jika jaringanku sangat luas, aku
sangat yakin dan percaya, jika disini hanya sekian orang yang mau dan
mengerti tentang keterbatasanku, tetapi di tempat lain, aku akan
menemukan banyak orang2 yang mau dan mengerti untuk terus mendukungku
dalam keterbatasanku, untuk terus berkarya …..
***
Tidak mungkin hanya dalam semalam aku
mampu melepaskan ‘kemunafikan’ku. Kadang2 aku seakan malu bahwa kata2ku
tidak sejalan dengan kelakuanku sendiri.Tetapi justru ‘kemunafikan’ku
ini memacu-ku dan melecut-ku untuk terus berjuang, karena aku ternyata
bukan munafik! Hatiku berkata bahwa aku bukan perempuan yang hanya
berkata2 tetapi aku adalah perempuan yang ingin melakukan apa yang aku
katakan untuk memotivasi banyak orang. Dan ternyata juga, aku menang!
Hidup ini sangat indah, jangan pernah menyia-nyiakannya, walau hanya dalam sekejap!
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Munafikkah Aku?”
Posting Komentar