Rabu, 27 Februari 2013
‘Hare Geneeee?’ Memilih Jurusan dan Pekerjaan Berdasarkan Gender? How Come?
Rabu, 27 Februari 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Hare geneeeeee????? Memilih jurusan dan pekerjaan karena gender????? How come????
Jujur, benci sekali aku sempat
membacanya! Jika artikel itu tidak ada di depan artikelku di kolom
Kompasiana, aku pasti tidak melihatnya dan tidak membacanya. Tetapi
karena aku ada di belakang artielnya, sungguh, aku sangat tersinggung
dengan konsep pemikirannya.
Bahwa memilih jurusan, itu adalah
memilih masa depan. Sesuatu yang sangat di inginkannya dalam menggapai
masa depan. Jelas, memilih jurusan itu harus ssesuai dengan
keinginannya, sesuai dengan bakatnya, ( mungkin ) sesuai dengan dananya,
atau juga sesuai dengan konsep pikirnya.
Ketika kita terpaku dengan masa depan,
mau tidak mau kita harus benar2 memilih, apa yang ahrus kita kakukan dan
inginkan sesuai dengan masa depan kita. Seperti di tulisanku di Dari Cita-cita Sebagai Diplomat, Berakhir Sebagai Pegawai Biasa ….., Tigor
sepertinya tujuan hidupnya tidak jelas, sehingga pemilihan jurusan
kuliahnya dan pemilihan jenis pekerjaannya, menjadi berantakan. Dan
ketika sekarang hidupnya tidak menentu, dai seharusnya akan mencoba
memberikan motivasi bagi generasi muda agak berhati2 untuk memilih
jurusn untuk masa depannya …..
Memilih jurusan juga harus bukan karena
gengsi, bukan juga karena ‘takut’ seperti yang aku katakan di awal
artikel ini. Semua jurusan adalah baik. Semua jurusan adalah untuk
menjamin masa depan. Tetapi sekarang masalahnya, jurusan yang mana yang
bisa kita ambil, ketika masa depan adalah hanya kita sendiri yang akan
melakukannya?
Aku dibesarkan dari keluarga insinyur.
Sebagian besar keluargaku adalah insinyru, termasuk papa dan mama ku,
sehingga tidak aneh ketika sejak aku mengerti tentang ‘cita-cita’
pikiranku terfokus untuk belajar dan menjadi seorang arsitek ( Fakultas
Teknik jurusan Arsitektur ). Dan setelah terjun dalam dunia bekerja,
ternyata aku benar2 jatuh cinta pada pekerjaan sebagai seorang arsitek,
bahkan lebih fokus lagi, aku adalah seorang arsitek lapangan!
Aku memang hidup di dunia laki2, setelah
aku benar2 terjun dalam dunia konstruksi. Tidak banyak memang,
perempuan yang mengambil pekerjaan lapangan ( walau jurusan tekniik,
perempuannya sebanding dengan lai2nya ). Karena memang pekerjaan
lapangan sangat menyita fisik dan waktu, sehinggga jika seorang
perempuan tidak berkenan bergumul dengan peerja kasar atau sinar
matahari kapanpun, atau juga hujan deras serta makan tidur di manapun,
lebih baik jangan melakukannya. Tetapi jika bersedia, lah monggo …..
Tetapi jangan pernah mengatakan bahwa
gender adalah salah satu alasan untuk memilih jurusan dan pekerjaan
untuk masa depan. Sejak jaman dulu, gender memang sudah
digembar-gemborkan, bahwasanya, perempuan ‘kalah’ dengan laki2. Tetapi
Ibu Kartini sudah ‘mematahkan’nya. Apalagi di jaman modern sekarang ini.
Memang, walau sejak jaman dulu perempuan sudah nyata dengan ‘kekuatan’
fisik dan pemikirannya, mungkin masih banyak dari antara kita yang
melihat dengan sini, bahwa perempuan tidak kayak bekerja di lapangan
atau lebih khususnya lagi, bekerja di dunia teknik …..
Coba lihat, sejam dahulu kala bahkan
sampai sekarang, bamyak saudara kita dari Bali, kaum perempuannya
bekerja keras mengaangkat batu2 dan kaum laki2nya menyabung ayam. Banyak
juga kaum ibu bekerja keras memanting tulang, tetapi suami2nya enak2an
berjudi …..
Aku juga seorang dosen di 2 universitas
terkenal di Jakarta, sebagai Dosen Jurusan Teknik Sipil dan Arsitektur,
yang mengajar dalam 8 mata kuliah teknik. Perempuan dan laki2ya
seimbang, bahkan menurut risetku, perempuannya lebih baik dari yang
laki2. Juga aku selalu bekerja pada perusahaan developer properti,
sebagai arsitek lapangan, dan hasilnya, pekerja lapangan perempuan, bisa
mengalahkan laki2! Memang buka hal fisik, karena Tuhan sudah memberikan
fisik perempuan sesuai dengan keinginan NYA. Tetapi dengan hal
pemikiran, kekuatan konsep serta kelembutan hati!
Walau bekerja pada dunia kostruksi di
lapangan, seperti pekerjaanku, keras dan kasar, tetapi, bisa kah ada
yang tahu, bahwa kelembutan hati seorang perempuan, mampu mengalahkan
ekasaran pekerja2 kasar ( tukang ) yang pernah tim praoyek kami, aku
alami?
Bahwa suatu saat, tim proyek kami
beberapa tahun lalu, berselisih paham dengan pekerja kasar apangan (
tukang ). Bos kami marah2 besar, sampai bukan hanya adu mulut saja,
tetapi gerombolan pekerja kasar mengancam tim kami, akan memboikot
proyek dan membunuh seseorang dari kami! Sungguh, itu terjadi! Tim kami
menjadi ketakutan karena mereka adalah pekerja kasar, yang lebih baik
‘mati’ dan tidak memikirkan akibatnya, dari pada berdebat terus dengan
tim kami.
Negosiasi pun alot dengan pemimpin
mereka. Dan aku terjun dengan sedikit ketakutan. Tetapi, memang sejak
awal aku bekerja, aku jarang memarahi tukang, aku lebih mementingkan
‘persahabatan’ dengan mereka, sehingga apapun yang terjadi, aku selalu
mengajak mereka dengan berdiskusi untuk menyelesaikan suatu masalah,
sehingga, sungguh aku sangat dihormati oleh mereka, sebagai perempuan
dan mereka selalu menjagaku, jika aku sendirian di lapangan …..
Dan negosiasi itu selesai dengan baik,
ketika banyak tukang2 itu mengenal aku, sehingga mereka mau mendengarkan
penjelasanku, tanpa aku marah2 seperti yang dilakukan oleh teman2ku,
yang laki2 …..
Bukti bahwa kekuatan bukan berasal dari fisik, yang
selalu di banggakan oleh laki2, tetapi kekuatan berasal dari pemikiran
dan hati …..
Sekali lagi, sebaiknya untuk memilih jurusan dan pekerjaan untuk masa depan, janganlah berbicara tentang gender.
Tetapi paling baik, bicaralah tentang keinginan dan apa yang ingin
dicapan untuk masa depan. Setelah itu, cari apa yang terbaik, sehingga
kita merasakan ‘pendidikan yang manusiawi’. Dan dalam mencari pekerjaan,
gunakanlah konsep pemikiran strategis serta juga memulai untuk
menggunakan ‘hati’ dalam kerangka berpikir serta ketulusan dan
‘kelembutan’ hati, dan sebagai contoh, khususnya ‘hati perempuan’ …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Hare Geneeee?’ Memilih Jurusan dan Pekerjaan Berdasarkan Gender? How Come?”
Posting Komentar