Senin, 03 Desember 2012

Sudah 3,5 Tahun, Bu Mardiana Tidak Melihat Matahari …..



By Christie Damayanti

1354527355210824771
Dokumen Pribadi
Bu Mardiana dan suaminya, Pak Wanto, tersenyum bahagia …..

Ketika seorang sahabat bisa kembali tersenyum dan ketika dia sangat excited dengan setelah 3,5 tahun tidak keluar rumahnya karena sama sekali tidak percaya diri sebagai insan disabled, aku merasa menjadi orang yang sangat bahagia! Seorang sahabat, bu Mardiana, begitu aku memanggilnya, selalu beerseri2 dan excited sekali begitu banyak teman2 baru sesama insan disabled, saling peduli dan saling mengasihi.

Bu Mardiana, adalah mama dari sahabat Dennis, anakku ( lihat tulisanku Kesaksianku : Kasihku untuk Sahabat Baruku, yang Lumpuh Separuh Tubuh Horisontal ….. ). Selama sekitar 3,5 tahun lalu, dia lumpuh, dan sampai sesaat sebelum aku mengajaknya ke acara Hari Disabilitas Internasional tanggal 2 Desember 2012 lalu ( lihat tulisanku Jangan Merasa Beradab, Jika Kita Tidak Peduli Kaum ‘Disabled!’ ). 

Karena ketidak-percayaan dirinya dalam keadaan dan keterbatasannya, dia sama sekali tidak mau keluar rumah, sehingga aku sangat kasihan dan selalu mengajaknya. Dan ini yang pertama dia mau keluiar rumah, bersama komunitas IDCC, dimana aku minta dia untuk menjadi anggotanya ….

Jam 6.30 tepat aku sudah berada di depan rumahnya. Suaminya, pak Wanto, sudah siap untuk menemani bu Mardiana ke kegiatan kami. Aku sendiri dari rumah membawa kursi rodaku, sehingga kursi roda bu Mardiana di naikkan ke bagasi atas. Aku mengajak anakku, Michelle secara Valentino sedang sakit. Setelah dari rumah bu Mardiana dan pak Wanto, mobilku berputar ke tempat orang tua Suster Hanna, suster yang selalu merawatku ketika aku sakit dan di opname di RS PGI Cikini.

Orang tua / papa suster Hanna, sebagai insan pasca stroe seperti aku. Beliau berumur sekitar 70 tahun. Sebenarnya beliau selalu semangat. Ketika aku mengajaknyapun, beliau sangat antusias untuk bisa ikut. Jadi, aku berencana untuk mengajak 2 sahabatku, sesama insan disabled untuk bergembira bersama …..

Jam 7.00 tepat, aku sudah di depan RS PGI Cikini. Papa suster Hanna juga membawa kursi rodanya, sehingga di bagasi atas ada 2 kursi roda. Hihihi ….. mungkin orang2 pikir, mobilku penuh dengan insan disabled, dengan 3 kursi roda sekaligus!

Begitu kami sampai disana, tepat di dekat Seven Eleven Gand Indonesia, satu persatu kursi roda kami turunkan dan IDCC menyambut kami dengan ramah. Aku sih sangat percaaya diri, dengan langsung tertawa2, padahal komunitas IDCC adalah komunias baru bagiku. Tetapi aku tetap PD, juga dalam tim, aku hanya ber-bbm dengan para pendukungnya, belum bertemu muka. Bu Mardiana masih malu2 dan papa dari Suster Hanna, berbinar2 melihat kegiatan yang belumpernah beliau rasakan dalam berkomunitas di dunia anak2 muda …..

IDCC membuat panggung, bekerjasama dengan komunitas HIV AIDS yang tanggal 1 Desemeber juga sebagai hari AIDS internasional. Panggung itu berselahan dengan tenda sebagai tempat berteduh. Aku sudah langsung berkumpul dengan teman2 baruku, termasuk sahabat baruku, Habibie Afsyah. Tetapi papa sustr Hanna serta bu Mardiana masih agak malu2 untuk ber-narsis ria seperti aku, walau hanya sebagai insan disabled yang memakai kursi roda.

Aku meminta teman2ku untuk membawa bu Mardiana dan papa suster Hanna untuk melakukan kegiatan yang mereka lakukan untukku, ber-Gangnam Syle, dengan memuta2 kursi rodaku dan mengangkat tangan kananku ( yang lumpuh ) untuk bergaya Gangnam Style.

1354527475836409902
Bu Mardiana yang masih malu2 …..

Ketika suatu saat aku sempat elihat keadaan sahabat2ku, teryata wajah mereka terlihat bahagia! Wajah bu Mardiana terus tertawa, berseri2 dan memerah, secara kulit beliau memang putih. Sangat terlihat pancaran kebahagiaanmya. Puji Tuhan …… dan sekali2 bu Mardiana berkata bahwa ‘belum pernah berbahagia seperti sekarang ini, dan baru kali ini keluar dan menerima sinar matahari lagi setelah sakit 3,5 tahun lalu’ ……

Ya Tuhan ….. Puji Tuhan ….. tidak sia2 aku meminta ijin Yesus-ku untuk tidak ikut ke Gereja hari Minggu kemarin ( aku selalu kebaktian di GKJ Eben Haezer Pasar Minggu, jam 7.00 pagi ), karena ingin mengajak bu Mardiana ‘keluar’ dari tempurungnya dan menikmati kehidupan yang diberikan Tuhan kepadanya …..

1354527589388951981
Bu Mardiana dengan Pak Wanto …..

Pak Wantopun terlihat berseri2, ketika beliau melihat istrinya bu Mardiana sangat berbahagia, dan sungguh, mataku berkaca2 dan tubuhku merinding demi melihat kebahagiaan bu Mardiana ……

*Pagi tadi itu, aku sempat melihat bu Mardiana bersiap2 dengan membungkus katetrnya supaya tidak terlihat dan supaya tidak ‘klewer-klewer’ dan jatuh. Dengan kesabarannya, bu Mardiana bercerita kepadaku bahwa dia harus rapih untuk bertemu dengan orang lain. Waktu itu, aku sempat merinding, ketika aku mengerti, mengapa dia tidak percaya diri bertemu dengan orang lain* …..

Dari jam 6.30 di rumahnya, di mobil sampai jam 7.30 di jalan Sudirman bernyanyi2 dan ber-Gangnam Style, long march dengan sesama insan disabled sampai jam 9.30 selesai acara, aku melihat wajah bahagia, sumringah dan luar biasa! Bu Mardiana sudah pulih dari kekurang-percayaan dirinya! Puji Tuhan …..

13545279171036715176
Bu Mardiana dengan wajah berseri-seri …..

Jika ketika aku mengajak bu Mardiana berfoto bersama pertama kali kami berkenalan di rumahnya, dengan tidak percaya diri dan tidak terlalu nyaman, Minggu kemarin bahkan bu Mardiana langsung mau untuk sering berfoto bersama bahkan fotonya merupakan foto terbaik ketika wartawan Kompas cetak memuatnya di koran Kompas, hari Senin 3 Desember ini, di halaman 13. Dan aku langsung mem-fotonya untuk aku kirimkan ke bbm-nya tadi pagi …..

1354528316469391489
Bu Mardiana di paling depan sebelah kanan …..

Aku memang tidak bisa membantu bu Mardiana dalam hal apapun, pun aku bukan seorang dokter. Begitu aku tahu bahwa keadaan beliau seperti itu, aku hanya tetap berdoa untuknya. Aku juga hanya sering beer-bbm,  hanya sekedar say hello, memangkitkan semangatnya, serta membawakan beberapa panganan kecil jika aku melewati rumahnya. 

Dan ketika aku mengajaknya di kegiatan ini, mulanya dia tidak mau, tetapi Sabtu pagi dia menyatakan kesediaannya untuk aku jemput bersama pak Wanto, suaminya. Dan ketika aku melihat sendiri betapa bahagia di wajahnya, serta pancaran matanya sungguh membuat suaminya ( aku yakin itu! ) lebih berbahagia lagi, aku adalah seorang yang paling berbahagia!!!

13545283801525884796

Kami bertiga, papa suster Hanna dengan istrinya, aku dengan sahabatku, Sherlina ( komunitas filateli ) serta bu Mardiana …..

Tetap bersemangat, bu Mardiana! Tuhan akan terus mengasihimu dan kita semua. Datang dan mintalah jika bu Mardiana berbeban berat, Tuhan akan membukakan pintunya, asalkan kita tetap terus berusaha untuk melakukan apa yang DIA inginkan …..

Untuk papa suster Hanna, tetap semangat, papa! Walau sudah berumur, aku yakin dengan semangatnya, papa akan terus berbahagia!

Dan untuk aku sendiri, ketika aku sadar bahwa secara realitas kemungkinan aku tidak akan normal lagi, ternyata aku tetap semangat! Sebuah semangat yang hanya dari pada MU saja, Tuhan ….. dan aku percaya bahwa yang terbaik yang dibeerikan Tuhan kepadaku, dan kepada semua orang …..

Salamku sebagai insan disabled …..

Tags: ,

0 Responses to “Sudah 3,5 Tahun, Bu Mardiana Tidak Melihat Matahari …..”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks