Jumat, 28 Desember 2012
Jangan Tanggung-tanggung, Pak Jokowi
Jumat, 28 Desember 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Jakarta sekarang, apakah kita bisa melihat ‘Ruang2 Terbuka Hijau’ Jakarta? Semunya bangunan tanpa ada pepohonan! Bagamana banjir tidak datang??
Jakarta sekarang, apakah kita bisa melihat ‘Ruang2 Terbuka Hijau’ Jakarta? Semunya bangunan tanpa ada pepohonan! Bagamana banjir tidak datang??
Jokowi memang cukup brillian dengan
membuat 4 proyek raksasa untuk penangkal banjir Jakarta. Pertama adalah
‘Deep Tunnel’ ( lihat tulisanku Rencana ‘Deep Tunnel Jakarta’: Apakah Memang Solusi yang Terbaik, untuk Meredam Banjir Jakarta? ).
Kedua tentang pemasangan pompa dan perbesar gorong2. Ketiga tentang
membuat 10.000 sumur resapan dan yang terakhir adalah normalisasi
sungai2. Deep Tunnel merupakan proyek raksasa yang jika berhasil bukan
hanya banjir ( mungkin ) bisa teratasi saja, tetapi bisa memberikan 1
jempol sebagai icon proyek berteknologi di Jakarta.
Kemudian juga konsep
Jokowi bisa membuat Deep Tunnel ini sebagai jalan raya jika bukan masa
musim hujan. Walau harus di teliti lagi tentang cara bolak-balik cerita
lalu lintas di bawah sana, tetapi bagaimana jika tiba2 banjir kiriman
dari Bogor melanda Jakarta?
Deep Tunnel benar2 harus dipikirkan
matang2. Dengan dana yang besar, tentulah kita tidak mau menjadi sia2.
Semua ahli harus terlibat disana, dan jangan lupa, INI BUKAN TEMPAT
UNTUK MENGAMBIL KEUNTUNGAN DIRI SENDIRI! Masalah adalah Jakarta sudah mencapai ’siaga 1′ tentang SEMUA MASALAH! Apakah kita sebagai bangsa sama sekali tidak mau tahu tentang berbangsa dan bernegara?
Yang lain, perbanyak pompa dan perbesar
gorong2. Membuat 10.000 sumur resapan dan normalisasi sungai2,
seharusnya bukan baru sekarang! Ketika kemarin malam aku melihat di
sebuat stasiun TV ‘bercerita, tentang warga Jakarta membangun rumah
’slum’ di atas got kota! Di banyak tulisan2ku aku sudah katakan bahwa
selain untuk resapan air, tanah TIDAK BOLEH di
beton!
Artinya, kita membutuhkan resapan tanah! Laaahhhh … eh malahan
got2 kota di bangun rumah dan sampah2 terus bertebaran, sehingga setitik
airpun sama sekali tidak bisa mengalir ……
Apakah sebelum Jokowi, tidak ada yang
peduli, bahwa bangunan2 ilegal ada di atas got kota? Coba lihat di
sepanjang jalan Mangga Besar I. Coba lihat di beberapa titik kota yang
diatas got di tutup oleh papan dan didirikan bangunan ilegal untuk
berjualan bahkan tempat tinggal ditambah dengan sampah bertebaran
dimana2 …..
Pompa.
Jangankan pompa kota. Bisa
dilihat, dimanakah ada hydrant kota yang benar2 bisa berfungsi? Tahukan
anda, jika ada kebakaran, yang seharusnya hydrant kota sebagai
‘pertolongan pertama’, macet? Dan ketika mobil pemadam kebakaran datang
dan membutuhkan sumber air dari hydrant kota, semuanya tidak berfungsi?
Karena hydrant kota justru dipakai untuk sumber air di daerah2 ’slum’
Jakarta ATAU hydrant kota tertutup karena lingkungan itu terlalu padatr
sehingga tidak terlihat ….. Ya, demikian pula tentang pompa. Yakinkah
pompa2 kota bisa berfungsi dengan baik, apalagi ketika dibutuhkan?
Tentang membuat 10.000 sumur resapan.
Ini memang bisa dilakukan sendiri. Artinya, seharusnya kita bisa
melakukan sendiri, TANPA HARUS DIKEJAR2 OLEH GUBERNUR! Mungkin di setiap
kelompok, disetiap komunitas, bahkan di setiap keluarga, berswadaya
membuat sumur resapan.
Begitu juga tentang normalisasi sungai.
Sebenarnya bukan hanya normalisasi sungai saja yang
dibutuhkan, tetapi juga normalisasi got2 kota, bahwa got2 di depan rumah
masing2 warga! Swadaya2 masyarakat untuk kerja bakti
normalisasi got2 di lingkungan masing2. Termasuk swadaya masyarakat
untuk membuat sumur2 resapan di lingkungan masing2 …..
Konsep penangkal banjir Jokowi, mungkin
jangan tanggung2! Bukan hanya memikirkan ‘reklamasi air’ nya saja untuk
penangkal banjir Jakarta, tetapi juga kita harus berpikir strategis.
Artinya, air adalah alami, dan ‘predator’ air adalah tanah atau resapan!
Artinya lagi, bukan hanya tanah resapannya saja, karena
jika hanya TANAH nya saja, semakin lama tanah tetap bisa ‘jenuh’.
Maksudnya, jika air terus menerus terserap tanah dan tiba2 air tidak
bisa terserap lagi, artinya apa? Tanah itu sudah ‘jenuh’. Bagaimana untuk membuat tanah tidak jenuh lagi dari air?
Salah satunya adalah dengan penanaman hutan baru atau reboisasi, baik di hutan2 juga di ‘hutan kota Jakarta’ …..
Reboisasi adalah merupakan salah satu
normalisasi daerah hulu. Jika sekarang banjir kiriman datangnya dari
Bogor, salah satu sebab adalah tanah2 di Bogor bahkan di Puncak sudah
tidak bisa terserap lagi karena disana banyak dibangun bangunan dan
villa. Yang seharusnya KDB 10% ( yang 90% untuk peresapan ), justru kebalikannya : KDB 90% dan penyerapan yang 10% …..
Begitu juga reboisasi pohon2 di Jakarta. Daerah2
’slum’ yang biasanya merupakan taman kota atau daerah terbuka hijau (
RTH ), termasuk BANGUNAN TANPA IJIN atau ilegal, HARUS di
normalisasikan, sehingga proyek raksasa Jokowi untuk
menangkal banjir tidak tanggung2. Karena jika tanggung2, justru hanya
‘buang2 uang rakyat’ …..
Sedikit kesimpulan adalah, ketika Jokowi
sudah ‘melepas’ ide tentang 4 proyek raksasa untuk menangkal banjir
Jakarta, tidak ada salahnya sebagai warga Jakarta dan sebagai warga
negara menambahkan untuk proyek ini tidak sia2, dengan menormalisasi kan
lingkungan.
Yaitu salah satunya dengan ‘membuka’ lahan2
selebar2nya untuk peresapan air di Jakarta dan di daerah hulu
Puncak-Bogor. Caranya dengan membongkar bangunan2 ilegal, membuka got2
kota, reboisasi kota dan hulu serta swadaya warga kota untuk sosialisasi
‘peduli lingkungan’ ……
Aaaaahhhhh ….. Mungkin omonganku ngawur
dan bertambah ngawur, secara aku tidak ada kegiatan apa2 karena libur
akhir tahun, sehingga pikiranku melayang2.
Tetapi menurutku, jika Pak
Jokowi bertekad untuk ‘menangkal’ banjir Jakarta, jangan tanggung2!
Semua ‘predator’ air harus disiapkan untuk air bisa mengalir dengan
baik, sehingga banjir ‘malas’ ke Jakarta lagi …..
Tags: Jakarta
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Jangan Tanggung-tanggung, Pak Jokowi”
Posting Komentar