Jumat, 05 Oktober 2012
Si Kijang Totol: “Tempatmu Bukan di Sini, Sayang …..”
Jumat, 05 Oktober 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
‘Rumahnya’ gundul, tanpa rumput sama sekali …..
Aku memang suka sekali binatang. Sejak
kecil, dimanapun, kapanpun aku selalu memperhatikan binatang2 yang ada
di sekelilingku. Ketika aku kecil, pun sekarang ini, jika aku melihat
seekor binatang yang sakit atau terlihat sedih di jalanan ( misalnya,
kucing atau anjing adalah binatang yang emosinya terlihat seperti
manusia ), aku akan menghampirinya, mengelusnya, menggendongnya bahkan
aku bawa pulang untuk aku obati, aku rawat dan setelah itu biasanya aku
pelihara walau kapanpun mereka ingin pergi dari rumahku, aku
persilahkan.
Biasanya, kucing2 yang sudah sembuh, mereka akan pergi dari
rumahku tetapi malam hari mereka kembali lagi. Dan anjing2 yang sudah
sembuh, mereka benar2 menjadikan aku sebagai sahabat mereka, sampai
mereka mati …..
Itu jaman aku maih single, dengan
kesibukanku sebagai pelajar dan mahasiswa. Tetapi ketika aku menikah dan
pindah rumah, juga kebetulan hewan2 peliharaanku memang sudah mati
karena sudah tua, kesibukanku mengalahkan semuanya, walau kecintaanku
tentang binatang terus bertumbuh. Dan aku mau, anak2ku menjadi penyayang
lingkungan, termasuk penyayang binatang.
Banyak cerita tentang binatang2 yang aku
pelihara, termasuk ketika aku menjadi ‘Sahabat Satwa’ di Kebon Bintang
Ragunan sejak tahun 1985 sampai tahun 1988. Hampir setiap hari jika aku
tidak ada tugas / les, aku akan kesana untuk menemani anak2 binatang dan
menggendongnya bahkan menyusuinya dengan botol susu karena induknya
butuh istirahat. Cerita ini akan aku tuliskan, segera.
Dan ketika beberapa waktu yang lalu, di
Taman Makam Pahlawan Kalibata, banyak terdapat Kijang Totol yang
menunggu kita untuk memberi makan mereka, aku trenyuh …..
Kijang Totol : Tempatmu Bukan Disana …..
Di sekitar Jakarta, Kijang Totol menjadi
kebanggaan. Pasalnya, di Istana Bogor serta di Taman Monas, Kijang2
Totol ini beranak pinak, sampai pemerintah daerah agak kebingungan untuk
‘menghidupi’ mereka. Bukan hanya ruang geraknya saja ( karena seekor Kijang Totol membutuhkan ruang gerak di alam bebas berlipat kali dibanding rung gerak di sekitar Jakarta ),
tetapi makanannya pun tidak bisa untuk mereka.
Beberapa rumput dan
tanaman kesukaan mereka, habis, gundul ditengah2 mereka. Padahal kita
tahu bahwa Kijang Totol adalah pemamah biak, sehingga mereka butuh
banyak rumput secara mereka terus mengunyah ….
Setiap hari Minggu pagi, kami harus
melewati Kalibata untuk sampai ke Gereja kami, tempat kami beribadah.
Dulu2 tidak terlalu kelihatan bahwa Kijang Totol banyak terdapat di
sana. Mungkin rumput serta tanaman2 yang mereka suka, masih banyak.
Tetapi sekitar 1 tahun ini, aku melihat rumput2 dan tanaman2nya sudah
terlihat gundul. Dataran sekitar TMP Kalibata, terlihat berwarna merah
bata, menandakan tempat itu sangat gundul, sehingga Kijang2 Totol itu,
kelaparan …..
Suasana pagi hari di sekitar TMP Kalibata, sudh sibuk dengan transaksi jual beli wortel dan memberi makanan untuk Kijang Totol.
Aku sempat menyaksikan Kijang2 Totol itu
tubuhnya kurus. Tulang2nya menonjol dan wajah mereka terlihat tidak
segar. Dan aku sempat trenyuh …..
“Tempat kalian bukan disini, sayang”, begitu aku selalu berpikir. Apa yang aku harus lakukan?
Setelah beberapa saat berlalu, begitu
aku melewati tempat itu lagi, ternyata sudah banyak pedagang2 sayur (
khususnya wortel ) untuk berjualan disana. Ternyata juga, mereka
memenuhi permintaan pasar bagi ‘wisatawan2 lokal’ untuk memberi makan
Kijang2 Totol itu. Banya ‘wisatawan2 lokal’ itu dari daerah
sekelilingnya, tetapi bannyak juga khusus kesana untuk membeli wortel
dan memberi kepada Kijang2 Totol itu. Dan secepat itu pula, Kijang2
Totol itu menjadi lebih gemuk dan segar …..
Banyak diantara ‘wisatawan2 lokal’ itu
membawa anak2 mereka. Anak2 mereka sambil di suapi makan pagi, sambil
mereka memberi makan Kijang2 Totol itu. Anak2 senang karena makan banyak
dan senang karena si Kijang Totol senang, dan ibu sengan karena
anak2nya makan banyak serta senang karena tidak rewel. Bukan hanya ibu2
muda dengan anak2 mereka saja, tetapi laki2 pun membeli wortel untuk
memberi makan si Kijang2 Totol ini.
Ibu2 dengan anaknya memberi makan
Kijang Totol dan ayah seorang anak membeli wortel 1 plastik untuk
memberi makan si Kijang Totol …..
Ternyata, Kijang Totol bukan hanya memberi kebahagiaan untuk keluarga, tetapi juga memberi kebahagiaan pedagang2 sayur …..
Tetapi menurutku, Kijang Totol tidak
seharusnya tinggal disana. Jika di Istna Bogor, bisa saja karena
tempatnya luas dengan udara sejuk dan nyaman. Tetapi bagaimana dengan di
Taman Monas? Apalagi di TMP Kalibata?
Taman Monas dan TMN Kalibata adalah
sebuah taman / kebon yang luasnya terbatas seerta di kelilingi oleh
udara yang berpolusi tinggi. Siapapun tahu, polusi udara di Jakarta
sudah melewati ambang batas. Sehingga, sebagai makhluk hidup ( manusia
dan binatang ), sebenarnya agak ‘riskan’ untuk hidup di Jakarta. Banyak
akibat2 polusi Jakarta ini memicu penyakit kronis. Salah satunya adalah
kanker. Tidak bisa dibayangkan jika penduduk Jakarta menghirup udara
yang terpolusi dan berakibat penyakit, beberapa tahun mendatang …..
Pemerintah seharusnya bisa memikirkan
bagaimana populasi Kijang Totol tidak dibiarkan menghirup udara
terpolusi. Bukan hanya polusinya saja, tetapi ruang geraknyapun harus
dipikirkan, sesuai dengan standard kebutuhan mereka …..
Buat aku, Jakarta bukan untuk ‘main2′,
termasuk bermain dengan makhluk hidup. Manusia bisa dengan akalnya untuk
tidak menghirup udara terpolusi. Tetapi bagaimana dengan Kijang Totol?
Trenyuh aku memikirkannya …..
Mereka juga mahkluk Tuhan, tetapi manusia sering menelantarkan banyak hewan, seakan itu bukan makhluk Tuhan …..
Konsep lingkungan Jakarta, sudah sering
aku jabarkan pada artikel2ku sebelumnya. Tetapi mungkin memang belum
tentang area populasi Kijang Totol. Tetapi yang jelas, Jakarta harus
diperbaiki, termasuk perbaikan lingkungannya supaya, Jakarta bukan hanya
sebuah kota metropolitan yang mendunia, tetapi juga Jakarta memberi
tempat yang nyaman bagi warganya serta makhluk hidup lainnya di dalamnya
…..
Salamku untuk si Kijang Totol …..
Tags: Jakarta , metro , urban
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Si Kijang Totol: “Tempatmu Bukan di Sini, Sayang …..””
Posting Komentar