Sabtu, 28 Juli 2012
Selamat Ulang Tuhan, Papa…Tuhan Memberkati…
Sabtu, 28 Juli 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Ternyata, papaku hari ini sudah berumur 73 tahun. Sebuah umur yang kami katakan adalah ‘ekstra bonus’. Dengan keadaan papa yang memang secara fisik menurun karena usia, tetapi papa tetap gagah dan tegar untuk menemani kami sekeluarga, sebagai suami dari mamaku, sebagai papaku, eyang kakung dari anak2ku dan sahabatku yang terbaik …..
Sebenarnya aku selalu ingat dengan semua tanggal kelahiran keluargaku, termasuk juga papaku ini. Dan tanggal 28 Juli memang tanggal ulang tahun papaku. Tetapi karena aku yang baru keluar dari rumah sakit, serta sedang banyak kegiatan dan permasalahanku, jujur, aku agak lupa!
Tetapi ketika tadi pagi aku di ruang makan untuk sarapan, aku baru sadar bahwa papaku hari ini ulang tahun! Serta merta, aku memeluk beliau, karena papa memang sedang sarapan. Aku memeluk erat sekali ketika beliau berdiri dan membalas pelukanku. Aku cium pipi beliau dan beliau juga menciumku. Agak lama kami berpelukan, sambil beliau berkata, hadiah yang beliau inginkan pada ulang tahun ini adalah bahwa beliau ingin aku selalu sehat, selalu bahagia dan agar aku bisa menahan diri dengan kegiatanku, agar aku bisa mengendalikan diri dengan emosiku dan agar aku selalu senang dan bahagia untuk aku selalu sehat …..
Dan aku mengangguk2 dengan bahagia ketika beliau mengatakan bahwa hidup beliau adalah hanya untukku, untuk aku lebih baik …..
Sambil tertawa2, aku, Michelle dan Valentino duduk di meja makan sambil sarapan. Mamaku sedang ke pasar, dan Dennis masih di kamarnya. Beliau banyak menceritakan perjalanan hidupnya bersama mama. Dari menikah tahun 1965 dan mereka berada dalam kesusahan ketika pemberontakan PKI terjadi, dan ketika kakakku baru lahir sampai meninggal dunia tahun 1968.
Dari mereka tidak mempunyai uang karena jaman Orde Lama yang memang kehidupan dimana2 tidak banyak yang bisa bertahan, tetapi mereka tetap bertahan ketika mamaku berjualan es mambo, dibuat mama dan dijual tetangga2 di sekeliling rumah mereka. Dari mama juga menjahit sendiri dan bajunya dijual di pasar2, dan ketika papaku berjualan ban mobil bekas berkeliling hanya untuk mendapatkan uang ( dan tidak laku! ) karena kakakku waktu itu akan berulang tahun, dan mereka ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya …..
Cerita berlanjut ketika papa mencari tambahan uang dengan proyek2 kecil dari temannya ( papaku seorang insinyur sipil ), dan beliau tidak mau dipindah ke kota lain selain Jakarta. Beliau lebih memilih keluar dari perusahaan tempat beliau bekerja, dan Puji Tuhan, itu adalah yang terbaik bagi keluarga kecil papaku. Dan setelah keluar dari kantor tempatnya bekerja, ternyata Tuhan memang sudah merencanakan yang terbaik baginya, dan sampai sekarang adalah rancangan terbaik bagi keluarga kami …..
Sambil kami makan pagi, sambil papa bercerita, aku mengamatinya. Beliau sangat bahagia. Tawanya membahana, juga kami. Aku memotretnya. Pose2 beliau membuat aku tersentuh dan terharu. Aku melihat wajahnya, wajah papa yang sudah tua …..
Kerut merut wajah papa sangat memberkas di hatiku. Wajah yang khas seorang papa yang ramah, sahabat setiaku. Aku sangat menyangi papaku! Dengan kesabaran, ketelatenan, kecintaan kepadaku serta kepasrahannya yang dalam dengan keadaanku, papa adalah sosok yang selalu menginspirasiku, dari dulu sampai sekarang ( lihat tulisanku Hobi Bersama: Papaku adalah Inspirasiku ).
Selintas, aku merasa sedih. Dengan keterbatasanku sebagai insan pasca stroke, membuat papa tambah ‘bekerja keras’ guna menemani dan membantuku setiap waktu. Seharusnya, beliau sudah hanya bersenang2 dengan cucu2nya, bukan sebagai pendamping hidupku dalam keterbatasanku.
Jika aku sehat, papa bisa beristirahat, dan tidak perlu menemani dan menjagaku setiap waktu. Tetapi, apakah aku merasa menyesal sekarang sebai insan pasca stroke? Sebagai manusia biasa, benar, bahwa aku menjadi ‘batu sandungan’ untuk keluargaku, terutama untuk papaku. Tetapi dengan iman, dan percaya kepada Tuhan Yesusku, perasaan ini aku singkirkan dan aku sangat percaya bahwa ini adalah yang terbaik untukku.
Aku tidak tahu, apa yang bisa dikatakan ‘yang terbaik’, tetapi konsep Tuhan dalam hidup kita manusia, termasuk hidupku, menembus ruang dan waktu kita, bahwa entah bagaimana, Tuhan akan memberikan kita bukan keinginan kita, tetapi apa yng kita butuhkan ….. Dan papaku adalah yang aku butuhkan dalam keterbatasanku, sehingga beliau akan selalu ada untuk mendampingiku …..
Mamaku yang baru pulang dari pasar dekat rumahku …..
Selamat ulang tahun papa, cinta kasih sayangmu, merupkan oase untukku di tengah2 hidupku, termasuk dalam keadaan dan keterbatasanku …..
Selalu sehat dan bahagia, Tuhan Yesus memberkati kita semua …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “ Selamat Ulang Tuhan, Papa…Tuhan Memberkati…”
Posting Komentar