Senin, 30 Juli 2012

‘KDRT’ : Tidak Hanya Pelecehan Fisik Semata …..




By Christie Damayanti

1343627475392802182
kolomkita.detik.com
Budaya masyarakat Indonesia adalah patriarkhis, yaitu pria adalah diatas segala2nya. Utamanya, kaum perempuan merupakan sering menjadi ‘korban’, baik korban pelecehan ( baik pelecehan seksual atau pelecehan harga diri ), korban kekerasan bahkan korban KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga ) dari kaum pria. Dan kaum perempuanlah yang sering dipersalahkan karena ( katanya ) kelemahannya atau ‘kebodohannya’ ……

‘Kebodohannya?’ 

Aaahhh ….. Kaum perempuan benar2 sebagai ‘kesetan kaki’ kaum pria. Secara fisik, kaum perempuan memang selalu tersakiti. Pelecehan2 terus mendera, baik tentang sex ( ini yang terbanyak ), atau kekerasan. Padahal kaum perempuan sekarang sudah bisa men-sejajarkan diri sebagai pekerja dan berkegiatan bersama dengan kaum pria. Kaum perempuan juga sudah bisa menjadi ’seseorang’ di tengah2 kemajuan teknologi. 

Tetapi tetap saja kaum pria ‘mengambil’ sebagian besar hak2 kaum perempuan. Misalnya, banyak sekarang kaum perempuan bekerja sampai malam atau sampai pagi untuk pekerjaannya, seperti aku dulu sebelum sakit. Aku sering pulang di atas tengah malam, meeting dengan mitra dari luar negeri di HOTEL atau bukan kantor bahkan sering bekerja sampai pagi jika deadline. Dan banyak orang ( baik pria dan wanitapun ) melihat kaum perempuan yang bekerja sampai pagi seakan2 mereka bekerja ‘yang aneh2′ ( lihat tulisanku Jejak Nostalgia: Wanita Malam? Astaga… ).

Persoalan fisik emang kerap mengikuti pelecehan2 bagi kaum perempuan. Bagaimana dengan persoalan ‘hati?’. Harga diri merupakan masalah ‘hati’ dan bahkan kekerasan dan pelecehan untuk kaum perempuan, membuat mereka sangat tertekan. Mereka lebih memikirkan ‘kata orang’ dari pada memikirkan diri sendiri. Mereka sangat pasrah terhadap perlakuan suami2 mereka, bukan hanya kekerasan fisik dalam rumah tangga saja, tetapi juga kekerasan emosional dan ‘hati’ mereka.

Yang dimaksud dengan kekerasan emosional dan kekerasan ‘hati’ adalah hal2 kekerasan mulut pria sebagai suami mereka. Caci maki termasuk sudah sangat terbiasa bagi kaum perempuan sebagai seorang istri. Jika perempuan sebagai pegawai, mereka bisa tidak terima dan bisa menuntut perusahaan dimana mereka bekerja. Tetapi kaum perempuan sebagai istri, dalam budaya Indonesia, masih sangat ‘peduli’ dengan ‘apa kata orang’ …..


Rumah tangga dalam budaya timur, khususnya Indonesia, masih menyimpan ‘bom’. Bahwa jaman sekarang merupakan jaman super canggih dan kaum perempuan sudah juga terlibat didalamnya, tetapi mereka masih juga ‘terjajah’ kaum pria, bahkan lebih dari itu! Seorang sahabatku bercerita, bahwa kehidupan rumah tangga sahabatku ( sebut saja, Delia ) menyimpan bom waktu, jauh sebelum mereka bercerai. 

Suaminya memang tidak ‘main kasar’ secara fisik, tetapi Delia menerima perlakuan ‘kasar’ dari suaminya lewat kata2. Bukan hanya berkata2 secara langsung, tetaapi caci makinya sudah mendarah daging lewat SMS ….

Delia adalah seorang ibu bekerja dan berkegiatan di kantornya ditengah2 eksekutif atas. Dia bekerja dengan baik dan sangat hormat kepada suaminya, walau Delia sudah tahu apa yang suaminya lakukan dengan pelecehan2 ‘hati’nya. Pelecehan2 itu bukan hanya pelecehan caci maki, tetapi juga pelecehan tentang waniita2 di sekeliling suaminya. 

Dan dengan bangga, justru suaminya menikahi wanita2 di sekeliling suaminya bahkan tidak hanya 1 kali, Delia meredam amarah. Tetapi Delia tetap tunduk kepada suaminya ( mungkin karena Delia dibesarkan di Indonesia ). Dan justru, itu menambah suaminya semakin menjadi untuk terus melecehkannya …..

Jaman sekarang memang sudah berubah, tetapi toh kenyataan kaum perempuan khususnya perempuan Indonesia, masih terpaku sebagai ‘yang lemah’ dibanding dengan kaum pria. Sebagian besar perempuan Indonesia tetap tunduk dan patuh kepada suaminya, walau yang jelas2 salah adalah suaminya, seperti Delia ini. 

Padahal Delia merupakan perempuan di abad modern dan dia berada hampir di puncak eksekutif pebisnis Indonesia. Lalu jika demikian, bagaimana dengan perempuan2 Indonesia yang lain, yang jauh lebih rendah dengan posisi Delia dalam pendidikan, pekerjaan, dan statusnya sebagai perempuan desa? Pasti sangat memprihatikan …..

KDRT memang tetap menjadi salah satu momok dalam rumah tangga. Konsep gender di Indonesia memang masih dipegang oleh kaum pria, dengan ‘konsep patrilineal’ ini. Dan sampai kapan kaum perempuan Indonesia ‘dijajah’ kaum pria mengenai gender dan pelecehan? Tetapi walau sebagian kecil perempuan Indonesia sudah menyadari pentingnya kesetaraan gender, merekapun tetap merasa bahwa kaum prialah yang ‘memiliki’ segalanya ……

Perenungan yang dalam, ketika aku mulai membaca buku2 yang diberikan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, yang dipimpin oleh Ibu Linda Gumelar ( lihat tulisanku Berdialog dengan ‘Ibu Linda Amalia Sari Gumelar’, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI ). Dan beberapa ide di benakku, untuk membuat perempuan Indonesia lebih baik tentang pelecehan, akan aku tuliskan segera. Walau munhkin ide2 itu hanya berupa ide awal, tetapi dengan keterbatasanku semoga bisa berkenan, karena aku masih ingin berkarya dalam Tuhan …..

Maju terus perempuan Indonesia !

13436275171313850213

13096071791943036955

Tags:

0 Responses to “ ‘KDRT’ : Tidak Hanya Pelecehan Fisik Semata …..”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks