Minggu, 22 Januari 2012

Aku Cacat? So What?



By Christie Damayanti


1358847716171011564
best-driving.org

“Bermimpilah, dan terus bermimpi ….. bukan hanya untuk orang2 normal dan berpunya saja, tetapi Tuhan memberikan kesempatan di semua orang yang percaya kepada NYA ……”

“Berkaryalah terus berkarya …… dan Tuhan akan membuat kita sebagai kaum penyandang cacat memperoleh kehidupan yang hakiki untuk kesejahteraan masa depan kita …..”

“Jangan pernah kita berkeluh kesah dan selalu menyalahkan Tuhan, karena kita tidak pernah tahu bahwa ada sebongkah kekuatan yang ada di dalam diri kita, jika kita belum pernah jatuh dan bangun lagi, dalam keterbatasan sebagai kaum penyandang cacat …..”

————————————————————————————————————————

Seperti beberpa tulisan tentang ‘kecacatan’ fisik teman2 Kompasianer, aku justru lebih bersemangat untuk memberi fasilitas2 untuk warga Indonesia yang cacat atau disabled. Lihat tulisan2 ini :


Jika Aku Cacat, Kenapa? - Hesty Mary Astuti

Bahwa warga disabled di Indonesia memang masih merupakan ‘anak tiri’, sebuah fenomena yang sangat tidak manusiawi. Ketika seseorang terlahir cacat, apakah dia memintanya? Apakah orang tuanya memintanya? Apakahn keluarganya memintanya? Tetapi dia terlahir cacat! Jika begitu, seharusnya lingkungannya bisa mengerti dia, dan masing2 dari orang2 disekitarnya, selalu peduli dan membantunya …..

Lalu, ketika seseorang menjadi cacat karena sakit ( seperti aku, karena stroke ) atau menjadi cacat karena kecelakaan, apakah dia memintanya? Apakah orang2 yang mencintainya, memintanya? Atau apakah komunitas2 disekelilingnya, memintanya? Tetapi dia menjadi cacat! Dan seharusnya, orang2 di lingkungannya bisa menerimanya, karena dia tidak ingin menjadi cacat. Seharusnya, dia tetap bersyukur arena Tuhan tetap memberikan kehidupan yang tuth walah cacat fisiknya akan sedikit menghambatnya, seperti aku …..

Tanggal 26 Januari 2013 minggu ini, aku diundang dalam sebuah seminar dan workshop untuk berdiskusi dalam “Partisipasi Pemuda Disabilitas dalam Kebijakkan dan Peran Pemerintah dalam Pelaksanaan UNRPD di Indonesia”.

Tidak gampang memang, untuk bisa diterima sebagai warga cacat, baik cacat sejak lahir, apalagi cacat karena kecelakaan atau karena sakit. Walau di lingkunganku semuanya sangat peduli dengan keadaanku, bahkan mereka tidak pernah membanding2kan fisikku sebelum sakit dan sekarang ini, tetapi masih banyak teman2ku yang sangat berusaha untuk bisa eksis sebagai warga disabled, karena di lingkungan mereka tidak semudah di lingkunganku. Untuk itu aku sangat bersyukur …..

UNCRPD ( United Nations Convention on the Rights of Persons with Disabilities ) merupakan sebuah Konvensi tentang Hak2 Penyandang Cacat yang digelar tanggal 13 Desember 2006 di Markas Besar PBB di New York. Ada 82 penandatanganan Konvensi. Di banyak negarapun ( bukan hanya di  Indonesia ), penyandang cacat sering dipakan sebagai obyek untuk ‘charity’ ( amal ),  pengobatan dan perlindungan, dibandingkan sebagai untuk membuat keputusan dalam kehidupan bersosialisasi dan menjadi masyakat yang aktif dalam berkarya.

Coba saja kita lihat, banyak orang merasa tidak terlalu berminat untuk mengapresiasi karya anak bangsa penyandang cacat, KECUALI dalam sebuah kegiatan sosial, ‘charity’ atau pengobatan. Mereka benar2 ‘diperas’ untuk mencapai apa yang diinginkan oleh masyarakat tertentu, sehingga mereka menjadi skeptis.

Walau tetap bersyukur, aku pun berada dalam sebuah posisi yang demikian, ketika aku tidak di ikutsertakan dalam kegiatan2 yang biasanya aku berada didalamnya. Aku memang sangat tahu diri, sebagai arsitek lapangan aku belum bisa bergerak bebas dengan keterbatasanku dalam isik lumpuh ½ tubuh sebelah kanan. Walau aku tetap berusaha untuk mengerjakan semua yang aku bisa dalam keterbatasanku, aku memang belum bisa eksis dalam hidup bermasyarakat yang normal, bukan sebagai warga penyandang cacat.

Banyak tulisan2ku bercerita tentang kehidupan aku sebagai penyadang cacat karena stroke, dimana beberapa orang mampu membuat aku menangis, jika mereka dengan pongahnya mengejekku. Siapa yang mau cacat? Tetapi aku tahu, jika aku tidak menunjukkan diriku sebagai ( memang ) penyandang cacat yang berprestasi dan tetap bisa berkarya, aku akan sangat terpuruk! Sehingga, aku dengan terus mantap melangkah untuk masa depanku, srbagai penyadang cacat lumpuh separuh tubuh sebelah kanan …..

Konvensi di Markas Besar PBB ini, dimaksudkan sebagai instrumen hak asasi manusia dengan dimensi dan perkembangan sosial sebuah bangsa. Dimana dalam kategori yang luas bahwa para penyandang cacat harus menegaskan kembali, untuk bisa menikmati semua hak2 asasi manusia dan kebebasan fundamental. 

Ini akan menjelaskan bagaimana memenuhi persyaratan semua kategori hak, berlaku untuk semua penyandang cacat dan mengindentifikasikan daerah2 dimana harus di bangun dan diadaptasikan fasilitas2 untuk penyandang cacat yang efektif dan dimana hak2 itu harus terus diperkuat dengan undang2 dari sebuah negara.

Tulisanku tentang Jangan Merasa Beradab, Jika Kita Tidak Peduli Kaum ‘Disabled!’, merupakan sebuah ’statement’ yang seharusnya mampu membuat orang2 yang tidak peduli dengan penyandang cacat, menjadi peduli. Karena ternyata bukan hanya orang2 yang berpendidikan rendah saja yang tidap peduli, tetapi banyak orang2 yang notebene seharunya mengerti, justru mereka menjadi penyambung lidah untuk mengejek dan menertawakan tentang fisik penyandang cacat, seperti yang pernah aku alami …..

Undangan Seminar dan Workshop tentang disabled ini merupakan sebuah disusi untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masalah penyandang disabilitas di masyarakat umum dan khususnya bagi nagkatan muda di Indonesia untuk bisa berpartisipasi dalam implementasi Konvensi UNCRPD, serta memastikan kehidupan sosial yang lebih baik dan untuk meningkatkan tekanan pemerintah untuk menerapkan prisip2 yang digariskan dalam undang2.

Semoga dengan aku mengikuti Seminar dan Workshop ini, aku bisa berbagi dan berusaha untuk memberikan fasilitas2 disabled di banyak bangunan yang mungkin aku desain, secara aku juga seorang perempuan yang dalam keterbatasan …..

Dan semua manusia, baik yang dilahirkan normal atau cacat, baik yang memang cacat karena sakit atau kecelakaan, percayalah bahwa Tuhan selalu memberikan kelebihan dan talenta bagi masing2 orang, apapun itu! Tetapi kita harus jeli, mencari ap yang Tuhan mau dalam hidup kita. Dan percayalah, bahwa Tuhan tidak pernah merancangkan kecelakaan tentang apapun, tetapi pasti sebuah damai sejahtera untuk kita semua ……

 

Beberapa tulisanku tentang  ’disabled :


Sudahkah Kita Menjamin Aksesibilitas bagi Warga ‘Disabled’ di Indonesia ?



Warga ‘Disabled’ Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa: Sebuah Perenungan Diri Tolong Pedulikan Kami dan Adakah yang Tahu dan Peduli dengan ‘Toilet Disabled?’





Tags:

0 Responses to “Aku Cacat? So What?”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks