Minggu, 22 Januari 2012
Aku Cacat? So What?
Minggu, 22 Januari 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
“Bermimpilah, dan terus
bermimpi ….. bukan hanya untuk orang2 normal dan berpunya saja, tetapi
Tuhan memberikan kesempatan di semua orang yang percaya kepada NYA ……”
“Berkaryalah terus berkarya
…… dan Tuhan akan membuat kita sebagai kaum penyandang cacat memperoleh
kehidupan yang hakiki untuk kesejahteraan masa depan kita …..”
“Jangan pernah kita berkeluh
kesah dan selalu menyalahkan Tuhan, karena kita tidak pernah tahu bahwa
ada sebongkah kekuatan yang ada di dalam diri kita, jika kita belum
pernah jatuh dan bangun lagi, dalam keterbatasan sebagai kaum penyandang
cacat …..”
————————————————————————————————————————
Seperti beberpa tulisan tentang
‘kecacatan’ fisik teman2 Kompasianer, aku justru lebih bersemangat untuk
memberi fasilitas2 untuk warga Indonesia yang cacat atau disabled.
Lihat tulisan2 ini :
Saya Orang Cacat, Terus Masalah Buat Saya? - Hafid Pradipta
Jika Aku Cacat, Kenapa? - Hesty Mary Astuti
Bahwa warga disabled di Indonesia memang
masih merupakan ‘anak tiri’, sebuah fenomena yang sangat tidak
manusiawi. Ketika seseorang terlahir cacat, apakah dia memintanya?
Apakah orang tuanya memintanya? Apakahn keluarganya memintanya? Tetapi
dia terlahir cacat! Jika begitu, seharusnya lingkungannya bisa mengerti
dia, dan masing2 dari orang2 disekitarnya, selalu peduli dan membantunya
…..
Lalu, ketika seseorang menjadi cacat
karena sakit ( seperti aku, karena stroke ) atau menjadi cacat karena
kecelakaan, apakah dia memintanya? Apakah orang2 yang mencintainya,
memintanya? Atau apakah komunitas2 disekelilingnya, memintanya? Tetapi
dia menjadi cacat! Dan seharusnya, orang2 di lingkungannya bisa
menerimanya, karena dia tidak ingin menjadi cacat. Seharusnya, dia tetap
bersyukur arena Tuhan tetap memberikan kehidupan yang tuth walah cacat
fisiknya akan sedikit menghambatnya, seperti aku …..
Tanggal 26 Januari 2013 minggu ini, aku
diundang dalam sebuah seminar dan workshop untuk berdiskusi dalam
“Partisipasi Pemuda Disabilitas dalam Kebijakkan dan Peran Pemerintah
dalam Pelaksanaan UNRPD di Indonesia”.
Tidak gampang memang, untuk bisa
diterima sebagai warga cacat, baik cacat sejak lahir, apalagi cacat
karena kecelakaan atau karena sakit. Walau di lingkunganku semuanya
sangat peduli dengan keadaanku, bahkan mereka tidak pernah
membanding2kan fisikku sebelum sakit dan sekarang ini, tetapi masih
banyak teman2ku yang sangat berusaha untuk bisa eksis sebagai warga
disabled, karena di lingkungan mereka tidak semudah di lingkunganku.
Untuk itu aku sangat bersyukur …..
UNCRPD ( United Nations Convention on the Rights of Persons with Disabilities
) merupakan sebuah Konvensi tentang Hak2 Penyandang Cacat yang digelar
tanggal 13 Desember 2006 di Markas Besar PBB di New York. Ada 82
penandatanganan Konvensi. Di banyak negarapun ( bukan hanya di
Indonesia ), penyandang cacat sering dipakan sebagai obyek
untuk ‘charity’ ( amal ), pengobatan dan perlindungan, dibandingkan
sebagai untuk membuat keputusan dalam kehidupan bersosialisasi dan
menjadi masyakat yang aktif dalam berkarya.
Coba saja kita lihat, banyak orang
merasa tidak terlalu berminat untuk mengapresiasi karya anak bangsa
penyandang cacat, KECUALI dalam sebuah kegiatan sosial, ‘charity’ atau
pengobatan. Mereka benar2 ‘diperas’ untuk mencapai apa yang diinginkan
oleh masyarakat tertentu, sehingga mereka menjadi skeptis.
Walau tetap bersyukur, aku pun berada
dalam sebuah posisi yang demikian, ketika aku tidak di ikutsertakan
dalam kegiatan2 yang biasanya aku berada didalamnya. Aku memang sangat
tahu diri, sebagai arsitek lapangan aku belum bisa bergerak bebas dengan
keterbatasanku dalam isik lumpuh ½ tubuh sebelah kanan. Walau aku tetap
berusaha untuk mengerjakan semua yang aku bisa dalam keterbatasanku,
aku memang belum bisa eksis dalam hidup bermasyarakat yang normal, bukan
sebagai warga penyandang cacat.
Banyak tulisan2ku bercerita tentang
kehidupan aku sebagai penyadang cacat karena stroke, dimana beberapa
orang mampu membuat aku menangis, jika mereka dengan pongahnya
mengejekku. Siapa yang mau cacat? Tetapi aku tahu, jika aku tidak
menunjukkan diriku sebagai ( memang ) penyandang cacat yang berprestasi
dan tetap bisa berkarya, aku akan sangat terpuruk! Sehingga, aku dengan
terus mantap melangkah untuk masa depanku, srbagai penyadang cacat
lumpuh separuh tubuh sebelah kanan …..
Konvensi di Markas Besar PBB ini,
dimaksudkan sebagai instrumen hak asasi manusia dengan dimensi dan
perkembangan sosial sebuah bangsa. Dimana dalam kategori yang luas bahwa
para penyandang cacat harus menegaskan kembali, untuk bisa menikmati
semua hak2 asasi manusia dan kebebasan fundamental.
Ini akan menjelaskan
bagaimana memenuhi persyaratan semua kategori hak, berlaku untuk semua
penyandang cacat dan mengindentifikasikan daerah2 dimana harus di bangun
dan diadaptasikan fasilitas2 untuk penyandang cacat yang efektif dan
dimana hak2 itu harus terus diperkuat dengan undang2 dari sebuah negara.
Tulisanku tentang Jangan Merasa Beradab, Jika Kita Tidak Peduli Kaum ‘Disabled!’,
merupakan sebuah ’statement’ yang seharusnya mampu membuat orang2 yang
tidak peduli dengan penyandang cacat, menjadi peduli. Karena ternyata
bukan hanya orang2 yang berpendidikan rendah saja yang tidap peduli,
tetapi banyak orang2 yang notebene seharunya mengerti, justru mereka
menjadi penyambung lidah untuk mengejek dan menertawakan tentang fisik
penyandang cacat, seperti yang pernah aku alami …..
Undangan Seminar dan Workshop tentang
disabled ini merupakan sebuah disusi untuk meningkatkan kesadaran dan
pemahaman masalah penyandang disabilitas di masyarakat umum dan
khususnya bagi nagkatan muda di Indonesia untuk bisa berpartisipasi
dalam implementasi Konvensi UNCRPD, serta memastikan kehidupan sosial
yang lebih baik dan untuk meningkatkan tekanan pemerintah untuk
menerapkan prisip2 yang digariskan dalam undang2.
Semoga dengan aku mengikuti Seminar dan
Workshop ini, aku bisa berbagi dan berusaha untuk memberikan fasilitas2
disabled di banyak bangunan yang mungkin aku desain, secara aku juga
seorang perempuan yang dalam keterbatasan …..
Dan semua manusia, baik yang dilahirkan
normal atau cacat, baik yang memang cacat karena sakit atau kecelakaan,
percayalah bahwa Tuhan selalu memberikan kelebihan dan
talenta bagi masing2 orang, apapun itu! Tetapi kita harus jeli, mencari
ap yang Tuhan mau dalam hidup kita. Dan percayalah, bahwa Tuhan tidak
pernah merancangkan kecelakaan tentang apapun, tetapi pasti sebuah damai
sejahtera untuk kita semua ……
Beberapa tulisanku tentang ’disabled :
Sudahkah Kita Menjamin Aksesibilitas bagi Warga ‘Disabled’ di Indonesia ?
Warga ‘Disabled’ Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa: Sebuah Perenungan Diri Tolong Pedulikan Kami dan Adakah yang Tahu dan Peduli dengan ‘Toilet Disabled?’
Tags: Catatan Harian
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Aku Cacat? So What?”
Posting Komentar