Jumat, 18 Maret 2011

Kemanakah Jakarta Mau Kita Pindah ? [Sebuah Refleksi Diri]



By Christie Damayanti

1300427650520484007

Pagi ini, seperti biasa, sambil makan pagi, aku mendengarkan berita di salah satu TV swasta. Temanya adalah ‘memindahkan Jakarta’ untuk memperbaiki Jakarta. Sebenarnya menarik buat aku. Sangat menarik. Tetapi setelah aku sedikit ‘berpikir dan apa yg mau kuperbuat untuk Jakarta kita’, tiba2 aku bisa ‘membuka hati’, bahwa sebenarnya apakah memang Jakarta harus dipindah atau yg dipindah itu ‘hati kita?’

Jakarta mau dipindah? Kemana? Kapan? Sudah banyak orang mengatakan itu. Sudah banyak juga teman2ku bertanya padaku. Sering aku berdiskusi dengan banyak teman, juga papaku. Dan diskusi2 itu sudah ‘terbentuk’ di kepalaku sendiri, dengan masukan2 tentang Jakarta.

Konsep perbaikan Jakarta, aku sudah mulai tulis, sewaktu aku membuat thesis S2 ku sekitar 14 tahun lalu. Dan baru aku sedikit perbaiki disana sini di Kompasiana. Dan sudah banyak komentar2 yg mendukung ide perbaikan Jakarta itu.

Menurut aku, ibukota Jakarta tetap Jakarta untuk tonggak sejarah. Pahlawan2 kita mati2an mempertahankan Indonesia dan Jakarta untuk kita semua. Jadi, Jakarta tetap ibukota Indonesia. Tetapi karena perkembangan Jakarta sudah tidak bisa di’rasionalkan’, mungkin kita harus memikirkan, ‘bagaimana masa depan Jakarta?’. Salah satunya, aku. 

Tetapi yg aku pikirkan : 

“Bukan hanya kota Jakarta yg dipindahkan, tetapi hanya administrasi dan pemerintahannya yg dipindahkan, BUKAN kotanya’. 

Dan kota Jakarta tetap menjadi kota tersibuk di Indonesia untuk bisnis, perdagangan, pendidikan dan lain sebagainya.

Banyak konsep, dimana Jakarta mau dipindahkan. Ada yg memikirkan :

1.       Daerahnya harus dekat dengan Jakarta, sehingga biayanya ‘tidak seberapa’.
Banyak orang ingin ‘New Jakarta’ sekitar Banten, atau Jawa Barat. Mereka mungkin  memikirkan bahwa tetap tinggal di Jakarta. Seperti suburb. Tetapi apakah tidak terpikirkan, bahwa Jakarta tetap saja sama? Lalu bagaimana dengan ‘renovasi’ Jakarta sendiri?

Lalu ada orang yg mengangan2kan 'New Jakarta' di Jawa Barat antara Bogor dan Puncak, dengan konsep ‘kota bawah tanah’. Astaga ….. ini daerah gempa, lalu berapa besar biayanya dan konsep itu seperti apa?

2.       Daerahnya agak jauh dengan Jakarta, supaya antara Jakarta sekarang tidak ‘menjadi satu’ dengan Jakarta baru sehingga akan menjadi ‘kota baru’ yg lebih kompleks.

Beberapa tahun lalu, salah satu anak seorang pejabat, mengatakan bahwa Jonggol akan menduduki New Jakarta. Setelah itu beberapa developer berlomba2 untuk membeli tanah disana, untuk ‘menampung’ penduduk New Jakarta. Dan sampai sekarang tidak ada kejelasannya.

Bila Jonggol menjadi New Jakarta, apakah tidak terpikir, karena New Jakarta terlalu dekat denga Jakarta sekarang, batas2 New Jakarta akan ‘berhimpit’ dgn Jakarta sekarang dan akan menjadi satu. Setelah itu, New Jakarta akan menjadi tambah semrawut …..

3.       Daerahnya harus jauh untuk memberi ‘ruang kerja’ untuk Jakarta yang lebih baik dan lebih besar.
Ada yg menginginkan New Jakarta di Kalimantan. Memang, daerah itu masih luas, bisa dipakai membuat ‘ruang gerak’ New Jakarta. Tetapi tetap banyak kendalanya. Yang jelas, semua konsep seperti ini harus dikaji lebih mendalam untuk kebaikkan kita, dan itu tidak mungkin sendiri. Harus ada tim dengan banyak diskusi.

Tetapi buat aku, ternyata bukan Jakartanya yg HARUS SEGERA di pindah. Buat aku, ‘bagaimana kita membuka hati, bahwa kita harus berusaha memakai hati untuk membuat Jakarta berguna bagi orang banyak’. Karena, percuma saja kita memindahkan Jakarta, tetapi yg mengelolanya tetap memakai ‘hati’ yg lama.

Warga Jakarta, sudah lama ‘tidak memiliki hati’. Semuanya selalu untuk kepentingannya sendiri. Tidak mempunyai ’sense of belonging’ untuk menjaga Jakarta kita menjadi lebih baik. Misalnya yg masalah baru saja : Trans Jakarta dan ‘busway’nya. Pemda mati2 memikirkannya dan membuatnya secara fisik, tetapi beberapa terminal Trans Jakarta sudah ‘dirampok’ dengan mengambil banyak besi2, stainless steel2, lampu2 bahwa pintu2 dan koridor2nya, tidak lagi lengkap.

Ada juga, pemda baru saja membersihkan coretan2 di beberapa dinding, tetapi beberapa hari kemudian, coretan2 itu kembali ada …..

Ini membuat hatiku ‘miris’, sebagai warga Jakarta. Kasihan sekali Jakarta …..

Jakarta, mungkin ketinggalan beberapa generasi. Generasi kita ada yg ‘hilang’. Jika generasi diatas kita sudah mulai ‘menurun’, generasi kita lah yg sedang ‘menanjak’. Tetapi keadaan generasi di atas kita ternyata bisa membuat Jakarta menjadi ‘irrasional’ ( meminjam istilah sahabatku *terima kasih ya* ), bisakah generasi kita membuat Jakarta kita menjadi ‘rasional’ lagi?

Lalu, jika New Jakarta sudah jadi, entah tempatnya dimana, apakah New Jakarta bisa tetap ‘rasional’ dan tidak menuju arah ‘irrasional?’. Bisakah kita menjamin ini? Bahwa generasi2 dibawah kita bisa menjaganya?
Jika generasi kita belum bisa / ( notebene ) belum mau mendidik generasi2 dibawah kita, bagaimana generasi2 dibawah kita bisa menjaga New Jakarta menjadi ‘rasional’? Ahhh …..

1300427788362936177

Jadi, menurut aku, bukan Jakarta-nya yg harus segera dipindah, tetapi lebih ke arah ‘hati’ kita. Bila kita bisa ‘menjaga hati’ lebih baik, lebih mengerti dengan sesama bahkan dengan pemerintah, mungkin New Jakarta bisa lebih mudah dilaksanakan. Dan lebih bisa menjadi New Jakarta yg lebih baik.

Indonesia, dan Jakarta itu ‘kaya’ koq ….. banyak orang2 yg peduli, orang2 yg idealis dan orang2 yg benar2 pintar untuk memindahkan Jakarta menjadi New Jakarta. Fisik kota bisa dan dapat dibuat, asalkan ada konsep2 yg jelas. Merancang kota itu ‘gampang’ ( tanda kutip ) untuk membuat kota yg bagus, sepert kota Washington DC atau Canberra, dengan desainer2 perkotaan yg pintar. Tetapi yg penting adalah, kita, warga Jakarta harus berusaha terus ‘untuk mau melayani antara sesama’. Karena jika kita saling ‘melayani’, pasti masing2 dari kita mau melakukan yg terbaik untuk kita semua.

Duduklah sejenak di akhir minggu ini. Merenung dan berpikir, “Apakah kita mau dan mampu untuk 
melayani sesama dan membuat masing2 dari kita semua bisa hidup lebih baik lagi di Jakarta?”
Dengan doa, ( kita ) aku berani, ( kita ) aku mau   pasti  mampu, bila aku dan kita didukung oleh teman2 dan sahabat2 kita ….. Bagaimana dengan yg lain ???

Salamku …..

Tags:

0 Responses to “Kemanakah Jakarta Mau Kita Pindah ? [Sebuah Refleksi Diri]”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks