Jumat, 14 Januari 2011
Manajemen Fisik kota Jakarta (7)
Jumat, 14 Januari 2011 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Pembangunan perumahan dan pemukiman di perkotaan, dalam wujud rumah
susun, rumah sederhana dan rumah sangat sederhana, adalah salah satu
prioritas Jakarta. Dan meskipun program pengentasan
kemiskinan ini sudah dioperasionalkan, tetapi masih perlu dipertajam dan
diperluas lagi. Sasaran utamanya, agar dapat makin merata dan
menjangkau masyarakat yg memerlukannya, dengan senantiasa memperhatikan
Rencana Tata Ruang dan keterkaitan serta keterpaduan dengan lingkungan
social disekitarnya.
Perbedaan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan perbedaan penyediaan sarana, prasarana dan
fasilitas telah menyabakan tingginya arus urbanisasi yg membebani
Jakarta, yg pada gilirannya mengakibatkan pertabahan jumlah penduduk di
daerah perkotaan yg pesat.
Sedangkan
rendahnya daya jangkau masyarakat untuk menghuni rumah yg layak, telah
menjadi penyebab didudukinya tanah2 secara illegal. Mereka menghuni,
menduduki, menguasai tanah yg belum dimanfaatkan pemiliknya dan bermuara
kedalam keadaan permukiman yg kumuh dan tidah teratur.
Untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dan penghidupan masyarakat yg bertempat tinggal di perumahan
dan pemukiman kumuh tersebut, perlu terus dilakukan penanganan secara
terpadu. Pembangunan perumahan dan pemukiman, mencangkup 3 kegiatan :
1. Revitalisasi kawasan
2. Pembangunan baru
3. Pembangunan khusus yg bertumpu pada aspek : manusia, usaha dan lingkungannya
Diharapkan, terjadi
kemantapan pembangunan yg kelak lebih menjamin kesinambungan dan
keberhasilan program peniadaan perumahan dan pemukiman kumuh.
Menata simbol2 kekumuhan
Fasilitas umum adalah
symbol kekumuhan warga dan lingkungan, dinilai sebagai limbah domestic
sumber pencemaran penurunan kualitas air sungai, melainkan juga terkait
dengan harkat, derajad dan warga setempat yg dapat merusak gambaran
citra Jakarta sebagai ibu kota.
Jamban di bantaran sungai dan ‘membersihkan diri’ ….. Astaga ….. bagaimana warga tidak sakit ???
Soal jamban ( sering
terlihat di bantaran kali ), menjadi masalah serius. Fasilitas umum ini
bukan lagi dianggap tak layak eksistensinya, malah sudak dianggap
sebagai simbol2 kekumuhan. Juga diindikasikan sumber petaka dan
penyakit. Program pengalihan adalah dengan sistim pengolahan air limbah
rumah tangga yg ber-septik tank. Model pengendalian air kotor yg dianggap lebih layak.
Budaya jamban ke budaya septic tank
tidak mungkin tuntas tanpa kepedulian kelompok2 masyarakat, yg utamanya
berprogram hidup bersih dan sehat serta menaruh kepedulian lingkungan.
Penelitian UNICEF,
hingga saat ini penyakit diare dan cacingan terutama menimpa anak2,
menjadi masalah besar, karena tidak digunakannya air bersih dan jamban
yg memadahi.
Rencana Induk / masterplan penanganan air limbah di Jakarta, terutama mewujdkan penangan limbah dengan sistim terpusat / sewerage system.
Konsep septic tank modern ( Biotech ), dengan teknologi mendaur ulang air untuk kebutuhan yang lain.
Terdapat 2 aspek untuk melaksanakan perbaikan lingkungan :
1. Menurunkan beban pencemaran sampai pada nilai ambang batas sesuai yg ditentukan
2. Memelihara stabilnya nilai ambang batas sesuai dengan standard baku mutu yg ditetapkan
Sistim pengolahan air
limbah yg ada di daerah pemukiman umumnya memakai septic tank yg
mengolah air limbah wc, sedangkan iar limbah dari dapur, kamar mandi dan
lainnya dibuang langsung ke saluran umum. Artinya, menjadi beban kota Jakarta.
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Manajemen Fisik kota Jakarta (7)”
Posting Komentar