Sabtu, 29 Januari 2011
Manajemen Fisik Kota Jakarta (10)
Sabtu, 29 Januari 2011 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Keinginan pemerintah dan warga mengenai keadaan kota yg ideal
Sebagai ibu kota Negara, Jakarta
mempunyai konsep berbeds dengan kota2 lain di Indonesia yg mengininkan
tentang keindahan, kerapihan, kebersihan, keamanan, ketertiban dan
semacamnya, tetapi Jakarta menginginkan menjadi kota pelayanan ( service city ). Tidak sekedar membangun fisik kota Jakarta menjadi nyaman secara visual, tetapi lebih ditekankan pada pembenahan seluruh aparat agar memiliki kadar integritas tinggi sehingga wibawa meningkat.
Refomasi aparat pemerintahan harus
dapat membuat perubahan untuk membangun kota Jakarta, tidak hanya secara
visual, tetapi juga meningkatkan wiwaba kota Jakarta untuk menjadikan
Jakarta menjadi lebih siap menuju era globalisasi.
Sekarang ini sangat menonjol untuk
menjadikan kota menjadi fotogenikdengan harapan menjadi symbol
ke’modern’an bahkan pasca modern. Tetapi ternyata hal tersebut justru
mengakibatkan antara lain lenyapnya sejumlah bangunan kuno dan kawasan bersejarah
yg dianggap ketinggalan jaman. Padahal kita tahu justru di negara2 mau
seperti di Eropa dan USA, bangunan2 kuno merupakan asset Negara yg
sangat diperhatikan keberadaan dan perawatannya.
Masyarakat sebenarnya mendambakan perkembangan kota tidak hanya kearah fisik kota yg fotogenik tetapi kearah sosiogenik,
yaitu agar segenap warga terlindungi kehidupannya, seluruh warga
golongan rendah disantuni oleh yg mapan, masing2 saling membantu untuk
membangun kota yg nyaman untuk dihuni. Hanya dgn demikian, akan
menumbuhkan perasaan ‘memiliki’ oleh warga ( sense of belonging ) sehingga warga dengan sukarela akan selalu menjaga dan memelihara lingkungannya dengan baik.
Ketimpangan memang pasti terjadi di negara2 manapun, sehingga tidak heran bahwa kota metropolis tidak lagi menjadi kenyataan tapi justru kota profitopolis yg sekarang menjadi popular ( kota yg sekarang berorientasi kepada keuntungan financial ).
Yg diinginkan oleh seluruh warga Jakarta adalah adalah kota yg ecopois ( berwawasan ekologis ) dan terlebih lagi kota yg humanopolis ( kota yg manusiawi ) dgn catatan
harus adanya kemauan politk, komitmen dan konsistensi pemda,
keterlibatan pihak swasta sebagai mitra & partisipasi aktif segenap
warga masyarakat, bukannya tidak mungkin keinginan ini akan terwujud.
Perhatian yg berlebihan pada keadaan
fisik kota secara visual saja tidak menjanjikan kota menjadi nyaman
untuk ditempati. Keberadaan apartemen2 mewah serta real estate2 mewah
ternyata malah mengakibatkan makin mundurnya sosialisasi antara warga penghuni.
Tidak nampak adanya kekerabatan sehingga jaringan social tidak
terbentuk. Yg muncul justru masyarakat yg selalu melihat sesuatu
berdasarkan untung ruginya, apa yg akan didapat bila mereka melakukan
suatu aktifitas tertentu.
Hubungan antar warga harus selalu
dijaga. Jaringan social harus selalu terbentuk. Jika tidak, kota Jakarta
akan menjadi kota yg individualistis. Bagaimana tentang Bhineka Tunggal
Ika?
Dalam kondisi tertentu memang
perkampungan2 Jakarta tidak dapat melawan perkembangan kota yg cepat,
tetapi dalam membangun kota sangat diinginkan adanya community building
sehingga hubungan kekerabatan antar penghuni setidaknya masih dapat
terjalin. Penciptaan komunitas yg asri harus selalu dipegang sebagai
acuan utama dalam pembangunan kota.
Kita adalah warga Jakarta dan kita
adalah komunitas Jakarta. Kesemuanya bersatu padu untuk membuat tempat
tinggal kita menjadi kota yg manusiawi.
Kepedulian kita dengan sesame kita
sangat mempengaruhi pertumbuhan kota Jakarta. Fasilitas2 umum Jakarta
menjadi sarana tempat bersosialisasi warga. Dengan kita ‘berjabata
tangan dan bersekutu’, kita akan membuat Jakarta lebih bersahabat.
Tetapi ternyata peraturan2 ini tidak diikuti dengan penerapan sangsi bagi pelanggar,
sehingga banyak pihak yg memakai peluang ini untuk menarik keuntungan
yg sebesar2nya bagi diri sendiri. Selain itu ternyata juga banyak oknum yg sengaja ‘menjual-belikan’ peraturan2 yg ada sehingga keadaan menjadi semakin kacau.
Pemerintahan yg baik ( good governance )
juga merupakan dambaan semua warga, dalam arti untuk mengayomi warga
sesuai dengan kebutuhannya Tujuannya adalah antara lain corak pemerintahan
berdasarkan transparansi, tanggung jawab, partisipasi sebagai kelompok
social dalam masyarakat, kerja sama masyarakat dan swasta, pemerintah
dan rakyat.
Hubungan antara pemerintah dengan
masyarakan harus terbentuk dengan ‘kekuatan untuk berdamai’. Dengan
membuat hubungan yg damai antara pemerintah dgn warga akan selalu
‘respek’ sehingga kontribusi masing2 bisa mencapai sukses dan membentuk
suatu komunitas yg nyaman dan berwibawa.
Good governance melibatkan partisipasi
luas dari pemerintah kota, organisasi non-pemerintah, swasta dan seluruh
warga, untuk membantu menentukan prioritas2 bagi pembangunan kota. Good
governance membutuhkan pertanggung-jawaban dari semua pihak.
Fungsi mereka adalah melayani
masyarakat luas, termasuk pengalokasian dana, memberikan keamanan dan
perlindungan kepada seluruh warga dan pemerataan kesejahteraan ekonomi
bagi seluruh anggota masyarakat. Pertanggung-jawaban akan mengurangi korupsi dan menjamin warga, bahwa semua tindakan yg dilakukan pemerintah berdasarkan atas kebutuhan masyarakatnya.
Kuncinya adalah ‘melayani’. Kita
masing2 haruslah saling melayani, sehingga setiap orang saling’ewuh
pekewuh’ untuk berbuat jahat kepada sesame. Sebenarnya, itulah kunci
kesemunya : MELAYANI.
Good governance membutuhkan informasi yg
dapat dipercaya dan dikemukakan dgn cara bertanggung jawab dan diakses
secara luas sehingga setiap warga dalam setiap langkahnya dapat
berpartisipasi dalam segala tindakan dgn pemahaman masalah yg cukup.
Partisipasi yg luas dan keterlibatan yg penuh dari warga membutuhkan transparansi dan keterbukaan.
Untuk mencapai good governance
dibutuhkan kapasitas untuk membangun dan menerapkan prinsip2 diatas
kepada institusi yg sudah ada. Sektor swasta yg bekerja sama dengan
pemerintah membutuhkan stabilitas politik dan ekonomi dan keyakinan
bahwa investasi yg mereka lakukan dibutuhkan untuk infrastruktur
perkotaan pada masa mendatang.
Dengan saling membagi antar warga
masyarakat dan pemerintah, akan menumbuhkan hubungan ‘kekeluargaan’ dan
selanjutnya hubungan2 kekeluargaan ini menjadi hubungan yg sanagt
potensial untuk menciptakan kesejahteraan antar seluruh masyarakat
Jakarta.
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Manajemen Fisik Kota Jakarta (10)”
Posting Komentar