Selasa, 23 November 2010
Menyikapi dan 'Berteman' dengan Stroke (4)
Selasa, 23 November 2010 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Aku
keluar dari rumah sakit, Kamis 25 Februari 2010 dan aku tinggal di
rumah orang tuaku di Tebet. Pada ‘Bagian 5’ tentang ‘Kesaksianku’, akan
aku ceritakan ‘bagaimana aku beradaptasi dengan tempat2 yg familier denganku’ ….. ‘Bagian 4’ ini aku ceritakan tentang ‘hatiku’ dan ‘apa yg ada di otakku’ setelah aku stroke …..
Aku mulai untuk menata masa depanku. Banyak sekali yg aku harus tahu, bagaimana untuk menjalankan hidupku, sebagai orang dengan pasca stroke
seperti aku. Selain aku masih bermasalah dengan gerak dan
bicara/bahasa, yg lebih masalah lagi adalah tentang ‘emosi’. Karena
emosi bisa membuat aku stress dan mengakibatkan pemicu untuk ‘stroke yg
terulang’. Aku harus bisa untuk menahan emosi, tidak bisa terlalu sedih
atau terlalu gembira …..
Di bagian2 yg lalu, aku sudah coba menerangkan ttg ‘bagaimana isi otakku setelah stroke’ ….. J. Otak kita terdiri dari 47 area ( Brodmann Areas ),
dimana aku stroke meliputi area 3, 5, 7. Imbasnya adalah gerak,
bicara/bahasa dan keseimbangan/vestibuler. Sejak aku stroke – sampai
sekarang – aku selalu “bergoyang” ( istilahku J
). Ake selalu seperti berdiri / berjalan di atas kapal yg oleng ……
selalu bergoyang. Juga aku seperti boneka dakocan / boneka Hoka Hoka
Bento, yg kepalanya bergoyang terus. Tapi krn aku sudah terbiasa seperti
ini selama hamper 11 bulan( ber’goyang terus’ ) aku mulai tidak ambil
pusing. Walau kalau aku bergerak sedikit cepat, kepalaku pening …..
Keadaanku : stroke karena pendarahan otak kiri yang menyebabkan aku ‘dis’ bahasa/bicara dan menulis ( karena tangan kiri ) untuk short-term memory.
Beruntung aku ‘hanya’ seperti itu. Beruntung aku tidak sampai
kehilangan kemampuanku untuk menganalisa, membuat urutan logika dan
sistimatis, dll. Klalu tidak, kalau aku kehilangan kemampuanku ( hanya
‘dis’ lho! ) selain bahasa/bicara dan menulis, aku pasti tidak bisa
membuat tulisan seperti ini, aku pasti tidak membuat urut2an logika,
walau mungkin kata2nya ‘aneh’ …. Hihihi …..
Pendarahan akibat strokeku, menyerang pariental lobe, di daerah no. 3, 5, 7 dari Brodmann Areas
Keseimbangan/vestibuler
bisa karena aku stroke ( anatomi otakku ), tapi bisa juga karena ‘hati’
( tekanan emosi ). Jika karena anatomi, dokter lebih berperan. Dengan
berbagai macam cara : obat atau terapi, seperti yg aku jalani sekarang
ini. Jika karena tekanan emosi, aku bisa konsulasi dgn psikolog, juga
berusaha untuk ‘easy going’. Karena aku mengerti, jika aku
emosi, aku bisa ‘jatuh’ untuk kedua kalinya / stroke lagi. Puji TUHAN,
aku berundung sekali karena “OTAKKU NORMAL” …..!!! Walau stroke ku parah
tapi otakku normal. Karena aku bekerja, dan sebelum bekerja lagi,
orang2 pasca stroke harus menjalani “Test Fungsi Luhur”. Seperti Test
IQ, bukan dari ahli psikiater, tapi dari ahli syaraf. Dan hasilnya,
otakku benar2 normal ….. Hanya bermasalah untuk bicara/bahasa dan
bergerak …..
Misalnya keadaanku seperti ini :
Aku
marasa sedih, atau sedang membaca. Lambat laun otakku ‘tertekan’. Aku
pening dan tambah lama tembah berat. Keadaan sedang membaca saja,
membuat aku cape ( karena aku stroke, dan keseimbanganku terganggu ).
Keseimbanganku lebih mengganggu lagi dan aku mulai ‘bergoyang’ …..
Orang2 disekitarku tdk merasakan otakku yg ‘sedang bergoyang’. Mereka
masih memcoba berbicara dengan aku. Mereka tidak tau, bahwa aku sedang
‘bergoyang’, bahwa aku harus berusaha untuk ‘menyeimbangkan
keseimbanganku’. Orang2 tidak tahu bahwa aku ‘bergoyang’, tapi jika
merka melihat mataku, akan terlihat bahwa bagian hitam mataku bergerak
lebih cepat. Biasanya, bagian hitam mata kananku ( aku lumpuh bagian
kanan ) bergerak lebih cepat disbanding bagian hitam mata kiriku. Itulah
sebabnya aku ‘bergoyang’, bukan karean aku b e r g o y a n g , tetapi
bagian hitam mata kananku yg bergoyang ….. Aku mulai merasa mengerti ttg
bagian2 tubuhku yg lumpuh … dan aku HARUS MENGERTI supaya aku bisa
mengambil tindakan bila aku butuh bantuan …. Jangan lupa, aku ini kan
pasca stroke, aku harus mandiri …..
Keseimbanganku
sering mengganggu. Waktu kira2 satu (1) minggu aku stroke di San
Fransisco, aku sudah bisa menggerakkan kakiku, walau sedikit sekali dan
aku mulai berjalan kira2 tiga (3) minggu setelah stroke.
Aku mulai mobile, mulai berjalan dari tempat tidur sampai kamar mandi,
walau aku belum merasakan apa2. Tapi karena ‘keseimbangan’ku, aku takut
karena aku selalu merasa mau jatuh! Padahal, orang lain melihat kalau
aku tidak/bukan mau jatuh. Itu cuma ‘perasaanku’ saja … itu cuma bahwa
aku tidak ‘pd’ saja …… Seperti itulah masalahku tetang ‘keseimbangan’ yg
masih sampai sekarang …..
Keadaanku
ternyata tidak banyak orang yg mau mengerti, bahwa : ttg keseimbangan,
tentang tekanan emosi, tentang keinginan ku untuk sembuh ….. Aku
mengrti, aku memang sakit. Lebih banyak orang sehat dari pada orang yg
sakit kan? Makanya, aku sangat mengrti ….. Tetapi, karena aku stroke (
yg sakit otakku, walau aku mengeti, Tapi krn otakku mmg sakit,
aku/otakkusering tidak bisa berpikir panjang, tekanan emosi lebih berat
dari pada orang sehat. Aku memang sakit … ) aku “sering tidak mau”
mengeri ttg suatu keadaan ….. hingga aku tertetekan, stress, dan aku
sering tiba2 mengamuk tanpa sebab ….
Contoh kondisi yg sering membuat aku stress :
Aku
sedang ‘berbicara’ di telpon atau chat di Blackberry ku, atau sedang
chat di YM ku di laptop. Aku tertawa2 senang, banyak teman2ku
meceritakan lelucon untukku. Mereka sering mambuat aku tertawa untk
mengurangi rasa jenuhku sebebelum aku mau kerja lagi. Entah kenapa,
tiba2 aku merasa dia/mereka tidak mengerti apa yg aku maksud di
telpon/bb/YM ku ( mungkin itulah masalahnya, aku mmmg stroke, aku mmg
sakit ….). Tiba2 aku menjerit … dan mmg aku menjerit ….. tiba2 aku
mengamuk sampai aku membanting bb. Aku bisa merjerit2, berteriak2 sampai
ada orang yg menenangkan ku.
Sebelum
aku stroke, emosiku bisa diredam. Kalau aku mengalami keadaan seperti
yg diatas, dan aku tiba2 ingin menjerit, aku pasti bisa meredam
keinginanku. Tapi sekarang, bila aku ingin menjerit, ternyata otakku
tidak/belum bisa mengontrol untuk ‘tidak menjerit!’ Aku kehilangan cara
untk ‘mengontrol’ otakku untuk mengendalikan emosiku. Apakah bisa
dimengerti ?? Aku kehilangan control untuk menekan emosiku …..
Masalahku
memang banyak, yg paling banyak adalah masalah keluarga. Tapi tidak
sedikit berhubungan dengan teman2 yg tidak suka melihat aku sembuh.
Aaahhh ….., bukan aku menuduh mereka krn mereka tidak suka aku sembuh,
tapi lebih ke “karena mereka tidak mau mengerti”.
Ada dari teman2ku yg tidak mau mengerti keadaanku. Katanya, mereka
saying padaku dan selalu mendoakan agar aku segera sembuh. Tetapi mereka
tetapi tidak mau mengerti. Mereka hanya mau, bahwa aku yg harus mengerti mereka! Aku
tidak mengerti. Otakku sakit, tetapi justru aku yg harus mengerti
mereka. Berbulan2 aku stroke, mereka tetap tidak mau mengerti juga.
Karena
mereka tetap tidak mau mengerti aku ( aku sdh tidak mau berhubungan
dengan mereka, tetapi mereka selalu ‘mengganggu’ aku ), akhrirnya aku
sakit, gejala stroke kedua …. Aku di opname di rumah sakitku, selama 1
minggu dan 1 minggu lagi istirahat dirumah. Dasyat sekali ‘keseimbangan’
untuk mengontrol emosiku ….. Tentang aku di opname lagi setelah aku
stroke ( karena ‘keseimbanganku goyah dan karena demam berdarah ) aku
akan ceritakan di ‘Bagian 5’….. kerana banyak yg mau aku ceritakan,
terutama ttg keadaan tubuh dan otakku …..
Masalah2
keluarga, sangat membuat aku ‘gamang’. Aku adalah seorang perempuan
dengan 2 anak ABG. Dan keadaanku tidak seperti dulu lagi. Aku yg
sekarang : bergerak masih terbatas, bicara masih terbatas, melakukan
aktifitas dengan tangan kiri, tidak / belum bisa membantu mengerjakan
pekerjaan rumah dengan ibu, tidak bisa menyetir ( aku selalu ‘menjaga’
orang tua dan anak2ku, karena aku mmg seperti lelaki dan aku tidak ada
suami ), tidak bisa apa2 ….. b e l u m b I s a ….. !!!. Masalah kartu kredit saja bisa membuat aku mengamuk.
Dulu
aku memang harus sering ‘belanja’ untuk keperluan kerjaanku. Belanja
barang2 indah untuk interior show unitku, belanja keperluan material
intior cilent2ku dan sering keluar negeri, bersama keluarga atau sendiri
saja. Kartu kreditku banyak karena kebutuhanku. Tapi sejak stroke, aku
mengundurkan diri dari hamper semua kartu kreditku, kecuali yg sudah
lama dan dipakai untuk membayar asuransiku. Dan jua aku b e l u m b I s a tanda tangan kan ?? Jada, setelah stroke, aku tidak memakai kartu kredit sama sekali ….. lumayan, ngirit ….. J hihihi …..
Papa
ku membantu aku untuk membuat surat2 pengunduran diriku dari kartu
kredit, tetapi tahu kan, sering bank2 itu sedikit tidak ‘sinkron’ dengan
data2. Misalnya, surat pengunduran diriku sudah dikirim dan sudah di
konfirmasi, tetapi tetap saja 1 bulan kemudian aku terima ‘tagihan’
walau aku tidak belanja apa2 dan itu yg membuat aku marah …..
Banyak
sekali yg membuat aku berpikir, bahwa aku tidak seperti di San
Fransisco, bahwa aku memang harus kembali lagi ke kondisi realitas,
bahwa aku harus “normal” kembali, aku harus mengurus anak2ku lagi, aku
harus berusaha ‘menjaga’ orang tuaku spt dulu ….. mereka sudah tua walau
mereka masih bisa mengurus aku. Papaku masih mengurus perusahaanku,
tapi aku harus menjadi aku yang dulu sebelum aku stroke …..
Semakin
aku merasa benar2 ingin sekali sembuh adalah aku ‘memaksa’ otakku untuk
sembuh dan membuat aku ‘stres’. Aku memang harus sabar. Aku memang
harus ‘menahan diri’. Dan TUHAN memang mau, aku selalu harus kuat,
selalu harus bersabar dan aku tahu, bahwa TUHAN tidak akan membuat aku
tidak bisa menanggung keadaanku. TUHAN mau aku ‘berpindah lebih tinggi’
supaya menjadi lebih baik dan lebih menyempurnakan diri …..
Aku
lebih siap waktu ini, sebentar lagi aku akan mulai ‘keluar’ dari
kepompongku. Aku harus siap !!! Aku memang takut. Aku masih tidak
percaya diri. Aku masih berdebar2 jika aku ingin hanya sekedar ‘keluar’
dari kepompongku ….. Bayangkan saja, aku memang sudah bisa berjalan,
tapi ….. lihatlah … jalanku jelek, kaki kananku belum bisa mengangakat
lebih tinggi. Jika capai, kaki kananku ‘dilempar’ ….. lalu, tangan
kananku ‘bengkok’ karena menahan / kompensasi tubuh kananku ….
Tentang pertama kali aku ‘keluar dari kepompongku’ akan aku ceritakan di “Bagian 5”. Itu tidak gampang, teman ….. aku
harus bergumul dengan hatiku. Aku harus membuat hatiku tenang untuk aku
bisa keluar ….. Jika tidak tenang, kakiku tidak mau bergerak!!
Percayalah !!! TUHAN menciptakan otak kita sangat luar biasa …… Kalau
aku tidak tenang, misalnya aku merasa takut atau aku tidak suka di
tempat itu, otakku ‘memerintahkan’ kaki kananku untuk berhenti bergerak
!!! Makanya, aku harus selalu terapi untuk ‘mengembalikan fungus otakku’
supaya mau untuk selalu bergerak …..
Aku
mulai satu demi satu mengerti kondisi tubuhku setelah serangan stroke.
Aku banyak membanca tentang stroke, aku mulai belajar mengungkapkan apa
yg ada di otakku dan apa yg mau aku sampaika … sebentar lagi aku HARUS
keluar …..
Terima kasih TUHAN ….. aku mulai mengerti tubuhku dan aku mau mulai belajar mengerti apa yg TUHAN kehendaki dari padaku …..
………. Bersambung ……….
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Menyikapi dan 'Berteman' dengan Stroke (4)”
Posting Komentar