Selasa, 23 November 2010

Mengamati Arsitektur dan Lingkungan di Amsterdam



By Christie Damayanti

Kota pertama sebagai tujuan survey kami adalah Amsterdam di Belanda / Nederland. Kami tiba di Amsterdam pada sekitar jam 6.30 a.m. Kami dijemput oleh jasa penjemputan hotel, dan diantar ke Hotel Ramada City Centre. Karena masih pagi, kami tidak bisa masuk kamar ( karena belum waktunya ). Akhirnya kami hanya check - in dan kami mengikuti tur singkat.

Kami berjalan-jalan sekitar hotel hingga tiba di pusat kota ( Dam Square ). Kondisi kota Amsterdam sangat sepi dan dingin dipagi hari ( suhu -2C ). Bangunan tuanya ( dengan arsitektur klasik khas Belanda ) tertata rapi sejak ratusan tahun lalu. Sepanjang jalan yang kami lalui, merupakan bangunan perkantoran dan apartemen tunggal yang berdempetan. Diselingin oleh bangunan yang cukup besar ( Hall kota atau Gereja ).

Pedestrian yang kami lalui sangat rapi, tetapi di beberapa lokasi terlihat sedang diperbaiki. Material yang digunakan adalah batu alam yan didesain seperti paving block dengan berbagai type ( melingkar, berselang seling warna, dsb ). Area sirkulasi kendaraan terbagi dua, antara mobil dan sepeda. Sepeda merupakan sarana transportasi utama. Selain menghindarkan polusi udara & suara, juga irit bahan bakar. Para eksekutif pun tidak sungkan menggunakan pakaian jas resmi sambil makan sarapan sandwich dengan menggunakan….sepeda. Jalur khusus sepeda ini kadang - kadang hanya dibatasi dengan cat warna. Sebagian ( pada jalanan yang lebih lebar ) digunakan pembatas kansteen.

Dari yang kami lihat dan amati, bangunan - bangunan klasik khas Belanda mempunyai arsitektur yang khusus dan unik. Façade depan pada umumnya rata / datar tanpa penonjolan yang berarti, penonjolan hanya terdapat diatas pintu & jendela sebagai kanopi kecil. Desainnya simetris antara kanan & kiri dengan puncak bangunan membentuk unsur segitiga dengan berbagai ragam & detail. Material khasnya adalah bata ekspose berwarna merah maroon atau merah bata. Jendela sudah dipermodern dengan menggunakan uPVC ( sebagian masih menggunakan kayu ) dan dominan berwarna putih. Jendela tidak ada yang menggunakan teralis. Sebagian kaca tanpa kaca film.

Baik fungsi perkantoran maupun fungsi tempat tinggal, tidak jauh berbeda dilihat secara tampak depan. Posisinyapun saling berdekatan. Sistim penomoran ataupun kotak surat juga sama. Dan disana ternyata tidak lazim untuk menggunakan papan nama bagi kantor, jadi sulit dibedakan antara kantor & hunian. Semuanya mengunakan basement / semi basement. Ruangan ini mempunyai akses langsung dari jalan dengan pintu penerima yang juga cukup representative bagi tamu. Sebagian menggunakan basement / semi basement ini sebagai bagian dari kantor, sebagian menggunakan sebagai jalan masuk alternative.

Untuk bangunan komersial / pertokoan, secara umum tampak depan tidak jauh berbeda dengan perkantoran & hunian. Tetapi karena jaman sudah berkembang, maka sebagai fungsi etalase, digunakan jendela lebar, dengan jenis kusen & asesoris berbagai bentuk dan desain.. Sebagian menambahkan kanopi Haneda sebagai asesoris dan papan nama toko. Sebagian lagi merubah penampilan tradisional ( bata ekspose ) dengan di plester & dicat, bahkan yang ekstrim mengubah desain total, meskipun tetap bernuansa klasik. Tidak ada yang merubah menjadi bergaya arsitektur modern.

Kami sempat berjalan - jalan di daerah pertokoan branded / merk - merk terkenal, seperti Louis Vuitton, Gucci, Bally dsb. Pertokoan di daerah ini, tetap memakai kaidah klasik ( yaitu bangunan rendah, maksimum 3 lantai ), tetapi penampilannya modern, disesuaikan dengan identitas masing - masing merk. Meski demikian, mereka tidak semena - mena dalam mendesain, tetap menghormati lingkungannya sebagai daerah klasik.

Bangunan Hall Kota, Stasiun, Kantor Pos atau Gereja mempunyai unsur arsitektur yang lebih sekedar arsitektur Belanda. Banyak dari bangunan - banguan tersebut memasukkan unsur Corinthian, Ionic dan Doric, terutama di daerah kepala kolomnya. Selalu ada unsur kolom sebagai penopang ( soko guru ) bangunan. Detail pintu merupakan detail khusus yang luar biasa indah. Biasanya pintu dilengkapi dengan architrave yang penuh dengan detail klasik, berbentuk setengah lingkaran / oval / oval meruncing. Daun pintu umumnya masih menggunakan material lama ( sudah berumur ratusan tahun ) berupa kayu solid dengan ukuran tinggi diatas 3 m. Jarang yang menggunakan finishing cat, hanya menggunakan bata ekspose.

Selain hunian di perkotaan, kami sempat pergi dan mengamati daerah tradisional / pedesaan. Kami pergi ke Voleendam yang merupakan daerah tradisional para nelayan. Rumah - rumah nelayan disana sangat terawat baik & sangat bersih. Meskipun ukurannya kecil ( mungkin sekitar 6 m x 8 m, dan hampir semuanya berukuran sama / seragam ), tetapi terlihat bahwa penghuninya sangat memperhatikan detail demi kenyamanan hidup mereka. Setiap jendela rumahnya ( yang tanpa teralis dan tanpa kaca film ), selalu diberi korden dengan desain klasik, atau vertical blind yang bergaya modern. Selalu ada meja kecil untuk memajang hiasan rumah seperti pot tanaman / bunga, keramik - keramik hias bahkan tempat tidur kucing peliharaannya. Banyak kucing yang tidur di jendela itu, sehingga sangat atraktif bagi turis, terutama bagi kami.

Material rumah - rumah tradisional tersebut menggunakan kayu papan dan dicat sesuai dengan selera masing - masing penghuni. Semua rumah tanpa pagar, berdekatan satu sama lain. Halaman belakang, sebagian besar merupakan area bersama antar keluarga mereka, dipenuhi oleh barang - barang yang merupakan hobby dari masing - masing penghuni, misal tanaman, bunga, keramik , patung bahkan mainan anak - anak & sepeda.

Pada umumnya mereka tidak menggunakan / tidak mempunyai mobil. Bagi yang mempunyai, disediakan lapangan parkir khusus agak jauh dari rumah mereka. Pedestrian & jalan mobil tidak dibedakan, hanyak ada perbedaan ketinggian sekitar 5 cm. Menggunakan batu dengan desain seperti paving block. Lebar jalan antar rumah hanya sekitar 10 m. Bila terdapat sungai, mereka membangun jembatan khas Belanda, yaitu seperti di depan hotel Omni Batavia Jakarta. Jembatan terbuat dari kayu papan tua. Sungai sangat terpelihara rapi dengan banyak bebek liar berenang & mencari makan.

Di daerah pertanian, kami sempat melihat windmills / kincir angin tradisional dan rumah - rumah ternak / sapi, karena Belanda terkenal dengan produksi keju Gouda dari susu sapi. Rumah - rumah disinipun terpelihara baik dan rapi.

Selain itu, bis turis membawa kami ke daerah perumahan mewah di pinggir kota. Bagi negara - nagara barat / maju, orang kaya lebih memilih tiggal di pinggir kota dari pada di tengah kota. Di pinggiran, mereka bisa mempunyai tanah besar dengan rumah besar yang dilengapi dengan fasilitas lengkap yang mereka inginkan ( misalnya, kolam renang, ranch / peternakaan kecil ).

Kebalikan di negara berkembang, misal Indonesia, dimana orang - orang kaya lebih memilih tinggal di apartemen ditengah kota dibandingkan tinggal dipinggir kota. Bagi orang Jakarta, pinggiran kota hanya untuk “kaum pinggiran”. Dari segi arsitektur, pada umumnya perumahan orang - orang kaya ini tidak jauh berbeda dibandinkan dengan perumahan di pedesaan. Yang membedakan adalah ukurannya dan fasilitas yang melengkapinya. Sama - sama menggunakan bata ekspose atau kayu papan, sama - sama ‘patuh’ pada arsitektur Belanda / klasik. Jarang / hampir tidak ada yang menggunakan arsitektur minimalis / modern.

Pada kesempatan lainnya, kami mengikuti Canal Cruise ( perjalanan sungai di tengah kota Amsterdam ). Selama 1 jam kami diajak berkeliling kota, melewati sungai yang sungguh - sungguh bersih,rapi dan sama sekali tidak berbau. Kami melihat banyak kapal - kapal kecil yang berfungsi sebagai tempat tinggal di pinggiran sungai ( seperti di Sungai Mahakam ). Kapalnya sangat kecil, mungkin ukurannya pas - pasan untuk 1 orang atau 1 keluarga. Tetapi kondisinya cukup baik, dilengkapi dengan kursi santai di teras belakang / atap kapal. Melalu jendela - jendela ‘rumah kapal’ tersebut, kami bisa melihat kelengkapan furniture dan elektronik mereka.

Cukup nyaman untuk dijadikan tempat tinggal. Ombak yang dihasilkan oleh kapal yang membawa kami, hanya berupa riak - riak kecil yang sampai di ‘rumah kapal’ tersebut, dan terlihat tidak mengganggu. Terbukti bahwa kapal turis yang membawa kami sudah melewati uji operasional yang layak, sehingga tidak merusak dan mengganggu lingkungan.

Malam hari, kami mencoba melihat kota. Kami berjalan menyusuri ‘dunia malam’. Kondisi ini memang tidak cocok untuk diterapkan di sebagian besar negara, tetapi yang patut dicontoh adalah ide kota Amsterdam untuk menonjolkan atraksi malam. Amsterdam memang selalu ‘hidup’ selama 24 jam.

Kami juga sempat mencoba naik trem untuk transportasi. Terbayang oleh kami, bila Jakarta dilengkapi oleh trem / bis senyaman itu, pasti banyak pengguna mobil yang akan beralih. Trem sangat nyaman. Tempat duduk yang tersedia tidak banyak, tetapi faktor keamanan tetap menjadi pedoman mereka. Banyak terdapat tiang & pegangan untuk tangan.

Fasilitas jalan untuk transportasi umum dibagi 4 bagian untuk jalan - jalan besar, yaitu jalan untuk mobil, sepeda, pedestrian dan trem. Khusus untuk trem, selalu berada di bagian tengah, terdiri dari 2 arah trem. Uniknya, jalan trem ini ( yang berupa rel ) boleh dilalui oleh mobil. Jadi, mobil bisa saja berjalan berurutan dengan trem. Trem berhenti di setiap halte yang sudah disediakan di tempat - tempat tertentu.

Sistim transportasi umum yang tersedia adalah bis, trem dan taxi. Dibeberapa tempat juga tersedia penyewaan sepeda yang dapat dihitung per-jam, per-hari atau bahkan mingguan. Taxi yang ada juga terdapat berbagai ukuran. Mobil kecil hingga mini van. Taxi jenis inilah yang membawa kami dari Amsterdam menuju Brussel di Belgium. Kami meninggalkan Amsterdam dengan segala ke-unikkannya menuju Brussel.

Keterangan foto :

1290511352538909397

- Bangunan - bangunan dengan fungsi beragam, tetapi posisi saling berdempetan. Sebagian berfungsi sebagai perkantoran, sebagain sebagai hunian bahkan sebagai pertokoan.
- Bagian depan adalah trem yang sedang melintas.
- Perhatikan detail arsitekturnya :

a. Material bata ekspose dengan warna merah maroon / merah bata
b. Jendela berwarna putih & tanpa teralis
c. Kaca jendela tanpa kaca film
d. Bagian kepala bangunan membentuk unsure segitiga dengan beragam detail

12905116801788811579

- Perhatikan posisi trem :
a. Berada di bagian tengah jalan
b. Ada 2 rel sejajar ( 2 arah trem )
c. Ada halte kaca diantara 2 jalur trem

- Bagian lain dari deretan bangunan berdempetan yang berbeda fungsi.
- Di bagian manapun dari kota Amsterdam, selalu menggunakan gaya arsitektur klasik khas Belanda
- Perhatikan posisi jalan :

a. Jalur mobil berdampingan dengan jalur trem tanpa pembatas
b. Mobil bisa melewati jalur trem ( diatas rel )
c. Menurut informasi, belum pernah terjadi kecelakaan karena hal tersebut

1290512177259160335

- Bangunan Magna Plaza, merupakan kompleks pertokoan klasik.
- Perhatikan detail arsitekturnya :

a. Menggunakan bata ekspose dengan warna merah bata, tetapi diberi variasi warna putih dengan material jenis batu yang lain
b. Architrave jendela berbenuk ½ lingkaran dengan detail khusus
c. Pintu utama di desain secara khusus sebagai daerah penerima
d. Jendela - jendela tanpa teralis, kaca tanpa kaca film

- Dengan adanya trem yang melintas di depannya, menyajikan pandangan eksotis antara klasik & modern :
a. Warna - wana yang saling berbenturan ( bangunan berwarna klasik, trem berwarna putih & biru yang modern )
b. Konsep trem sebagai alat transportasi adalah konsep modern
c. Fungsinya sendiri trem sebagai alat untuk mempermudah, sementara bangunan di belakangnya mengesankan sesuatu yang ‘magis’ dan unik

12905122781992343208

- Pandangan deretan bangunan tua Amsterdam dengan latar depan jembatan yang bagian tepinya berfungsi sebagai parkir sepeda.
- Deretan bangunan ini diambil di sisi kota yang berbeda, tetapi tetap terdapat keseragaman gaya arsitektur, ‘patuh’ terhadap kaidah - kaidah yang berlaku, baik secara social maupun ekonomis dan fungsi
- Perhatikan detail arsitekturnya secara keseluruhan :

a. Sepeda yang parkir secara teratur, tidak berjubel & dirantai. Bila parkir penuh, dengan sendirinya pemilik sepeda tidak akan memarkirkan sepedanya disini. Seringkali juga sepeda diparkir berhari - hari dengan aman / tidak hilang
b. Sungai dengan dinding turap yang rapi. Terlihat di tepi sungai, posisi ‘rumah kapal’ yang cukup representative, baik secara pandangan maupun secara fungsi
c. Karena musim dingin / winter, maka terlihat dahan -daha pohon tanpa daun, menyajikan pandangan yang eksotis, cirri khas kota Amsterdam in winter
d. Perhatikan detail pedestrian yang bersih dan nyaman untuk dilalui. Meski sebagian digunakan untuk parkir sepeda, tetapi masih banyak ruang yang bisa digunakan untuk berjalan kaki dengan nyaman


12905123321992186273








- Gambar ini kami ambil dari dalam trem yang sedang berjalan.
- Perhatikan detail arsitekturnya secara keseluruhan :

a. Rambu - rambu lalu lintas yang lengkap, terutama untuk pedestrian
b. Perhatikan para pengguna jalan, dengan setia menunggu lampu merah untuk menyeberang di depan zebra cross
c. Meskipun tidak ada mobil, tapi para pengguna jalan tidak nekad menyeberang. Hal inilah yang membuat kondisi kota menjadi sangat rapi & disiplin
- Di pertigaan jalan ini, di desain sangat nyaman bagi keseluruhan pengguna, baik mobil maupun pedestrian.
- Bagian ujung jalan & bangunan bersih dari segala asesoris yang tidak perlu, bahkan bersih dari sampah.

12905124361928636156
12905124972107446372
12905126292080329234

- Seperti inilah kapal yang digunakan untuk melintasi sungai di tengah kota Amsterdam.
- Terlihat deretan ‘ rumah kapal ‘ yang cukup nyaman untuk ditinggali. Teras rumah terdapat di atas kapal atau di bagian depan, dengan menambahkan lantai.
- Ukuran ‘ rumah kapal ‘ relative kecil, tetapi hubungan antar ruang yang terjalin cukup baik.
- Beberapa ‘ruma kapal’ mempunyai kapal kecil untuk transportasi mereka di sungai. Sebagian lagi harus naik ke darat dan menggunakan sepeda untuk alat transportasi mereka.
- Alat - alat penyelamat juga tetap disediakan, perhatikan adanya ban / pelampung yang harus tersedia di setiap ‘rumah kapal’.
- Perhatikan detail arsitekturnya secara keseluruhan :

a. Secara pandangan, deretan bangunan di daratan sebagai latar belakang memberikan dukungan secara arsitektur bagi deretan ‘ rumah kapal ‘ di depannya ( di tepi sungai )
b. Meskipun tidak menggunakan detail klasik ( tidak mungkin digunakan karena berat ), tetapi hubungan arsitektur yang ada tetap harmonis

12905127051169078171
1290512769603304383

- Meskipun hanya terowongan, tetapi Amsterdam memberikan pelayanan yang terbaik bagi warganya. Bagian dalam terowongan air sangat terawat baik, rapi dan bersih.
- Perhatikan konsep arsitekturnya :

a. Antar terowongan yang satu dengan yang lain menyajikan suatu pandangan yang lurus dan teratur, saling berhubungan
b. Kanan - kiri sungai teratur rapi dengan fungsi sebagai tambatan ‘rumah kapal’

1290512895694646391
- Suasana hunian di daerah pedesaan. Rumah ukuran kecil, sekitar 6 m x 10 m. Tidak ada kendaraan yg diparkir di depan rumah, tetapi mempunyai area parkir terbuka sendiri.-

1290513006755987872

- Perhatikan besaran jendela untuk area pertokoan & hunian :

a. Dua fungsi yg berbeda terletak pada 1 deret bangunan.
b. Jendela besar sbg etalase ( u/ pertokoan ) & ruang keluarga ( u/ hunian ).
c. Tiap jendela dihias sesuai dengan keinginan pemilik.
d. Tidak terdapat papan nama ( u/ pertokoan ).

1290513091651762734

- Suasana daerah pedesaan tradisional yang tenang dengan windmills / kincir angin sebagai latar belakang pemandangan.
- Fungsi awalnya adalah lumbung / kandang sapi ( barn ), yang sekarang dijadikan sebagai toko souvenir.

1290513151531938035


Profil |


Tags:

0 Responses to “Mengamati Arsitektur dan Lingkungan di Amsterdam”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks