Jumat, 19 November 2010
Menyikapi dan 'Berteman' dengan Stroke (2)
Jumat, 19 November 2010 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Beberapa hari sebelum aku pulang, aku
merasakan bahwa aku sudah ‘menyatu’ dgn penyakitku. Aku mmg tdk bisa
bicara, aku mmg tdk bisa bergerak, aku mmg merasa tdk berguna sama
sekali. Tapi aku tetap merasa bahagia, aku tetap merasa bahwa TUHAN
menemaniku, aku sangat merasa bahwa YESUS cinta padaku! Buktinya? Aku
bahagia …… Aku belum pernah menangis setelah aku stroke, aku belum
merasa depresi karena stroke …..! Luar biasa sayangnyaTUHAN kepadaku,
bahwa walau aku tidak bisa apa2 dan aku tdk berguna sama skali, TUHAN
membuat aku bahagia …. Itu yg membuat aku cepat ‘recovery’ … Puji TuHAN …..
Dua minggu lebih, aku
dirawt di rumah sakit ini. Orang tuaku, anak2ku, keluarga adikku yg di
Dallas dan yg di Bali ( kecuali adikku yg di Bali ), sudah kempali ke
Dallas, Jakarta dan Bali krn mempunyai tugas masing2 dan makin banyak
uang yg terbuang. Orang tuaku maunya menemaniku tp anak2ku harus
ditemani. Jadilah aku cuma ditemani oleh adikku yg di Bali. Toh aku
tetap tidak menangis, aku tetap tersenyum walau semua menangis …..
Walau belum bisa
bicara/bicaranya sering ga bisa dimengerti ( seperti bangsa alien, …
hihihi … kata banyak orang ), aku berusaha ‘menulis’ dan berusaha
menyebar ‘networking’ kepada dokter2, bruder2, teman2 di rumah sakit ini
… yg punya nomor telpon, email, pin, Facebook, aku berusaha sekali
menulis ….. berat skl krn mmg belum bisa. Aku berjanji : aku akan cari
mereka jika aku sembuh untuk mengucapkan terima kasih krn mereka
semualah aku tegar … aku berjanji kembali lagi ke rumah sakit ini tidak
sebagai orang sakit, tapi sebagai sahabat …..
Hari yg ditunggu itu
datang, tanggal 24 Januari 2010 …… Semua bruder berusaha melayaniku
lebih baik, mereka semua sayang padaku. Mungkin mmg aku ‘cerewet’ ya,
walau bahasa ku adalah bahasa alien. Tapi aku mmg selalu tersenyum dan
tertawa. Kalau aku tertawa, suaraku keras skl dan krn aku mmg lumpuh
separo, suaraku juga terdengar ‘sember’ … sebodo ahhh ….. ;p
Bruder Frank baru datang
dari Alaska jam 2 siang dan langsung menemui tim dokterku. Mengambil
alih semua tugas bruder2 rumah sakit itu. Memandikan aku dan
mempersiapkan diri untuk ke airport pada jam 6 sore. Dan aku langsung
merasa, bahwa bruder Frank seperti papaku ….. sangat telaten, sangat
humoris dan sangat peduli dan terlihat sekali dia saying padaku ….
Terima kasih TUHAN, terima kasih Frank ( aku memangilnya Frank saja krn
susah menyebutnya ‘bruder’ … hihihi J ). Aku hanya dipakaikan tetap baju rumah sakit dan diapers dawasa ( karena aku tetap memakai infus dan kateter ) tetapi dilapisi stocking khusus dari rumah sakit.
Jam 5 sore waktu
setempat, aku sudah siap. Semua tim dokter, bruder2, sahabat2 dan teman
datang ke kamarku, memelukku dan menciumku. Aku sedikit sedih – bukan
karena aku sakit, tapi meninggalkan mereka semua – aku tidak bisa
tertawa, aku cuma bisa tersenyum … walau aku bahagia bisa kembali ke
rumah ….. Adikku pun juga sdh keluar dari hotel tempat dia
menginap. Aku bawakan boneka gajah buat anakku, dia suka sekali dgn
gajah, aku beli di toko rumah sakit ini. Dan segera ambulance datang, yg
membawa kita ke airport, aku langsung didorong di atas tempat tidur ke
ambulance itu. Dan ambulance itu melaju dengan cepat …..
TUHAN mmg sudah mengatur
jalanku. Semua benar2 sdh diatur, walau kita tidak pernah tahu, prosedur
orang sakit terbang lebih dari 20 jam dan bagaimana caranya masuk ke
pesawat ….. begitu kami tiba di airport, sdh ada yg menunggu kami.
Koper2 dibawakan langsung ke counter check-in, tanpa mengantri
sama sekali. Aku didorong dgn kursi roda. Kami tdk di scan, sebagai
gantinya, kami melewati pintu khusus … luar biasa, TUHANku … begitu
banyak yg mengantri, begtu banyak yg berkeluh kesah, TUHAN mengatur
segalanya untukku ….
Kami menunggu di VIP khusus – sebenar2nya aku belum pernah menunggu di VIP utk first class khusus, hihihi …- dan aku bisa mencoba membuka Facebookku, dengan wifi walau
tangan kiriku masih kaku ….. kata adikku semua keluarga, saudara,
sahabat, teman2ku mendoakan aku, setelah adikku selalu meng-up date
kondisiku di wall ku. Pasti itulah yg membantu penyembuhanku …
bahwa doa benar2 membuat aku seperti ini ….. semua mendoakan ku, semua
mencintaiku …. Aku benar2 merasa TUHAN sangat mencintai aku …
Aku didorong masuk pesawat ½ jam sebelum boarding untuk membuat aku nyaman. Aku di first class, dimana aku bisa sampai tiduran dan bruder Frank duduk di sebelahku. Adikku tetap duduk di ekonomi class.
Pramugari2 itu sangat telaten melayaniku. Dan bruder Frank selalu
menggendongku kalau badanku merasa ‘sakit’ dan cape karena aku belum
bisa bergerak sama sekali ….. Oya, anggota tubuhku sebelah kanan mmg
belum merespons sama sekali walau sdh sedikit ‘bergerak’ dengan bantuan
terapi.
Kami transit di
Taiwan selama 5 jam. Aku di sambut oleh petugas airpot Taiwan dan dibawa
pakai kursi roda ke VIP khusus juga. Wah….., kalau aku sahat, aku pasti
menyerbu makanan di lounge itu … banyak sekali makanan yg aku suka! Krn
aku ga boleh, aku hanya senyum aja. Bruder Frank strick sekali
… tetapi dia mmg handal! Obatku ga luput selalu diingatnya, walau
tengah malam aku dibangunkan. Dan sepanjang perjalanan, dia selalu
menulis kondisiku di laptopnya. Dia hamper tidak tidur sm skl untuk
menjaga ku …! Ya TUHAN … semua hanya kehendakMU saja, ada orang yg
sangat menjagaku untuk melewati perjalankan hampir separuh dunia, dengn
sangat telaten … aku selalu tersenyum kalau bruder Frank bercerita untuk
menghiburku …..
Di airport Taiwan, ruang VIP.
Sudah 4 jam kami menunggu
untuk masuk pesawat lagi. Tiba2 kateterku mengerluarkan darah! Darah!
Berarti saluran kencingku bermasalah ( aku pakai kateter sejak masuk rumah sakit di San Fransisco
) . Bruder Frank langsung memanggil dokter airport. Dgn segera tim
dokter datang utk memeriksaku. Karena alat2 tdk lengkap, mereka memvonis
: aku tidak boleh terbang! Aku tdk bisa lagi tersenyum. Bayangan aku
stroke lagi berkecamuk di kepalaku. Aku takut, TUHAN ….. tetapi aku
tetap tidak menangis …… Tim dokter bergegas untuk membawaku ke rumah
sakit terdekat, kira2 satu jam dari airport. Aku didorong ke ambulance
sambil berlari …
Jangan lupa, otakku
‘sakit’, vestibulerku/keseimbanganku berat karena stroke. Kalau aku
didorong di kursi roda dengan pelan saja, aku merasa ‘goyang’ ( ingat
‘Bagian 1’ ?), apalagi aku didorong sambil berlari. Kepalaku hamper
pecah … sakit sekali …. Mereka takut aku stroke lagi, karena kan di
airport cuma dokter jaga, bukan internis …. Aku takut sekali TUHAN …..
Ambulance sdh menungguku
sth adikku menitipkan semua koper2 kami. Dan langsung membunyikan sirine
ke rumah sakit terdekat, didampingi dokter jaga itu. Kepalaku sakut
sekali. Darah di kateterku pekat. Bruder Frank selalu meng-check
kateterku. Dan selalu memegang tanganku untuk menenangkanku. Karena
stroke butuh ketenangan bukan tekanan. Kalau aku tertekan ( memang
complicated sih, tekanan biasanya menjadi pemicu stroke ), stroke bisa
terulang lagi.
Tiba di rumah sakit, aku
langsung dibawa di ruang gawat darurat. Dokter jaga dan tim dokter
internis memeriksa aku. Aku ditemani bruder Frank dan adikku. Ambil
darah, CT Scan, membuat aku takut sekali. Hasil pemeriksaan itu butuh
waktu jam 5 sore. Praktis aku tdk bisa apa2 krn semua menyarankan aku
istirahat, padahal aku mau ‘keluar’ menghirup udara segar, karena rumah
sakit ini kumuh sekali.
Kami semua orang
asing kan di Taiwan? Aku perempuan kecil, muka ku campuran, sedikit
oriental, kulitku sedikit putih. Adikku,’ jawa’ sekali dan agak hitam.
Bruder Frank, bule putih, tinggi besar. Orang2 seperti melihat alien. Di
sekeliling rumah sakitku, mmg lingkungan kumuh. Aku ngeri membayangkan
kami dirampok di negara asing, karena dikatakan di airport : hati2, di
Taiwan rawan, apa lagi kami orang asing.
Adikku mengabarkan
kondisiku di Jakarta, karena jam 11 WIB rumah sakitku di Jakarta sdh
‘menungguku, hihihi ….. Orang tuaku cemas sekali : “Ada apa lagi dengan
aku?” tidak lepas2 aku dari masalah? Tapi, walau sedikit takut, aku
tetap tidak menangis. Malah bruder Frank dan adikku berhasil membuat aku
tertawa keras, sampai orang2 itu memperhatikan kita ….. ;p Aku kembali
bahagia ….. di sekelilingku adalah orang2 yg mengasihiku … terima kasih,
TUHAN …..
Jam 5, aku deg2an melihat hasilku. Tim dokter Taiwan mengatakan : bahwa aku cuma ‘trauma’. Seharusnya, seorang pasca stroke parah
spt aku, tidak boleh ‘terbang’ apa lagi ‘terbang’ jauh mengelilingi ½
dunia! Otakku masih lemah. Apalagi keseimbanganku. Tapi kita harus
segera pulang kan? Tidak ada yg menunggui aku. Adikku harus segera kerja
lagi. Orang tuaku juga, apalg anak2ku butuh pendamping. Aku sakt dantdk
ada disampin anak2ku. Jadi memang sedikit ‘dipaksakan’ membawa aku
pulang ….. Puji TUHAN, aku tidak apa2. Cuma trauma, sedikit mengeluarkan
darah. Aku kembali ceria …
Tetapi, tim dokter Taiwan
tetap menyuruhku opname sampai besok. Wah … aku tdk mau krn aku takut,
hihihi… Rumah sakit itu benar2 kumuh ( saying, aku ga bikin foto ).
Tidak ada kamar kosong. Kata reception rumah sakit itu, “Kalau
mau aku di ‘kamar kosong’ tempat obat” … astagaaaaa ….tega banget …!
Alhasil kami tidur di hotel dekat rumah sakit itu. Hotel yg nyaman dan
kami istirahat. Jam 5 pagi, langsung ke airport. Lagi2 bantuan TUHAN…
Biasanya tdk ada penerbangan ke Indonesia dalam 2 hari berturut2. Tapi
buat aku, TUHAN membuat perkecualian ….. Pada jam yg sama, pesawat
menerbangkan kami ke Jakarta dan kali ini jam 14, kami akan sampai di
Jakarta …..
Perjalanan Taiwan –
Jakarta memakan waktu 5 jam. Kira2 jam 2 siang WIB kami sampai di
Jakarta. Aku merasa ….. kehidupanku mulai lagi ….. Waktu stroke di San
Fransisco, aku merasa hidupku ‘berhenti’. Aku memang bahagia, aku memang
tdk peduli ttg stroke ( yg penting, aku tahu, TUHAN mencintaiku ). Tapi
aku juga ‘berhenti’ Maksudnya, aku tidak bisa apa2. Aku tidak bisa
bicara, tidak bisa jalan, tidak bisa bergerak … b e l u m b i s a … !
Di San Fransisco, aku merasa hidupku ada di satu titik, yaitu di rumah
sakit! Aku merasa, fokusku hanya pada diri sendiri. Bukan …, bukan
egois, tapi lebih karena aku t i d a k b i s a a p a2 ….. lagi pula, aku harus ‘belajar’ untuk mengurus diri sendiri …..
Tapi, setelah aku di
Jakarta nanti, aku pasti akan kembali lagi di dunia realitas. Aku
seorang ibu dari 2 anak ABG. Aku seorang arsitek. Aku seorang pegawai yg
mempunyai tanggung jawab besar. Aku seorang dosen dengan banyak
mahasiswa, aku seorang … aku seorang … aku seorang ….. semuanya adalah
aku harus kembali lagi di dunia realitas …. Buat aku, aku mulai merasa
‘ngeri’ membayangannya : Aku masih muda pasca stroke, aku wanita yg
mau/masih ingin dianggap cantik, aku masih ingin menjadi istri bagi
calon suami ( wajar kan, krn toh aku masih muda ? ). Bagaimana kalau aku
tidak ‘dianggap?’ Bagaimana kalau aku dianggap ‘jelek?’ Bagaimana kalau
aku dianggap ‘tidak mampu? Bagaimana kalau … bagaimana kalau … banyak
sekali “kalau” yang lain ….. ngeri sekali ….. Mampukah aku? Sanggupkah
aku? Duuhhhh ….. aku tidak tahu ….. AKU TIDAK TAHU …..
Aku mulai ketakutan …. Aku mulai stress, aku mulai tidak bahagia ….. TUHAN, aku takut ……
………. Bersambung ………..
Lihat Tulisan Lainnya
Tags:
Kesehatan ,
Medis
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Menyikapi dan 'Berteman' dengan Stroke (2)”
Posting Komentar