Selasa, 26 November 2013

Masih Ingat tentang ‘Pengendalian Banjir’ tahun 1965 - 1985 di Jakarta?




By Christie Damayanti


1385457579296606573
esubijono.wordpress.com

Masih ingat tidak tentang ‘Pengendalian Banjir’ tahun 1965 - 1985?

Aku memang waktu itu masih kecil ( aku lahir tahun 1969 ) dan tahun 1985, aku baru duduk di kelas 1 SMA. Tetapi karena aku benar2 dekat dengan papa almarhum yang waktu itu masih menjabat sebgai Pemda, Kepala Dinas sebuah instansi pemerintah daerah Jakarta, aku sering kali ikut dengan papa untuk bertemu dengan banyak orang tentang Jakarta, termasuk pengendalian banjir Jakarta.

Sebenarnya seperti yang aku baca di beberapa referensi, sejak tahun 1965 sudah ada kesadaran tentang pengendalian banjir. Bahkan ketika Indonesia belum merdeka, jaman pemerintahan kolonial Belanda, mereka justru sudah membangun kanal2 untuk pengendalikan banjir, dan merencanakan banyak kanal baru, sampai Indonesia merdeka. Tetapi justru setelah merdeka, Indonesia, khususnya Jakarta, TIDAK LAGI PEDULI dengan pengendalian banjir. Yang pada akhirnya, Jakarta menjadi seperti sekarang ini.

Jaman Orde Lama, keputusan pemerintah Keppres RI Nomor 183 tahun 1965 dikatakan bahwa semua pekerjaan yang berkaitan dengan pencegahan banjir dan bagian2nya dianggap sebagai badan vital. Artinya, banjir sudah menjadi ‘headline’ bagi pemerintah untuk terus diperhatikan!

Jadi, ketika semua kegiatan yang berhubungan dengan pencegahan banjir tidak dilakukan dan tidak dijalankan dengan baik, maka si pelaku akan dikenai hukuman penjara. Yang mana ini adalah menunjukan keseriusan pemerintah waktu itu dalam menangani banjir, khususnya di Jakarta …..

Jangankan di Jakarta khususnya dan Indonesia umumnya, negara2 lainpun juga sering bermasalah dengan banjir. Baik negara2 kecil, bahkan negara2 besar seperti Amerika dan Australia, dilanda banjir besar yang berkepanjangan. Bukan karena infra-struktur mereka yang menyebabkan negara mereka terserang banjir, tetapi memang curah hujan yang sepanjang tahun sampai sekarang semakin lama semakin tinggi, akibat dari banyak hal, terutama karena kesalaan kita ( manusia ) sendiri.

Sehingga ketika jaman tahun 1965 - 1985 lalu, proyek ini merupakan proyek ‘prestise’, menyangkut Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia.

Konsep ‘Komando Proyek Pencegahan Banjir’ - Kopro Banjir

Pencegahan banjir tahun itu sering disebut ‘Kopro Banjir ( Komando Proyek Pencegahan Banjir ) untuk mengusahakan dan mencegah serta mengendalikan banjir di Jakarta khususnya, serta melakukan berbagai tindakan perbaikan pengaliran saluran, pembuatan tanggul2. Dimana tenaga kerja yang terlibat adalah Pemerintah Pusat ( Departemen Pekerjaan Umum ), Pemda DKI Jakarta, ABRI, tenaga teknis insinyur ( tingkat sarjana ), sarjana muda serta tenaga2 yang lain dan tenaga non-teknis.

Setelah aku membaca beberapa point kemarin, ‘cerita’ tentang Kopro Banjir ternyata cukup bagus JIKA mau dipakai untuk sekarang ini. Bahwa dalam pelaksanaannya, pekerjaan ini menjadi 2 proyek yaitu : 

Proyek Hilir dan Proyek Hulu.

1. Proyek Hilir

Pastinya adalah untuk normalisasi sungai2 di Jakarta. Termasuk pengerukan serta pembongkaran2 lahan yang tidak pada tempatnya, sehingga menghambat aliran sungai2 di Jakarta.

Setelah itu, menata sungai dengan membuat RTH ( ruang terbuka hijau ) di tepi sungai sejauh 6 meter yang merupakan jalur hijau ( DAS = Daerah Aliran Sungai ).

Juga memperbaiki tanggul2 serta pintu2 air dan merawat saluran2 pembuangan air serta mengeruk sampah2 yang terus melanda sungai2 di Jakarta.

2. Proyak Hulu

Mencakup pembuatan waduk2, seperti Waduk Tebet atau Waduk Melati. Dimana konsep pembuatan waduk2 tersebut di dasari pemikiran bahwa tempat2 tersebut yang merupakan pemukiman, PASTI akan menjadi ‘crowded’ untuk saluran pembuangan air ( baru ). Dimana juga, tempat2 itu belum dipikirkan sisrim pembuatannya.

Maklum saja, Jakarta adalah ‘kota tumbuh’, yang tidak didesain khusus untuk sebuah kota, sehingga begitu membuka lahan baru untuk pemukiman ( misalnya ), infra-strukturnya tidak ( atau belum? ) dipikirkan ……

Bagaimana dengan realisasinya?

Ketika aku mulai studi tentang arsitektur dan perkotaan mulai tahun 1988, Rencana Tata  Ruang Kota Jakarta 1965 - 1985 dalam penanganan banjir Jakarta dengan beberapa cara :

1.       Penataan tata pengairan dengan memperbaiki saluran2 air dan bangunan air primer

2.       Perbaikan tata pengairan dengan melaksanakan perbaikan saluran air di tepi2 jalan dari halaman rumah ke saluran2 primer secara simultan.

Pada kenyataannya, masalah sedimentasi merupakan masalah yang sangat penting dalam rangka pengaliran air ssecara gravitasi. Pada saat itu, ditekankan perlunya untuk terus mengeruk muara2 sungai dan saluran2 air dan mengeruk daerah2 yang rendah.

Dan pada kenyataannya, Jakarta tetap dilanda banjir, walau sudah mulai ditanggulangi sejak Orde Lama. 

Apa yang salah?

Jika waktu itu, jaman Jakarta masih tidak sepadat sekarang saja sudah sering dilanda Banjir, bagaimana Jakarta sekarang?

***

Sekarang, bagaimana dengan hasilnya untuk Jakarta sekarang ini? Apakah Kopro Banjir berguna, terus dijalankan atau sekarang ditinggalkan?

Ketika aku terus belajar tentang tata kota Jakarta secara ‘urban desain’ dan secara arsitektural, sebelum cerita tentang duet Jokowi-Ahok, sepertinya konsep Kopro Banjir sudah di tinggalkan dan justru menjadi ‘batu sandungan’ bagi sebagian besar warga Jakarta. Mengapa aku sebut demikian?

Konsep2 Kopro Banjir justru menjadi ‘batu sandungan’, ketika sebagian warga Jakarta membangun lahan disekitar waduk2 serta hampir semua sungai2 di Jakarta, sehingga itulah yang terjadi. Warga Jakarta dengan seenaknya saja mendirikan ‘perkampungan’ disana dan pemda pun sama sekali tidak tegas untuk mengusir mereka. Tidak tegas, atau tidak mau? Entahlah …..

Sehingga, pendangkalan2 waduk dan sungai semakin cepat dan pemda pun semakin ‘tidak mau tahu’, sampai akhirnya Jokowi benar2 mengusir warga yang tinggal disana, tetapi juga membantu untuk memberikan tempat tinggal untuk mereka. Walau harus bekerja keras dan warga masih ngeyel, sekarang ini sudah terlihat RTH-RTH baru di beberapa waduk Jakarta.

Jaman Jokowi pun sudah terlihat konsep seperti Kopro Banjir dilakukan, dengan normalisasi sungai2 Jakarta. Dengan pengerukan2 sampah2 yang benar2 sudah puluhan tahun tidak pernah dikeruk!

Tadi pagi, aku melihat berita di televisi tentang pengerukan sungai di beberapa bagian sungai2 Jakarta, yang ternyata sudah lebih dari 20 tahun tidak dikeruk! Video didaerah itu terlihat jelas, bahwa air sungai sama sekali tidak mengalir, lalat dan ( pastinya ) jentik2 nyamuk jutaan banyaknya. Serta petugas disana ( dalam video itu ) menutup hidungnya, pastinya karena bau sungai yang sudah menjadi tempat sampah ……

“Apa sih kerja pemda selama 20 tahun kemarin?”

Ketika pemda Jakarta sekarang mulai membongkar rumah2 sepanjang bantaran sungai, adalah juga salah satu kegiatan yang sama. Dan aku sangat yakin bahwa  keinginan pemda Jakarta itu sama dengan keinginanku, yaitu membangun ruang terbuka hijau ( RTH ) sepanjang yang ditentukan untuk daerah penyerapan serta untuk keamanan sepanjang aliran sungai.

Jika Kopro Banjir ditangani  BUKAN hanya oleh pemda DKI Jakarta, apakah sekarang ini, hanya pemda DKI Jakarta yang berusaha untuk mengatasi dan menanggulangi banjir Jakarta? Karena menurut hematku, Jakarta sebagai ibukota negara, mempunyai ‘nilai lebih’ dari kota2 yang lain. Apalagi pemerintah pusat berada di Jakarta. Bagaimana sekarang?

***

Ketika banjir besar melanda Jakarta sejak beberapa tahun belakangan ini, seharusnyalah pemerintah mulai berbenah diri. Ternyata dari tahunke tahun, banjir tetap melanda dan TIDAK ADA PERBAIKAN SAMA SEKALI. Tidak ada normalisasi, tidak ada pengerukan sungai, tidak ada kepedulian ….. Barulah ketika duet Jokowi-Ahok ini, Jakarta berubah, Jakarta kian berbenah …..

Semoga yang sudah dilakukan sebagai pengamalan konsep Kopro Banjir untuk penanggulangan banjir Jakarta bisa benar2 berpengaruh. Karena aku sangat tahu dengan pasti, itu tidak gampang. 

Melibatkan banyak instansi dan melibatkan semua warga kota. Dan jika kita tidak kompak serta saling berebut ‘ego’sendiri2, semuanya akan berantakan …..

Jadi, jika dahulu saja Jakarta sudah sering dilanda banjir, bagaimana dengn sekarang?

Tetapi, baiklah kita tetap mengupayakan yang terbaik bagi warga kota Jakarta.


Tags:

0 Responses to “Masih Ingat tentang ‘Pengendalian Banjir’ tahun 1965 - 1985 di Jakarta?”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks