Kamis, 02 Mei 2013
Jejak Nostalgia : Marion, ‘Sahabat Pena’-ku dari Swiss
Kamis, 02 Mei 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Kami sedang dalam perjalanan ke Bandung …..
Salah satu pertanyaan dari beberapa
orang dalam Talk Show di Acara Hari Kartini di pinisi taggal 26 April
2013 kemarin ( lihat tulisanku “Jadul”-nya Cerita Ibu Kartini Bersahabat Pena, Masa sih? ), adalah,
“Siapakah sahabat pena mba Christie
yang paling bermakna dalam hidup mba Christie, dan apakah sekarang masih
berhubungan dengan mereka?”
Aku tersenyum dan sangat bergairah
menceritakannya. Secara aku masih berhubungan dengan beberapa sahabat
pena, walau beberapa tahun terakhir, kami tidak berhubungan lagi karena
(mungkin ) kesibukan masing2 dan setelah aku sakit ….
Sahabat pena dari luar negeri yang
paling teguh memegang tali persahabatannya adalah seorang bapak2 tua ang
tidak menikah, yang sekitar tahun 1980-an awal sudah berumur sekitar
40-an tahun, berarti tahun ini umurnya sekitar 70-an tahun, seumur orang
tuaku. Namanya Albert Osterholm dari Lousiana, Amerika Serikat. Kami
pernah bertemu di Amerika ketika kami berlibur disana. Dari Dallas
tempat adikku tinggal, kami naik mobil ke Florida dan sempat bertemu
walau hanya beberapa jam saja di New Orleans, Amerika Serikat tahun
2000.
Ada lagi sahabat pena dari Maasland,
Negeri Belanda. Namanya Mario Speth. Dia sedang berjalan2 di Kintamani
Bali, dan berkenalan disana. Dan dia bersahabat pena denganku, sekitar
awal tahun 1990-an dan kami sekeluarga pernah menginap di rumahnya di
Maasland ( sekitar 1 jam naik kereta listrik dari Amsterdam ) selama 1
minggu.
Juga ketika aku bersekolah di Perth,
West Australia, aku berteman dengan 1 kelas di jurusan Bisnis disana.
Setelah selesai dari pendidikan kami, kami bersahabat pena dengannya.
Namanya Marion ( aku lupa nama keluarganya ) dari Swiss, dan dia sempat
tinggal di rumahku sekitar 2 minggu, tahun 1994.
Lain lagi Susan ( aku juga lupa nama
keluarganya ) dan keluarganya dari Canada. Kami bertemu ketika aku dan
keluargaku ( orang tua dan adik2ku ) sedang berkunjung ke Eropa Barat ke
8 negara tahun 1991. Kami dalam 1 tour bus, dan kami bersahabat selama 2
minggu. Setelah kami masing2 pulang, aku meneruskannya lewat bersahabat
pena. Dan sekitar tahun 1993 mereka datang ke Jakarta dan tinggal di
rumahku sekitar beberapa hari.
Sangat menyenangkan ketika sahabat2 kita
bisa merasakan dunia indah persahabatan. Aku yang benar2 suka dengan
persahabatan, dan ingin sekali aku bersahabat dengan semua orang. Karena
dengan bersahabat, dunia akan terasa indah. Dan jika dalam persahabatan
kita dengan tulus, aku percaya bahwa sahabat2 kita akan merasakannya
dan akan penuh mrndukung dalam apapun yang terjadi …..
Sebenarnya, aku bisa saja menceritakan
tentang mereka langsung tanpa foto2. Tetapi aku sangat ingin memberikan
tulisan, cerita dan bukti bahwa tulisan2ku adalah benar2 sesuai dengan
apa yang ada …..
Foto2 tentang ini selalu aku simpan.
Tetapi karena dulu belum ada kamera digital, aku mem-fotonya lewat
kamera jadul dengan roll-film, sehingga aku harus mencari dan men-scan
nya dahulu. Jadi karena baru ada foto Marion, maka cerita tentang
sahabat penaku yang memberkas dalam hatiku, baru ada cerita tentang
Marion …..
***
Marion adalah gadis Eropa. Aku benar2
lupa, nama keluarganya, tetapi agak susah, ke-Perancis2-an. Dia tinggal
sendiri di Swiss, seumur denganku. Tubuhnya tinggi, kulitnya putih,
wajahnya khas Eropa. Baju dan penampilannya pun khas kaum Eropa, pada
waktu itu. Seperti kaum hippies. Kami bersahabat selama tinggal di
Perth, belajar bersama di jurusan bisnis, walau tinggal tidak sekamar.
Aku kos di Daniella di Grand Promenade bersama dengan Con dan Caroll
Michailidis, orang tua angkatku ( lihat tulisanku Jejak Nostalgia: Masa-masa Kuliah di Perantauan )
dan Marion tinggal sendiri di apartemen di Mirrabukka, pinggir kota
Perth sekitar 1 jam dari tempat kost ku. Dia memang lebih suka tinggal
sendiri di daerah yang tenang, tepi kota.
Aku dengan Bahasa Inggrisku yang
ke-Indonesia2-an dan Marion dengan Bahasa Inggrisnya yang
ke-Perancis2-an, ternyata kami bisa menjalin persahabatan yang nyaman.
Walau tidak setiap kali kami makan bersama di kampus atau tidak setiap
kali kamu hang-out bersama, persahabatan kami tetap berjalan, terutama
untuk tugas2 kami di kuliah2 kami.
Seperti yang aku sudah ceritakan, aku
dulu memang seorang yang introvert. Pulang kuliah, aku hanya duduk di
perpustakaan atau di downtown Perth untuk memberi makanan burung2 camar
atau ke Fremantle. Dan sore hari aku pasti sudah ada di rumah untu
bercanda dengan ‘keluarga’ ku disana, ataupun bermain piano, salah satu
hobiku.
Tetapi tidak dengan Marion. Dia benar2
tumbuh sebagai kaum muda Eropa kebanyakan, dengan gaya hippiesnya.
Pulang kuliah, dia sering kali mengajak teman2 Eropanya untuk hang-out
sampai malam. Sering kami bertemu di downtown, walau aku tidak bergabung
dengan gruop teman2nya, karena itu memang bukan duniaku …..
Ketika aku pulang setelah kuliah
selesai, Desember tahun 1993, Marion berkeliling Asia sebelum pulang ke
Swiss, sehingga sekitar bulan Maret 1994, Marion menelponku karena dia
akan datang ke Jakarta sebelum ke Bali. Sebelumnya, kami terus berkirim
surat sebagai sahabat pena. Dan suatu malam di bulan Maret 1994, Marion
datang ke Jakarta, yang aku jemput dengan keluargaku dan dia tinggal di
rumahku selama hampir 2 minggu …..
Kami di kebon kami di Cipayung
dengan latar bbelakang ‘gubug’ kami dan kebon kami ….. Marion belum
pernah melihat kebon seperti ini …..
Marion, dengan bangga mencabut singkong yang lumayan besar, di kebon kami di Cipayung.
Aku mengajaknya kemana2, sampai ke
Bandung dan mengajarinya hidup sesuai dengan Indonesia. Ya alammnya yang
cukup panas untuknya, makanannya dengan sambal ( dia suka ssekali
sambal ), memetik jagung dan mencabut singkong di kebunku di Cipayung (
lihat tulisanku ….. ) sampai menyeruput es degan dari buah kelapa
langsung, yang membuat dia tertawa2 senang. Ke Taman Mini membuat dia
tertegun2, katanya betapa besarnya Indonesia dengan ratusan
adat-istiadat, dibanding dengan negaranya yang demikian kecil ……
Marion yang senang sekali ‘menyeruput’ degan, langsung dari buah kelapanya.
Marion heran sekali melihat buah2an
bergantungan. Apalagi pisang. Katanya, pisang di Swiss adalah buah mahal
dan di letakkan sseperti makanan mahal … hehehe, disini pisang termasuk
buah yang murah, kan?
Dalam perjalanan di Bandung ……
Begitu juga aku ajak dia bertemu dengan
Orang Utan di Taman Safari, sampai yang awalnya dia takut dan jijik,
Marion bisa dengan percaya diri menggendong anak Orang Utan disana …..
Sungguh menyenangkan …..
Kami di Ciater, salah satu mata air panas disana …..
Aku bawakan beberapa baju batik untuk
meluarga dan teman2nya disana, aku juga bawakan beberapa jenis sambal
botol, terutama sambal botol Lampung yang dia sangat suka.
Kami di Taman Mini Indonesia Indah
Persahabatan ……
Sebuah kata yang ingin sekali aku terus
jalankan, dengan semua orang. Dimanapun, siapapun, dan bagaimanapun
rupanya, persahabatan merupakan salah satu ‘kunci iman’ku. Bahwa
persahabatan yang tulus, merupakan perwujudan kata KASIH, sesuai yang Tuhan Yesus ajarkan pada kita semua. Yaitu, KASIH,
“Kasihilah sesamamu manusia, seperti mengasihi dirimu sendiri” ……
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Jejak Nostalgia : Marion, ‘Sahabat Pena’-ku dari Swiss”
Posting Komentar