Kamis, 05 Juli 2012
Ternyata, Anak-Anakku Bisa Mengurus Kami Sebagai ‘Disabled Persons’…..
Kamis, 05 Juli 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Dennis yang ‘mengurus’ kami semua, walaupun papaku tetap membimbingnya …..
Setelah sakitku sejak 2,5 tahun lalu, aku belum lagi jalan2 ke negara lain. Aku memang menabung tiap tahun untuk ke tempat2 yang aku inginkan, dibanding membeli inventaris untuk keluargaku. Inventarisku adalah cukup dengan sebuah rumah, mobil, asuransi dan beberapa barang lain, serta tabungan untuk biaya sekolah kedua anakku sampai lulus kuliah.
Menurutku, dengan selalu belajar, termasuk selalu survey tentang apapun, pengalaman akan membuat otak dan pandangan tentang masa depan, terbuka lebar! Bahwa inventaris tidak lebih baik dengan pengalaman hidup dan melihat ‘dunia’. Konsep hidup yang diajarkan oleh papaku.
Beliau dari dulu berusaha untuk selalu membawaku kemana2 ( survey dan berwisata ) dan beliau juga yang membuatku sangat positif membangun masa depan, walau sekarang dengan keterbatasanku. Bahwa, jangan takut bermimpi, seberapa besar dan tingginya mimpi kita …..
Aku mulai sadar diri untuk tidak ‘memaksakan’ kehendak Tuhan dengan kesembuhanku. Bahwa kesembuhanku adalah hanya kehendak Tuhan saja, tanpa aku memaksakan diri. Waktu kesembuhanku tidak sama dengan waktu Tuhan, jadi aku sangat berserah, apa yang Tuhan inginkan dalam hidupku. Dan sekarang, bagaimana dengan masa depan anak2ku, jika aku tidak bisa mengajarkan konsep hidupku di atas kepada mereka? Kasihan mereka, jika hanya sampai di generasiku saja dalam papaku menanamkan tentang konsep pandangan tentang mimpi dan masa depan.
2,5 tahun, cukuplah sudah untuk aku sadar bahwa ‘aku harus cepat2 mengejar ketertinggalanku’ sebagai single parent bagi anak2ku. Aku harus siap, dimana beberapa tahun lagi anak2ku akan meninggalkanku untuk sekolah di negeri lain. Dan untuk itu, aku ingin memberikan pengalaman hidup dan pandangan2 masa depan, bahwa ‘bermimpilah terus, kejarlah setinggi bintang2 di langit’ …..
Aku juga sadar, kekuatan fisikku sangat lemah karena sakitku. Aku tidak seperti dulu, sebagai wanita gagah, tegar dan perkasa yang bekerja sebagai orang lapangan. Bahkan pria2 saja aku bisa kalahkan dalam pekerjaanku. Aku sekarang hanya bisa berjalan dan berbicara dengan terbatas.
Jadi, bagaimana aku bisa membawa anak2ku berjalan2, survey dan berwisata ke tempat2 yang aku ingin anak2ku tahu, bahwa tempat2 itu bisa dicapai dan dalam masa depan mereka, bisa mereka capai untuk tempat tinggal atau bekerja? Hampir tidak mungkin, ‘nonsens’, jika aku berharap dalam kesembuhanku, bahwa aku bisa membawa anak2ku kemanapun yang kami inginkan …..
Sudah 2 bulan ini, aku memikirkan matang2 untuk membawa anak2ku ke sebuah negara, dalam keterbatasanku. Biasanya, jika aku memang menginkan berwisata, mereka hanya duduk manis, dan aku yang mengurus mereka, mulai packing, adiministrasi, akomodasi dan sebagainya. Aku ingin mengajarkan arti mandiri dan peduli dengan keluarga, dalam berwisata. Toh anak2ku sudah beranjak remaja, bahkan menuju ke kedewasaan, sehingga tidak ada salahnya aku ‘melepas’ mereka untuk bisa mengurus aku dalam keterbatasanku dan mengambil alih tugas2ku, dalam berwisata, sebagai ‘pemimpin’, terlebih untuk Dennis, seorang pria muda, satu2nya dalam keluarga kecilku.
Aku sudah berpikir matang, bahwa aku harus membawa kursi rodaku, kemanapun aku pergi. Walau aku bisa berjalan, aku tidak kuat untuk berjalan jauh. Jadi, kedua anakku harus ‘care’ dengan barang2 mereka ( biasanya akku yang care atas barang2 kita semua ), status transportasi dan akomodasi. Walau aku sudah memesan dan membayar jauh2 hari untuk pesawat dan hotel lewat internet, toh mereka yang akan membawaku kesana. Mereka belajar check-in pesawat, check-in hotel, taking care bagasi, passport sebagai identitas kita dan lain sebagainya.
Tujuanku adalah sebuah negara yang terdekat dari Indonesia, untuk mencoba, bahwa aku ( yang notebene harus belajar bahwa otaaku sudah mampu dibawa bepergian jauh ). Singapore, adalah sebuah negara yang aman dengan fasilitas2 disabled yang sangat mumpuni. Jika ‘percobaan’ berwisata ke Singapore ini sukses, mungkin jika aku mendapat rejeki lagi, aku akan mengajak anak2ku ke negara2 yang lain, yang lebih jauh …..
Rencananya, kami memang hanya bertiga, aku Dennis dan Michelle. Bertiga saja, dalam aku mendidik mereka untuk saling peduli satu sama lain, ditambah untuk mereka bisa mengurusku dengan keterbatasanku. Tetapi, ternyata orang tuaku, papa dan mamaku, tidak tega melepas kami bertiga. Sehingga mereka ikut serta juga dalam perjalananku. Padahal aku tahu, bahwa orang tuaku sudah tua dan mamaku tidak bisa berjalan jauh. Dan kursi roda kami bertambah 1 lagi,untuk membawa mamaku berjalan2, dan tugas Dennis bertambah berat untuk peduli dan ‘taking care’ untuk aku, dan orang tuaku.
Ternyata, apa yang aku inginkan bahwa Dennis bisa menjadi ‘pemimpin’ dalam keluarga, sangat membuat aku bangga! Dia memang harus belajar banyak, bahwa tidak mudah untuk peduli. Tidak mudah untuk menjaga orang tua dan eyang2nya, yang notebene dalam keterbatasan. Aku, dengan separuh tubuh, membawa tasku pun aku tudak mampu, dan harus berjalan tertatih2 atau di atas kursi roda dan didorong oleh Michelle. Begitu juga mamaku. Beliau memang masih bisa berjalan sendiri tetapi tidak berlama lama, pasti beliau capai dan harus duduk juga di kursi roda, dan papaku yang mendorong. Jadi, hanya Dennis yang sangat dan harus siap untuk membawa apapun yang kita bawa dengan bantuan Michelle …..
Dari check-in pesawat sampai mengambil bagasi di Changi, Dennis sangat peduli dengan keberadaan kami. Walau, tetap saja dia adalah seorang remaja yang masih sangat ingin tahu dan bermain2 yang dia mau, tetapi dalam tanggungjawabnya, Dennis patut diacungi jempol …..
Papaku tetap mendamping Dennis, karena aku sama sekali tidak mampu, berjalan sendiri, dengan suasana asing dan ramai, otakku tidak mau di ajak bekerja sama untuk menggerakkan kaki kananku ……
Juga Michelle lain lagi, bahwa dia harus benar2 ‘mengasuhku’ dalam kegiatan privasiku. Seperti ke toilet. Di Singapore, fasilitas disabled nya memang luar biasa, sehingga kami tidak tidak harus berbagi dengan orang2 sehat. Seperti toilet, jalan2 khusus untuk disabled, bahkan dalam berwisata di tempat tertentu, kaum disabled tidak harus membayar dan di dahulukan dalam beregiatan! Cerita ini, aku akan bagikan di artikel2 selanjutnya …..
Sampai 8 hari kami di Singapore, Dennis semakin dewasa dalam memimpin keluarga kami. Dia maju di depan kami, ketika kami hanya bisa tinggal diam karena tidak mampu. Dia menanyakan segala sesuatunya jika kami tidak mengerti. Bahkan, ternyata bahasa Inggrisnya sangat fasih, ketika aku agak terheran2 mendengarkan Dennis berbicara dengan orang asing atau ngobrol dengan supir taksi disana. Kupikir, aku masih harus membimbingnya untuk berbicara bahasa Inggris, tetapi ternyata dia sangat bisa ‘dilepas’ untuk 2 tahun lagi dia harus kuliah di negeri orang …..
Ternyata, kedua anakku memang sangat luar biasa! Sangat membanggakan! Walau mereka diasuh oleh seorang single parent tanpa seorang papa dan 2 orang eyangnya yang notebene sudah tua, Dennis dan Michelle tumbuh menjadi anak2 yang manis, pintar, baik, bertanggungjawab serta takut akan Tuhan. Walau sebagai remaja, tetap saja mereka ‘nakal’ tetapi sangat terkendali …..
“Raihlah mimpi2mu setinggi bintang2 di langit, anak2ku. Mama mungkin memang tidak bisa menemani kalian dalam meraih cita2, tetapi selama mama mampu, mama akan terus mendampingi kalian. Mama bekerja sebaik2nya, untuk sekolah kalian, dan mama berjanji untuk itu. Jadi, kalian akan bisa meraih mimpi2mu, tanpa kalian memikirkan apa yang menjadi tanggung jawab mama ……”
“Sekarang, mama sangat yakin, bahwa kalian akan memetik apa yang kalian tanam di masa depan ….. Tetap belajar dan terus belajar … masa depan kalian ada di tangan kalian sendiri. Mimpi mama, mama serahkan kepada kalian dalam estafet masa depan keluarga kecil kita ….. Tuhan memberkati kita semua …..”
Dennis yang susah sekali di foto, tetapi ’kereeeeennnn banget’ jika mem-foto ……
Cinta mama untuk Dennis dan Michelle …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “ Ternyata, Anak-Anakku Bisa Mengurus Kami Sebagai ‘Disabled Persons’…..”
Posting Komentar