Senin, 16 Juli 2012
‘Hooters Singapore’ : Tetap Melayani dengan Profesional
Senin, 16 Juli 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Laparrrrrr ….. Itu yang semua katakan, ketika sekitar jam 9.00 waktu setempat pagi pesawat yang kami tumpangi mendarat di Singapore.
Tentu saja kami lapar, karena jam 22.30 hari sebelumnya kami masih
sibuk dengan beberes untuk berlibur disana dan jam 22.00 pun kami masih
menunggu acara Solusi Life di TV OChannel, dimana aku bersaksi tentang
kehidupanku. Mungkin sekitar jam 00.00an kami baru tidur dan jam 2.30
dini hari kami dibangunkan lagi. Jam 3.00 dini hari kami berangkat ke
bandara Soetta. Jam 6.00 pagi kami take-off dan sampai di Singapore, jam
9.00 waktu setempat, dan tidak sempat makan …..
Di Changi, setelah kami mengambil bagasi kami, cepat2 kami mencari taksi menuju Hotel Robertson Quay, di sekitar Circular Quay.
Kami pikir, setelah cek-in hotel, kami banyak waktu untuk mencari makan
pagi. Sekitar jam 10.00 setelah cek-in, kami mulai mencari makan di
Circular Quay, dan ….. ternyata memang disana adalah daerah wisata
malam, artinya daerah itu memang hanya bukan dari sore sampai pagi.
Berarti kami tidak bisa makan pagi atau siang disini donk??
Semua lapar dan belum terpikir untku
mencari makan diluar daerah itu, sehingga kamui langsung masuk ke dalam
sebuah restauran dan yang baru satu2nya buka : Hooters ! Heh? Hooters lagi? Ingat tidak, pertama kali kami akan di Hooters sewaktu kami kemalaman untuk makan malam di San Antonio? ( lihat tulisanku ‘Hooters’ : Mau Coba? ). Sebuah restauran yang pasti bisa membuat gempar jika dibuat di Indonesia …..
Karena Hooters memang mungkin tidak
terlalu ‘layak’ ( karena para pelayanannya hanya memakai celana pendek
sekali serta kaos tanktop ), sehingga mungkin inilah yang hanya ada di
Singapore ( karena Singapore adalah negara yang merupakan tempat semua
bangsa berkumpul ), secara negara2 Asia merupakan negara2 yang adat
ketimurannya sangat kental …..
Tetapi mungkin juga, karena anak2ku
masih cuek bebek atau justru tidak peduli tentang ‘hal2 yang begituan’
sehingga ketika kami masuk kesana dan di sambut dengan pelayan dengan
baju yang demikian, mereka sama sekali tidak menunjukan wajah yang
malu2. Cuek bebek saja, apalagi ketika aku memanggil seorang waitress
untuk berfoto bersama kami, anak2ku seakan2 berfoto dengan wanita biasa2
saja …..
‘Hooters’, seperti yang ada di artikelku
beberapa bulan lalu, merupakan konsep restaurant cepat saji dengan
makanan2 populer seperti hamburger, kentang goreng, steak, dan
sebagainya. Anak2 dan remaja pasti menyukainya, termasuk anak2ku. Cerita
tentsng makanannya, akan aku bahas lain waktu, tetapi aku ingin
membahas tentang konsep restauran ini dulu.
Aku pernah makan di restauran Hooters di San Antonio, Los Angeles dan Las Vegas
serta di Singapore. Bangunan dan desainnya, cukup cukup apik dengan
konsep tata ruang ‘Amerika’ sekali ( country ), dengan warna2 kayu khas
Amerika ( Oak Wood ). Dimana semua rerstauran di seluruh dunia menjual
merchandaize burung hantu, kaos, topi dan pernak pernik lainnya. Dan
semua restaurang juga memajang foto2 kegiatan bagi karyawan, piala2
atau penganugerahan dari mana2 dan yang lainnya. Dan ‘Hooters Singapore’
sekarang ini merupakan satu2nya di Asia …..
Salah satu bangunan di Circular Quay
yang disewa oleh Hooters. Sebuah bangunan tua yang sangat cantik dan
apik, ditambah konsep pemeliharaan yang sangat profesional …..
;
Kayu Oa yang khusus di datangkan
dari Amerika ( di Asia tidak tumbuh pohon ini ) dan banyak tempelan2 di
dinding mengenai ‘Hooters’ …..
Konsep pelayanan dari waitress di
Hooters, sangat profesional. Baik di Amerika maupun di Singapore, tidak
ada tanda2 ‘menggoda’ kepada tamu2 pria. Walaupun memang memakai pakaian
‘ala kadarnya’, tetapi tidak mencerminkan sikap ‘nakal’ dari
waitressnya. Tetapi toh untuk negara2 Asia, mungkin merupakan konsep
yang tidak sepadan dengan ardat ketimuran dan pasti langsung bermasalah
bagi Indonesia …..
Pun di beberapa restauran Hooters yang
aku sudah datangi, ternyata restauran ini banyak di datangi oleh anak
dan remaja dengan orang tua mereka. Yang aku lihat sih, anak2 dan remaja
itu sama sekali tidak peduli dengan dandanan ala waitress mereka. Yang
mereka pedulikan adalah makanannya, serta konsep desain interiornya,
sebagai restauran khas Amerika.
Coba lihat, Dennis justru sibuk dengan
kamera DSLnya untuk membidik pemandangan di luar restauran ( bukan
membidik waitressnya lho ), sementara Michelle lebih suka melihat2
suasana interior restauran. Orang tuaku asik melihat2 menu yang memang
sangat menggiurkan …..
Di Hooters juga menyediakan ‘take away’
atau ‘to go’ ( istilah di Amerika ), dan si pemesan tidak menunggu di
dalam restauran tetapi menunggu di luar restauran, dengan pelayanan yang
sangat cepat. Untuk ‘take away’ memang tidak menyediakan makanan yang
berat seperti steak, tetapi hanya makanan yang ringan seperti hamburger
atau kentang goreng dan goreng2an yang lain saja.
Suasana di luar restauran di area ‘take away’
Suasana interior di dalam restauran
Karena kami adalah pembeli pertama,
pelayanannya memang cepat sekali, dan waitress nya pun fokus dengan
permintaan2 kami. Kami beberapa saat mengobrol dengan mereka, sediit
tertawa2 dan berfoto bersama. Untukku, mereka adalah gadis2 baik yang
bekerja untuk mencari nafkah bagi diri sendiri dan keluarganya …..
Aku dan anak2ku berfoto bersama dengan salah satu waitress Hooters, Gloria, warga Singapore
Jadi, mengapa harus ‘memandang sebelah
mata’ bagi waitress di Hooters, sejauh tidak menjadikan mereka obyek
‘nakal’ bagi pembeli? Mereka tetap bekerja profesional, dan jangan
membuat pandangan negatif kepada mereka. Bahwa semuanya dimata NYA
adalah sama …..
Salam dari Singapore …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Hooters Singapore’ : Tetap Melayani dengan Profesional”
Posting Komentar