Selasa, 16 Maret 2010
Balada Seekor Kucing
Selasa, 16 Maret 2010 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Pagi tadi begitu indah
Sinar matahari pagi begitu hangat
Kicauan burung pagi begitu menggema di hati
Dalam suasana pedesaan yang nyaman dan damai
Seharusnyalah semua makhluk Tuhan bersuka cita dan bergembira
Menikmati suasana pagi ini …….
Seekor anak kucing tergeletak di pintu masuk pemakaman
Tak ada yang peduli, suara tangisnya menggema, menggetarkan hatiku
Dia berjalan terseok seok
Badannya bergetar kedinginan
Matanya sayu menatap masa depannya
Suara tangisnya menggetarkan kalbu
Namun……..
Tak ada seorangpun yang peduli…….
Aku dan anakku melintas bergandengan tangan
Suasana pagi membuat hati kami bernyanyi
Sambil berpelukan, aku sesekali mencium kepala anakku dengan kerinduan yang memuncak
Dia begitu manja bergayut di pelukanku
Sementara seorang lagi anakku mengajak kami berlari
Bermain bersama dalam suasana pagi bahagia
Tiba tiba kami mendengar tangis anak kucing itu
Begitu menggetarkan hatiku…….
Sungguh……
Hatiku sungguh ngilu mendengarnya
Membayangkan seekor anak kucing yang sendiri dan kedinginan
Seperti aku membayangkan anakku yang kehilangan aku bila aku mati…..
Tangisnya begitu meratap
Tangisnya begitu berharap
Tangisnya memanggilku untuk menghampirinya
Aku melihat anak kucing itu menatapku sayu
Penuh harap……
“Ibu, bantulah aku menemukan kehangatan dalam pelukmu”
Itu yang aku dengar, bisikan seekor anak kucing …..
Aku menghampirinya
Anakku menghampirinya
Seekor anak kucing kurus, berjalan terseok seok
Dengan badan gemetar dan tangisnya yang tak berhenti
Menatap kami sayu dan penuh harap…..
Seorang petugas makam bercerita kepada kami
Bahwa dia menemukan anak kucing itu dalam sebuah kantong plastic hitam
Anak kucing yang sudah lemah tak berdaya….
Seseorang telah membuangnya !
Seseorang telah memisahkan anak kucing itu dari induknya !
Demi nama Tuhan…….aku langsung terhenyak…….
Betapa kejamnya hati seorang manusia……
Airmataku langsung mengalir tak terbendung
Seekor anak kucing berjuang untuk hidup
Sementara seseorang dengan begitu kejamnya telah memisahkannya dari sang induk…..
Tanganku langsung memeluknya
Mengangkatnya mendekati dadaku
Merengkuhnya dalam kehangatan dekapanku……..
Aku dan anakku sama sama menangis
Aku dan anakku sama sama bisa merasakan, betapa sepinya diri tanpa seorang ibu…
Bagi anak kucing itu, yang masih sedemikan kecil, dipisahkan dari sang induk merupakan suatu kekejaman yang tiada tara……
Bagi kami, tak ada bedanya antara kucing dan manusia
Bahwa kami adalah makhluk ciptaan Tuhan
Yang berhak mendapatkan kehidupan dan masa depan
Tapi seseorang dengan begitu tega
Membuat kehidupan seekor anak kucing menjadi berantakan dengan sengaja…..
Aku memeluk anakku dengan hati hancur
Anakku memeluk anak kucing itu dengan penuh cinta
Tidak dapatkah orang itu melakukan hal yang sama dengan anakku, yang memahami betapa berartinya sebuah kehidupan ?
Kawan,
Tidakkah diluar sana memahami itu ?
Tidakkah mereka bisa memahami arti sebuah kehidupan bagi semua makhluk ?
Tidakkah mereka sadar akan kasih Tuhan yang luar biasa sehingga kita
selayaknya membalasnya dengan mencintai semua makhluk didunia ?
Tidakkah mereka berusaha melihat kehidupan itu memerlukan suatu cinta kasih ?
Hatiku benar benar berontak mencari jawabannya…..
Kawan,
Ternyata kenyataan itu menjawabku
Lingkunganku tidak menerima apa yang aku dan anakku lakukan untuk memberikan cinta pada anak kucing itu…..
Mereka juga menolaknya…..
“Untuk apa kamu bawa anak kucing itu ? Repot ! Bau ! Kotor ! Kucing itu maling !”
Dan semua ungkapan ungkapan tidak menyenangkan terlontar……
Dalam nama Tuhan aku tersungkur……
Aku menangis dalam hati
Aku meratap dengan kepedihan hati yang luar biasa
Betapa tidak masuk akalnya bagiku semuanya…….
Masakan tidak ada yang peduli dengan nasib anak kucing ini ;
Yang begitu kecil tak berdaya………
Yang begitu ketakutan mencari sang induk……….
Yang begitu kedinginan dan kelaparan………..
Yang begitu berharap akan sebuah dekapan kasih sayang………
Anak kucing itu membawaku pada sebuah kenyataan ;
Bahwa hukum rimba itu berlaku dimanapun
Bahwa setan begitu penuh dengan dengki dan kebencian
Bahwa manusia ternyata hanya mencintai kehidupannya sendiri, kehidupan dirinya sendiri
Bahwa seekor kucing sangat tidaklah mampu membuat kita memikirkan, siapa pemilik kehidupan
Bahwa kekejaman hati manusia adalah menjadi suatu hukum tidak tertulis di dunia
Aku dan anakku memberikan anak kucing itu cinta
Kami memeluknya bergantian
Kami merawatnya dengan kasih sayang
Kami memberikannya susu dan dekapan hangat
Kami memberikan naungan tempat tinggal bagi masa depannya
Kami bisa merasakan,
Bahwa anak kucing itu sangat menerima kami sebagai “sang induk”
Anak kucing itu begitu bahagia dengan dekapan kami
Ahhhhhh…… Tuhanku,
Lihatlah……..
Betapa bahagianya dia dalam belaian kami……lihatlah……
Tangisnya berubah menjadi terikan manja ingin dibelai
Anak kucing itu menjilati tangan kami yang penuh susu
Dia mengeong manja…….ahhhhhh indahnya…..
Hatiku merasa damai…..
Tahukah hai kawan……
Hatiku berbunga bunga….
Melihat anakku yang mempunyai hati selembut kapas……
Dia megorbankan waktu bermainnya untuk merawat anak kucing itu…..
Dia membelainya tak jemu sepanjang waktu…….
Dia menjaganya dengan cinta yang luar biasa seperti “sang induk” ……..
Anak kucing itu sudah memberiku sebuah pelajaran berharga tentang sebuah kehidupan
Anak kucing itu telah membukakan mataku tentang harapan cinta kasih sesama makhluk Tuhan
Anak kucing itu telah menyadarkanku, bahwa naungan cinta kasih dapat memberikan suatu kebanggan…….
…………. Anakku telah memberikan cintanya yang tulus kepada seekor anak
kucing yang kehilangan induknya, karena anakku sudah dibesarkan dalam
cinta kasih Tuhan yang luar biasa ………….
Terima kasih Tuhanku……
Kasih Mu memang luar biasa
Mengajarku untuk selalu mengucap syukur dalam segala keadaan……..
Memberikan aku anak anak yang penuh dengan kasih dan harapan……
Terima kasih Tuhanku…….
Anak anakku sudah menjadi anak anak Tuhan sesuai rencana Nya
Anak anakku sudah Kau berikan pengertian tentang suatu inti dasar kasih
Seekor anak kucing telah menyadarkan aku tentang banyak hal hari ini………
Terima kasih anak kucing ku…… terima kasih Tuhanku ……
Ditulis Oleh : Christie Damayanti
Lihat Tulisan Lainnya
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “ Balada Seekor Kucing”
Posting Komentar