Senin, 04 Januari 2010
Terumbu Karang : Sebuah Catatan tentang Makhluk Hidup yang ‘Tersingkir’
Senin, 04 Januari 2010 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
DON’T UPSET THE BALANCE !!!
Kehidupan di Terumbu
Karang didasari oleh hubungan saling ketergantungan antara ribuan
makhluk. Rantai makanan adalah salah satu dari hubungan tersebut.
Terumbu Karang
membutuhkan waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta utuh dan indah.
Yang ada pada saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun
lalu. Perairan Indonesia merupakan pemilik Terumbu Karang yg termasuk
paling ‘kaya’ di dunia. Tentu saja sedapat mungkin kita memetik
manfaatnya. Tetapi, dapatkah kita menjaga kelestariannya ?
Sekilas Terumbu Karang :
Daerah yg banyak Terumbu Karang di Indonesia.
Bila Indonesia menjadi
sangat terkenal di kalangan pencinta bahari, hal ini disebabkan karena
kekayaan ragam kehidupan di kawasan Terumbu Karangnya.
Secara fisik, Terumbu
Karang tidak hanya menampilkan keindahan dunia bawah air, tetapi juga
melindungi pantai dan pulau dari pengikisan arus dan ombak. Selain itu,
Terumbu Karang pun merupakan tempat mencari makan bagi ribuan jenis
biota laut, termasuk yg dikonsumsi manusia, seperti ikan dan udang.
Dengan demikian, rusaknya sebuah Terumbu Karang, karena penambangan
karang, penangkapan ikan dan bahan peledak atau bahkan terinjak kaki
wisatawan pada air surut, bahkan tidak mungkin berakibat hilangnya
berbagai jenis biota laut dari kawasan tersebut.
Terumbu Karang
merupakan asosiasi maririm yg unik, karena sepenuhnya dibentuk oleh
aktivitas biologis. Pada intinya, asosiasi ini merupakan deposit massif
dari kalsium karbonat atau zat kapur yg diproduksi oleh binatang2 karang
serta organism lainnya. Itulah sebabnya, Terumbu Karang Nampak kokoh
dan sering dianggap tidak bernyawa …..
Pembentuk utama
Terumbu Karang adalah koloni karang yg merupakan jaringan jasad renik yg
disebut polip. Hewan yg berproduksi dgn cara perkawinan dan pembelahan
ini, bentuknya menyerupai hewan. Oleh karena itu, polip diklasifikasikan
kedalam klas Anthozoa, yg bebrti hewan berbentuk bunga. Dengan
rumbai2 tentakel di mulutnya, malam hari polip menyantap zooplankton yg
lewat di dekatnya, seperti larva udang.
Dalam hidupnya,
jaringan polip menciptakan hubungan saling menguntungkan ( simbiosis
mutualisma ) dengan sejenis ganggang bersel satu yg disebat Zooxanthellae.
Polip memberikan tempat hidup dan karbondioksida yg dibutuhkan
Zooxanthellae untuk berfotosintesa. Sebagai imbalan, tumbuhan yg juga
memunculkan ragam warna pada permukaan kaeangini akan memberikan
tambahan makanan dan oksigen, disamping membantu pembuatan rangka kalsim
karbonat.
Dengan bentuk hubungan
kerja seperti ini, sinar matahari merupakan kebutuhan utama bagi
karang. Itulah sebabnya, Terumbu Karang banyak dijumpai pada permukaan
laut sampai dengan kedalaman 100 meter. Keruhnya air laut, yg seringkali
disebabkan sungai2 yg membawa lumpur dan polusi, akan menghalangi
ganggang2 untuk berfotosintesa. Pada saat ganggang mati, warna karang
akan berubah menjadi putih. Selain itu, ancaman terhadap karang datang
pula dari sejumlah hewan pemangsa plip, antara lain bintang laut dan
beberapa jenis ikan.
Biasanya, jumlah polip
yg dimangsa dpt diimbangi dgn pertumbuhan polip baru. Namun, ulah
manusia seringkali menyebabkan hilangnya keseimbangan alam tersebut.
Polip baru tidak sempat lagi menggantikan polip yg mati di lingkungan yg
telah rusak …..
Bagaimana Terumbu Karang di Indonesia ?
Kondisi Terumbu Karang
di Indonesia sangat memprihatinkan. Bahkan, sekira 70% Terumbu Karang
dalam keadaan rusak. Terumbu Karang merupakan pusat keanekaragaman
hayati laut terkaya di dunia yang memiliki struktur alami serta
mempunyai nilai estetika yang tiada tara. Selain sebagai lingkungan yang
alami, terumbu karang juga mempunyai banyak manfaat bagi manusia dalam
berbagai aspek ekonomi, sosial dan budaya. Sayang, ternyata banyak
terumbu karang yang rusak.
Terumbu Karang yang telah rusak !
Kerusakan Terumbu Karang yang paling parah terjadi di Sulsel dan tertinggi di Indonesia. Kerusakan Terumbu Karang yang semakin parah dan sulit dihindari itu
antara lain karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat
tentang makna dan fungsi Terumbu Karang.
Selain itu, karena kemiskinan masyarakat sekitar pantai sehingga mereka menjual Terumbu Karang.
Pada tulisan saya : Sedikit Pemikiran untuk Jakarta : Manajemen Pembangunan terhadap Pertumbuhan Fisik Kota ( Bagian : 1 ), telah dijelaskan bahwa,Rencana Umum Tata Ruang ( RUTR ) Kota salah satunya :
“……….
memberikan keseimbangan kepada hubungan manusia dengan alam. Dengan
adanya penataan ruang yg akurat dan transparan, maka akan dapat beri
keseimbangan kepada hubungan manusia dengan alam. Dengan demikian,
tercipta keadaan ekologis yg baik ……….”
Artinya,
bahwa Pemda ( dimanapun ) sudah mengantisipasi untuk membuat konsep
hubungan antara manusia dengan alam. RUTR tidak hanya ‘milik’ tata ruang
kota / bangunan, tetapi juga membuat hubungan yg harmonis, sehingga
selain warga kota hidup dengan damai dan sejahtera, tetapi juga hewan
termasuk juga tumbuhan ( dalam hal ini adalah Terumbu /karang ) bisa
hidup dengan damai untuk kesejahteraan kita bersama.
Jika
tidak ada Terumbu Karang, banyak jenis biota laut termasuk ikan2, tidak
mendapat makanan. Maka, biota laut / ikan2 itupun mati, dan beberapa
jenis biota laut / ikan2 itu mrupakan bahan makanan untuk manusia (
rantai makanan ).
Rantai makanan : Terumbu laut dan biota laut / ikan.
Rantai makanan : Manusia dan biota laut / ikan.
Penyebab lain adalah
ketamakan dari sebagian orang dalam eksploitasi Terumbu Karang dengan
tidak mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Juga, kebijakan dan
strategi pengelolaan yang tidak jelas serta kelemahan kerangka
perundang-undangan dan penegakan hukum bagi perusak terumbu karang.
Kebanyakan Terumbu Karang rusak oleh penggunaan bahan peledak dan obat-obatan untuk mencari ikan, peningkatan laju sedimentasi akibat erosi, pengambilan karang untuk bahan bangunan.
Aktivitas pariwisata yang tinggi tanpa memperhatikan kelestarian
lingkungan juga dapat menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan terumbu
karang. Terumbu karang diinjak atau dicongkel hanya karena untuk
mengambil biota tertentu.
Wisatawan bisa menjadi ancaman bagi Terumbu Karang.
Jika terumbu
karang rusak, maka kehidupan manusia pun akan habis. Terumbu karang
merupakan salah satu organ vital dalam keseimbangan ekosistem. Sehingga,
harus dijaga kelestariannya.
Tags:
Edukasi
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Terumbu Karang : Sebuah Catatan tentang Makhluk Hidup yang ‘Tersingkir’”
Posting Komentar