Rabu, 03 Juli 2013
Ketika ‘Zoning’ Kegiatan Warga Jakarta Berbicara
Rabu, 03 Juli 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Terlihat bangunan2 tinggi Jakarta
sebagai area bisnis dengan pemukiman, perdagangan pergudangan serta
rekresai di bangunan2 dibawah 4 lantai.
Sebelumnya :
Tidak banyak warga kota yang tahu dan
mengerti, apa yang dinamakan ‘zonning’. Zonning adalah ‘pendaerahan’
untuk sebuah kegiatan, supaya masing2 pendaerahan ini saing mendukung,
dan berinteraksi, sebelum ‘keluar’ dari daerah tersebut. Misalnya,
konsep Jakarta untuk daerah pemukiman adalah di Jakarta Selatan, Timur
dan Barat serta sedikit Jakarta Utara.
Sedangkan daerah perkantoran dan
bisnis, memusat di Jakarta Pusat dan sedikit di masing2 wilayah.
Bagaimana dengan kegiatan pergudangan dan pabrik? Pasti sudah ada yang
tahu, di Pulo Gadung dan sebagian di Jakarta Barat dan Utara.
Konsep pendaerahan atau zonning ini,
sudah di teliti oleh ahli2dan pakar2 Jakarta, untuk kenyamanan dan
kesejahteraan warga Jakarta. Artinya, apa yang terjadi jika kita
mempunyai rumah berdekatan dengan pabrik? Atau rumah ita berseberangan
dengan perkantoran atau restauran? Mungkin karena tidak mengerti, kita
biasa2 saja jika rumah kita berseberangan dengan kegiatan bisnis bahkan
pabrik, sekalipun. Atau juga karena kita tidak mempunyai uang lebih
untuk tinggal di perumahan yang memang di desain sebagai hunian murni
…..
Untuk arsitek seperti aku, konsep
zoning adalah awal penentuan langkah selanjutnya untuk mendesain
bangunan atau pemukiman serta perkotaan. Karena tanpa zonning, susah
menentukan bagaimana keutuhan sebuah desain yang komprehensif.
Contoh, bagaimana kita ingin membuat
pendaerahan ( dengan pengelompokan2 yang ditandai dengan grup2 dan
kotak2 diatas. Lalu bagaimana dengan konsep bentuk2 skematik desain
sampai menjadi awal mulai sebuah bangunan.
Bahkan zonning secara vertikal juga
merupakan bagian dari rencana desain sebuah tempat dan kegiatan. Ingat
permainan atau game ‘SIM CITY?’
Ketidaktahuan kita ini, yang membuat
kita malas belajar tentang lingkungan kita, bahkan bukan hanya malas
belajar saja, tetapi sudah menjurus kepada ketidakpedulian kita untuk
kehidupan kita, yang seharusnya kita jaga untuk kebahagiaan kita. Untuk
aku, aku ingin hidup bahagia, yang bukan dari materi saja, tetapi lebih
ke konsep hidup yang lebih hakiki untuk menikmati ciptaan Tuhan lewat
kota tempat tinggal kita.
Seperti tulisan2ku tentang Jakarta,
termasuk tentang pendaerahan kegiatan warga Jakarta, jelas terlihat
bahwa semuanya memang sudah dan harus diatur dengau UU atau peraturan.
Salah satunya adalah perumahan dan rumah2 yang sudah mendapat ijin untuk
di bangun, seharusnyalah tidak diselewengkan dengan membangun ‘bisnis’,
seperti toko, resto atau kantor, bahkan bangunan ibadah. Karena
bangunan ibadah pun, harus sesuai dengan peraturan dan perijinannya.
Konsep kegiatan Jakarta seperti di artikelku tentang Sedikit Pemikiran Untuk Jakarta : Manajemen Pembangunan Terhadap Pertumbuhan Fisik Kota ( Bagian 12 ), sudah aku jelaskan bahwa ( copas dari artikel aku sendiri ):
1. Area / lingkungan hunian
2. Area bisnis / perkantoran
3. Area manufacturing / industry
4. Area rekreasi
Yang masing2 area ‘disatukan’ untuk menjadi sebuah kota yg komprehensif, itulah Jakarta yg aku inginkan …..
Sementara ini situasi di Jakarta mmg
masih agak rancu karena Jakarta memang ‘kota tumbuh’ yg ada sejak hampir
500 th lalu. Tetapi walaupun demikian, sedikit banyak Jakarta sudah
mulai menerapkan zoning yg tepat untuk masing2 kegiatan, misalnya,
dareah bisnis terletak sepanjang jalan Sudirman, Thamrin, Semanggi,
Gatot Subroto dan mulai dikembangkan sepanjang Dr. Satrio sampai
Casablanca. Sedangkan untuk daerah perumahan berada disekitar Jakarta
seperti Bekasi, Bogor, Parung, Tangerang, walau masih banyak disekitang
pusat kota ; Menteng dan Kebayoran, juga daerah Rawamangun.
Sebenarnya menurutku, pengembangan
Jakarta menurut axis Barat Timur sudah tepat karena ke Utara tidak
munkin ( Laut Jawa, kecuali reklamasi ) dan ke Selatan dijadikan tempat
penyerapan air. Tetapi sarana pendukungnya yg belum mendukung.
Misalnya,
jalan axis menuju Sentra Timur ( Pulo Gebang ) dan Sentra Barat (
Kembangan ) sekarang ini sudah ada, ( ke timur, terusan dari Casablanca
lewat Buaran ) tetapi karena tidak / belum dipikirkan secara
komprehensif dan belum terkoordinasi, maka jalan yg ada sekarang ini
sangat sempit / 2 jalur sehingga pasti tidak akan menampung arus
kendaraan yg akan menuju / keluar ke / dari Pulo Gebang. Sekarang sudah macet sekali hingga berjam2. Demikian juga jalan yg menuju Sentra Barat.
Juga kebijaksanaan pemda untuk
menjadikan daerah selatan sebagai daerah penyerapan air, sangat tepat.
Tetapi karena peraturan itu tidak ketat dialankan, maka hasilnya seperti
sekarang ini. Perumahan dan jalan2 tembus /
jalan2 tambahan yg ‘katanya’ tidak boleh terus bertambah, tetapi
kenyataannya terus bertambah, bahkan daerah Selatan sudah menjadi bagian
daerah rawan kemacetan terparah di Jakarta.
Tetapi pada kenyataannya, warga kota
belum peduli dengan keinginan untuk hidup di Jakarta, sebagai kota yang
nyaman untuk tinggal. Warga kota Jakarta, sepertinya masih terfikus
untuk mencari uang sebanyak2nya tanpa peduli dengan lingkungannya, dan
bagi warga kota yang berada, untuk mereka tinggal lebih nyaman, mereka
akan keluar negeri dan bermukim di sana walu teap mempunyai rumah di
Jakarta.
Tetapi untuk warga kota yang hidupnya
pas-pasan seperti ku, dan yang konon termarjinalkan, kuta tetap tinggal
di Jakarta dengan hanya bisa mengelus dada aau hanya memaki2 tentang
keadaan yang dirasa kurang nyaman untuk tinggal dan hidup …..
Kenyataannya, zonning kegiatan Jakarta
sekarang ini agak rancu. Ketika pemda membuat aturan area hunian, justru
si pemilik rumah lebih memilih merombak rumahnya untuk kegiatan
bisnisnya. Atau ketika pemda membuat zonning daerah bisnis dan
perdagangan di Jakarta Pusat, Timur dan Barat, si pemilik bisnis
memunculkan perkantoran besar di selatan Jakarta. Bahkan, ketika bisnis
perkotoan dan mall booming, banyak developer membangun mall berjarak
anya beberapa meter dari mall sebelahnya, padahal semuanya sudah diatur
oleh ahli2 dan urban planner Jakarta untuk kenyaman hidup warga kota …..
Dan sebagai arsitek serta urban planner, aku sangat ingin Jakarta tumbuh dan berkembang dengan lebih baik bagi warganya.
Zoning kegiatan Jakarta, sangat berguna
ketika kita berusaha untuk membuat sebuah rencana kedepan. Tetapi
sangat disayangkan, ketika rencana kita sudah jauh kedepan, justru warga
Jakarta yang tidak peduli dengan ‘pendaerahan’ / zonning, ‘merusak’
zonning tersebut, sehingga semuany menjadi berantakan.
Ada perumahan yang berubah ‘fungsi’
menjadi area bisnis dan perdagangan sehingga pemilik2 rumah yang ingin
menikmati rumahnya dari bising dan polusi bau dan asap, menjadi
terganggu. Ada rumah2 tanpa ijin berdiri di daerah pabrik atau di
bantaran sungai sehingga mengakibatkan banjir atau ada banyak mall besar
yang membuat macet tidak karuan di lingkungan perumahan, sementara mall
tersebut hanya lebih mengutamakan hedonisme …..
Hehehe ….. mungkin ini hanya sekedar
‘asal omong’ dari hatiku saja. Mungin aku hanya berangan2 saja tentang
Jakarta yang aku inginkan. Tetapi bermimpi tidak salah, kan? Dan mimpi
itu tidak berbatas! Aku selalu bermimpi, dan sebagian besar mimpiku
terkabul, sejalan dengan keinginan dan rencana Tuhan …..
#mimpitentangjakartalebihbaikuntuwarga ……
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Ketika ‘Zoning’ Kegiatan Warga Jakarta Berbicara”
Posting Komentar