Rabu, 05 Februari 2014

Sahabat Kami Terjebak dan Terbakar dalam Mobil


By Christie Damayanti


1391577105750487011
Dokumen : Hermawan
Dari kiri : Berdiri : Hermawan, Wahyu dan Marik - Duduk : Pedro, Julianto, Ferry

“Life is The Art of Drawing without an Eraser” by John W.Gardner

Iseng di mobil aku buka2 BB. Melihat2 foto profile teman2ku. Sering tersenyum dengan foto2 itu, bahkan tertawa ketika ada foto lucu. Banyak yang memasang foto keluarga atau teman2 di lingkungannya. Banyak juga memasang foto anak2 dan kegiatannya. Tetapi ketika aku memandang sebuah foto ‘jadul’, ingatanku melayang sekitar 24 tahun lalu …..

Foto itu ada di profil Hermawan, salah satu teman baikku jaman kuliah arsitektur. Aku memang tidak terlalu dekat dengan dia, karena dulu dia agak tertutup dan menarik diri dengan kegiatan2ku, sementara aku sangat terbuka dengan teman2ku. Tetapi yang jelas, aku ingat sekali, Hermawan mempunyai talenta yang luar biasa! Sketsanya cantik dan ok banget, untuk menjadi calon arsitek.

Kelompok Hermawan berada di ‘jalur’ teman2 yang mempunyai talenta sketsa bagus. Ada Julianto, Wahyu, Marik dan Ferry. Aku kagum dengan sjetsa mereka, walau aku agak ‘ngeri’ dengan mereka karena penampilan fisik mereka besar2, sedikit ‘preman ( hihihi … ) dan terdengar ‘lelaki’ banget!

Kelompokku berbeda. Walau aku cewe sendirian, terdiri dari Agustinus, Agus, Agus Jin, Bob dan AB, kami banyak becanda lebih kepada saling meledek dan bekerja sama dengan baik. Mereka sering ke rumahku karena sebagian besar dari mereka adalah orang luar pulau dan mereka kost di Jakarta untuk kuliah.

Dan walau kelompok kami berbeda, kami cukup baik berteman. Kadang2 juga kelompok kami melebur jadi satu jika tugas kami harus mempunyai banyak anggota. Seperti tugas Studio Perkotaan dan Studio Pemukiman, aku ingat kami bekerjasama dalam 1 kelompok besar, atau ketika Mata Kuliah Perancangan 6 ( pilihan ), kami juga bekerja sama walau tidak semua tim ( karena beberapa yang tertinggal ).

Wahyu adalah salah satu tim Hermawan. Lihat di foto, kedua dari kiri yang berdiri. Wahyu berbadan kekar, tegap, tinggi dan besar. Sepertinya, dia yang terbesar di kelompok itu. Jujur, aku agak ‘takut’ dengannya. Betapa tidak? Dengan tubuh besarnya, wajahnya juga ‘preman’ banget! Seingatku, tinggi tubuhku hanya sekitar se dada bidangnya! Hihi …..

Tetapi ketika kami sudah ‘masuk’ ke dalam tugas2 rutin sebagai mahasiswa, ternyata Wahyu tidak se’mengerikan’ tubuh dan wajahnya. Justru dia sangat kocak. Selalu ada cerita lucu yang dia bawa dan membuat kami pasti tertawa terpingkal2. Dan sepertinya juga,tidak ada hari yang tidak tertawa jika dekat dengan Wahyu. Sehingga, kami benar2 akrab dengan masing2 dari kelompok kami, walau sering kami berada dalam perjuangan masing2 untuk bisa lulus segera dengan hasil yang memuaskan, sebagai calon2 arsitek muda …..

Suatu hari, entah mengapa ( aku lupa ) Wahyu membawakan sebuah kaos putih bergambar si kucing Gardfield. Dia tahu bahwa aku suka Gardfield, waktu itu. Seingatku, dia jalan2 ke Bandung dan kaos putih bergambar Garfield itu, dibawakannya dari sana untukku. Senang pastinya! Dan aku benar2 sayang dengan Wahyu dan teman2 yang lain, sebagai sahabat.

Beberapa hari setelah, kampusku di lantai 7 dan 8 ( arsitektur ) gempar karena meninggalnya Wahyu, salah satu sahabat kami, di tahun pertama kami kuliah tahun 1988 …..

Hah??? Wahyu meninggal???

Aku bergidik ngeri. Baru beberapa hari yang lalu dia memberikan aku sebuah kaos putih bergambar Garfield, masa’ sih dia sudah meninggal? Umur kita baru belasan tahun, mengapa dia meninggal begitu cepat? Ada apa? Aku terus bertanya, tetapi belum ada yang bis menjawab, sampai kemudian ada yang menginformasikan lebih mengerikan tentang meninggalnya Wahyu …..

Kasak kusuk yang berkembang dan menjadi berita update bahwa Wahyu meninggal karena kecelakaan di tol. Mobilnya terbakar dan Wahyu terpanggang di mobil itu ….. Walau aku belum tahu detailnya, sampai sesaat sebelum ngobrol dengan Hermawan lewat BBM, aku meyakinkan bahwa Wahyu meninggal terpanggang di mobil akibat kecelakaan. Saksi temanku sewaktu melayat, bahwa hanya tinggal giginya yang menjadi bukti dan kepastian bahwa Wahyu benar2 meninggal di sana …..

***

Cukup lama cerita tentang meninggalnya Wahyu waktu itu, membuat kami terus mengenangnya. Terutama aku, sebagai salah satu teman nya yang menjadi angkatan kuliah kami lebih ‘kocak’ karena Wahyu. Bahkan sampai sekarang pun, ketika aku ngobrol dengan Hermawan lewat BBM, kenangan tentang jaman kuliah di kampus tercinta, termasuk kenangan tentang Wahyu terkuak lagi.

Ternyata dari cerita Hermawan, ketika itu Wahyu meninggal bukan karena kecelakaan di tol. Tetapi dia sedang dugem dari diskotik dengan teman2 lamanya ( bukan dengan teman kampus ) di Roxy. Pulangnya, dia ngebut dan menabrak pohon. Teman2nya  tidak berani menolog dia karena sudah ada api, dan sampai api membesar, Wahyu terpanggang di mobil itu. 

Entahlah, apakah karena dia tidak bisa keluar, terjepit karena menabrak pohon, atau apapun faktanya, Wahyu meninggal dengan tragis dalam umur masih belasan tahun, kuliah semester satu dan meninggalkan kenangan yang tak terhingga pada keluarga terkasihnya, juga teman dan sahabat2nya ……
***
Kenangan merupakan sebuah bunga dan luka. Ada baiknya kenangan menjadi titik balik untuk hidup selanjutnya, atau menjadi barometer untuk memperbaiki kesalahan kita. Kenangan indah tentang teman2 dan sahabat2ku semasa sekolah dan kuliah, merupakan kenangan yang tidak akan terlupakan. Tetapi jika kenangan itu berubah menjadi buruk seperti cerita Wahyu, sangat bisa menjadi pelajaran tentang hidup.

Bahwa hidup memang sebuah misteri. Dan Tuhan juga memberi hidup kita, sebagai berkat dan rahmat, untuk kita bisa menjalani hidup dengan baik sesuai dengan keinginan NYA. Aku percaya, Tuhan tidak akan memberikan kita ‘kecelakaan’ dalah hidup kita tetapi damai sejahtera. Tetapi kitalah yang membelokkan hidup kita, sesuai dengan keinginan kita sendiri, BUKAN keinginan Tuhan …..

Seperti kata Hermawan di statusnya di BBM sesuai dengan hasil ngobrol kami dan foto jadul itu, juga di atas artikel ini,

“Life is The Art of Drawing without an Eraser” by John W.Gardner

Bahwa ketika Tuhan memberi hidup untuk kita, seharusnyalah kita mampu menjaganya sesuai dengan keinginan Tuhan, karena hdup kita tidak akan bisa ‘dihapus’. Walau bisa diperbaiki, tetapi apakah kita yakin bahwa maut akan menjemput kita setelah kita memperbaiki hidup kita? Jangan2 5 menit di depan kita, Tuhan memanggil kita sebelum hidup kita kembali ‘bersih’ …..


Tags:

0 Responses to “Sahabat Kami Terjebak dan Terbakar dalam Mobil”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks