Senin, 10 Februari 2014

“Pak Amon, Bapak Tidak Sendiri!” Sebuah Kesaksian…..



By Christie Damayanti

13920067771456880212

Tangan kiri pak Amon yang kaku dalam genggamanku, bersama Angel dan bu Simanjuntak. Dan raut wjah pak Amon sudah berubah dan mulai tersenyum dalam menapaki kehidupnanya …… Puji Tuhan!

Sore itu, seseorang sms aku. Namanya Angel. Dia salah satu teman Yordan, anak pak Didin yang adalah salah satu sahabatku insan pasca stroke. Yang tahun lalu sempat terpuruk dan marah kepada Tuhan, dan ketika Tuhan membawaku ke rumahnya lewat program ‘Weekend Spirit’ di Radio Pelita Kasih RPK 96.3 FM. Dan pak Didin sudah menjadi salah satu insan yang inspirasif dengan karyanya dalam bermusik, setelah beliau menjadi sangat bersemangat!

Lihat tulisanku dn tulisan pak Didin :




Angel sms aku, dan bercerita bahwa papanya sudah 2 tahun stroke lumpuh sebelah kiri, tetapi beliau sama sekali tidak mau ‘bergerak’. Hanya duduk diam dan seakan marah kepada Tuhan. Mungkin salah juga dengan perkiraan2 kami, tetapi karena beliau tidak mau berbicara apalagi curhat, Angel dan keluarganya mengira demikian.

Namanya pak Amon Simanjuntak, berumur 58 tahun. Jika beliau berbicara adalah hanya dalam kemarahan. Kepada keluarganya yang mencintainya dan terus tidak berhenti mendoakannya. Bahkan sahabat dan teman2nya pun yang tetap dan masih peduli dengan beliau, pun tidak mendapat respon baik dari beliau untuk membantunya.

Itu hari Jumat sore kemarin dan kupikir hari Sabtu aku memang untuk pelayanan setelah terapi dan sebelum siaran radio, berbagi motivasi. Lalu langsung aku putuskan untuk aku datang ke rumahnya di Lenteng Agung. Dan Angel bersedia menjemputku bersama dengan mamanya, karena mobilku harus antar jemput Michelle, anakku yang les Bahasa Inggris.

Sekitar jam 11.00 siang hari Sabtunya 8 Februari 2014, aku dijemput. Hujan deras dan suasana tidak bersahabat. Agak dingin,  tetapi hatiku hangat dalam pelukan Tuhan Yesus. Ya, ketika aku ingin melakukan yang terbaik untuk orang lain, walaupun hanya sekedar tersenyum hatiku selalu hangat, ceria dan bahagia, walaupun suasana di lingkunganku sangat tidak bersahabat, seperti cuaca yang benar2 buruk, Sabtu kemarin …..

Aku meninggalkan mamaku sendiri karena kedua anakku sibuk dengan tugas2 belajarnya dan supirku bersama Michelle. Tetapi aku tahu, ada yang harus ‘dikorbankan’, ketika kita berani untuk melakukan yang terbaik dalam Tuhan. Mamaku sendiri di rumah dengan cuaca yang buruk, hujan lebat, gelap dan dingin. Aku sangat yakin, Tuhan menjaga mamaku. Rumah itu dibentengi oleh Tentara Malaikat Tuhan …..

Dari Tebet ke Lenteng Agung sebenarnya tidak terlalu jauh. Tetapi dengan hujan lebat dan banyak air tergenang di beberapa titik ruas jalan, membuat kemacetan yang cukup panjang. Sehingga baru jam 12.30 kami tiba di lokasi. Sebuah rumah dan keluarga yang nyaman, yang aku yakin sebenarnya pak Amon bisa ‘bangkit’ dalam penyebuhannya sebagai insan pasca stroke.

Melangkah masuk rumah, aku berjalan perlahan sambil terus tersenyum. Pak Amon duduk di ruang keluarga. Sendiri dengan ditemani TV. Kata bu Simanjuntak, pak Amon memakai napkin dewasa, karena beliau sama sekali ( atau belum ) tidak bisa berjalan. Beliau bergerak memakai kursi roda, tetapi jika tidak ada orang di rumahnya, beliau hanya duduk di kursi itu sendiri …..

Aku menghampiri pak Amon. Wajahnya memang ‘keras’, khas etnis Batak. Terlihat ‘marah’ kepada sesuatu dan matanya menyorot tajam kearahku. Sedikit aku bergetar tetapi aku tetap tersenyum dan tidak lama beliau tersenyum juga ke arahku dan sorot matanya melembut. Dan karena aku memang cerewet, walau belum sampai ketempat beliau duduk, aku pun sudah memberi salam,

“Hallo, saya Christie” …..

Aku menyalami pak Amon dengan angel membimbingku. Aku duduk nyaman di sisi pak Amon dan tersenyum. Hanya tersenyum dan hatiku seperti memeluknya. Mulai berbicara ringan. Cerita tentang masing, dan pak Amon mulai terbuka. Dengan ditemani bu Simanjuntak serta Angel, kami berinteraksi dan sharing tentang awal stroke, pengobatan, kegiatan sehari2 atau rencana masa depan. Tidak lupa juga, aku selalu memberikan buku2ku sebagai hadiah untuk mereka dan untuk dibaca, bahwa AKU SAMA DENGAN MEREKA! Insan pasca stroke yang cacat, dan dalam keterbatasan!

Memang, pak Amon agak susah berbicara. Bukan, bukan susah berbecara seperti aku, tetapi matanya masih menyootkan ’sesuatu’ yang tidak jelas atau hatinya masih sedikit ‘membatu’, sehingga sepertinya apa yang kami tanyakan atau apa yang kami inginkan beliau menjawab, pak Amon sama sekali tidak menjawab, walau berkali2 kami bertanya. Dan itu yang dilakukan selama 2 tahun ini jika ada yang bertanya ……

Aku sedikit mengamati fisik pak Amon. Sepertiku, walau beliau lumpuh tubuh sebelah kiri ( aku sebelah kanan ), terlihat tangan kirinya membengkok, seperti aku JIKA AKU TIDAK MENGGERAK2ANNYA SEBAGAI TERAPI! Itu yang kami butuhka dalam terapi. Tetapi karena pak Amon tidam kamu diterapi, sehingga wujud nyata tangan kirinya semakin bengkok dan sedikit mengecil. 

Dan sambil tersenyum, aku mengambil tangan kirinya, mengusap2nya dengan kasih Tuhan, mulai ‘menerapinya’ sesuai yang diajarkan oleh pak Seman, terapist ku. Semakin lama sambil bercerita dan terus tersenyum, tanan kirinya semakin lembut, dari awalnya yang sangat kaku dan ‘keras’ …..

Aku tetap bercerita, dan banyak bertanya ( maklum, aku memang cerewet sekali ). Aku tetap mengamati fisik pak Amon dan memperhatikan raut wajah beliau. Kaki kirinya memang agak mengecil. Bahkan tangan kirinya belum mau diluruskan, sampai aku pulang. Tetapi tetap ada kemajuan, ketika hati pak Amon semakin lama semakin terbuka. Telapak tangan kirinya menjadi ringan dan semakin tidak kaku lagi, walau harus terus di terapi. Hati beliau yang sudah sedikit tenang, terpancar dari wajah beliau yang semakin lebar tersenyum, bahkan Angel yang sering meminta papanya untuk menunjukan gigi ompongnya, pak Amon membalasnya sambil bercanda …… Puji Tuhan!

***

Ketika kita berkesempatan untuk membantu orang2 yang membutuhkan kita, adaah sebuah kesempatan sebagai uluran tangan Tuhan. Dan ketika yang dibantu ternyata bisa mendapatkan sebuah ‘hasil’ yang mungkin orang lain tidak melihat dan mengerti, kita yang mencoba membantunya, pasti akan bahagia.

Seperti aku, aku sangat berbahagia ketika pak Amon merasa senang dengan kehadiranku dan beliau mengatakan hal itu sambil sedikit mengusap matanya yang memerah. Memang tidak gampang membuat orang percaya bahwa KITA TIDAK SENDIRI! Banyak insan pasca stroke, yang bangkit dari terpurukannya, seperti aku. Pun jika memang sekeliling kita benar2 menjauhi kita, tetap PERCAYA, bahwa KITA TIDAKSENDIRI dan TIDAK AKAN PERNAH SENDIRI, karena TUHAN SELALU ADA DI SISI KITA ……

Dan itu adalah kesaksianku sebagai insan pasca stroke yang dalam keterbatasan. Walau semuanya ‘meninggalkanku’ ( bukan karena benar2 ditinggalkan, tetapi mereka mempunyai kegiatan sendiri2 dan aku hanya bisa berada disini, tanpa bisa bergerak ), tetapi TUHAN YESUS tetap ada di sisiku, sehingga DIA membuat aku tetap bisa sejajar dengan mereka walau masih dalam keterbatasan …..

Tetap semangat, pak Amon. Aku akan terus berada di sisi bapak jika bapak membutuhkan teman, dan jangan lupa bahwa Tuhan ada disisi bapak, untuk memulihkan bapak, sesuai dengan rencananya. Dan semua yang terbaik, adalah yang Tuhan lakukan dalam diri kita semua …..

Salamku untuk bapak dan doaku untuk keluarga …


Tags:

0 Responses to ““Pak Amon, Bapak Tidak Sendiri!” Sebuah Kesaksian…..”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks