Home
» Sosok
» Aku, Makan Pagi dan Bapak Prof. Kalamullah Ramli [Staff Ahli Menkominfo] di Yogyakarta
Selasa, 28 Mei 2013
Aku, Makan Pagi dan Bapak Prof. Kalamullah Ramli [Staff Ahli Menkominfo] di Yogyakarta
Selasa, 28 Mei 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Tags:
Catatan Harian ,
kuliner ,
Sosok
Tidak banyak makan pagi di hotel besar
sesuai dengan yang kita inginkan. Kalau di hotel kecil ( kelas Melati )
di Indonesia, biasanya kita mendapatkan paling tidak segelas teh manis
hangat dengan setangkup roti berisi mentega atau coklat meises, serta (
kadang2 ) sebutir telur rebus dan garamnya.
Jika menginap di hotel2 yang lebih besar
( kelas 1 sampai 3 ), biasanya makanan pagi yang kita terima adalah
hidangan makanan khas daerha tersebut, atau setidaknya ada nasi goreng,
bakmi goreng, telur dengan asesorisnya. Atau bubur ayam dengan segala
pernak perniknya. Minumnya adalah teh hangat atau kopi dengan susu atau
creamer.
Lebih tinggi lagi, ketika kita menginap
di hotel bintang 4 keatas, kita akan mendapatkan makan pagi dengan jenis
makanan yang beraneka ragam. Dari makanan lokal, atau khas daerah
masing2, makanan Eropa atau Amerika ( American Breakfast ). Ditambah
sekelompok bubur ayam, cereal, roti manis atau roti bakar dengan banyak
rasa ( ada keju, yougurt, ham, dan sebagainya ) juga telur yang kita
bisa minta di masak apa saja. Sangat menyenangkan! Apalagi, jika membawa
anak2 mereka sangat suka dengan berbagai jenis makanan di mata mereka
dan mereka boleh memilihnya, tanpa biaya tambahan.
Tetapi untukku sendiri, makan pagi
dengan beraneka makanan dan mahal2 tersebut, tidak memenuhi seleraku.
Aku sering bepergian, apalagi jika untuk survey dari kantor atau
perjalanan dinas, kami selalu tinggal di hotel2 bintang 5, di seluruh
dunia. Dan makanannya pasti ya seperti itu.
Kalau di hotel menengah di Indonesia,
jenis makan pagi lokal dan khas daerah itu ( nasi goreng, bakmi goreng
atau sejenisnya ), aku agak tidak nyaman. Mendingan aku memilih roti
bakar dengan mentega dan selai atau bubur ayam. Jika di hotel bintang 5,
aku pasti memilih makanan Eropa atau Amerika. Bukan karena mau
‘gaya2an’, tetapi dengan makanan barat seperti itu, rasanya standard!
Sepiring makan pagi barat biasanya aku
memilih kentang ( goreng atau rebus, di potong panjang2 atau seperti
wedges ), sosis, ham goreng, kacang saos tomat ( biasanya ‘bean’
kalengan ), serta memesan sebutir telur, entah di ceplok, di dadar atau
omelet dengan isi jamur, tomat atau sayur2an. Dan minumnya jus buah,
serta penutupnya teh + susu dengan sedikit gula.
Makanan khas barat tersebut, rasanya
memang standart, tetapi paling tidak cukup untuk makan pagi, dibanding
makanan lokal yang tidak standard. Rasa standard untukku adalah cukup
enak.Rasa sosis adalah sosis,paling perbedaannya sosis lokal atau sosis
import. Ham goreng atau kentang goreng rasanya ya sama saja, kan? ‘Bean’
kalengan juga rasanya sama dimana2, dan kita tidak sering makan ini.
Dan telur, rasanya juga sama ……
Jadi, ketika kami berada di Yogyakarta
minggu lalu dalam rangka sosialisasi ‘Internet Sehat dan Aman’ bersama
Kominfo, kami menginap di sebuah hotel baru, Sahid the Rich di Jalan
Magelang. Besar dan cukup menarik. Makan paginya sama yang aku tuliskan
diatas. Dan 3 hari itu, aku mmilih makan pagi ala barat, sepiring
kentang goreng, sosis import, ham goreng serta ‘bean’ kalengan sebagai
bumbunya.
Sepiring lagi adalah salad ( sayur
mentah ) dengan isi selada, timun, tomat, bean segar rebus, jagung rebus
dengan saos Thausand Insland. Sepiring lagi adalah buah2an, dengan
minum jus jambu. Dan penutupnya teh + susu dengan sedikit gula. Hmmm,
untukku sangat mengenyangkan! Ini adalah makanan sehat untukku, dengan
sedikit kolesterol.
Menu
makan pagiku disana, selama di Yogyakarta : Bean, sosis, ham goreng,
kentang, salad dengan Thausand Island, susu segar sera teh dan dicampur
susu …..
Tiga kali makan pagi disana, dengan mba
Vema dan mba Dewi, membuat aku bertambah akrab dengan mereka. Sambil
bergurau, kami melahap makan pagi kami dengan nyaman. Jika aku dan mba
Vema seleranya sama untuk makan pagi, tidak demikian halnya mba Dewi.
Dia makan dengan porsi lebih kecil, dan yang dimakan berlainan serta
campur2. Bukan khas barat seperti kami, tetapi pertama selalu mengambil
buah, lalu makanan lokal, kemudian roti. Begitu juga hari2 berikutnya.
Ya sudah ….. semuanya memang tergantung selera, kan ?
Sambil makan pagi di hari terakhir, aku dengan mba Vema serta mba Dewi mengobrol. Aku memang membawa buku-ku yang pertama “Ketika Tuhan Mengizinkan Aku sakit”.
Sengaja aku bawa dari kamar untuk aku berikan kepada Bapak Prof.
Kalamullah Ramli, Staff Ahli MenKominfo di bidang Teknoogi dan
Informasi, yang hari sebelumnya menjadi nara sumber bersama dengan aku
di Kampus Atmajaya dan Kampus UGM ( lihat tulisanku [IDKita Kompasiana] Cerita di Kampus Atmajaya dan Kampus Gajah Mada ).
Menu makan pagiku ternyata selalu sama dengan mba Vema, tetapi sangat berbeda dengan mba Dewi …..
Memang tidak janjian. Kemarin aku lupa
untuk memberikannya jadi pagi itu aku akan memberi buku dengan berfoto
bersama. Sebenarnya aku takut beliau langsung pulang paginya, ternyata
pesawatnya jam 10.00 pagi, sehingga kami sempat makan pagi bersama, dan
aku menyerahkan buku-ku untuk beliau dan berfoto bersama ……
Seperti pak Teddy Sukardi, ketua Umum IKTII ( lihat tulisanku [ IDKita Kompasiana ] Mengajak STIE YKPN Yogyakarta untuk Berbagi Demi Bangsa ),
aku melihat pak Kalamullah Ramli adalah seorang pria pintar dengan
pekerjaan yang tidak main2 sebagai Staff Ahli Menteri Kominfo. Pasti
tidak pernah bersenda gurau bersama, apalagi dengan perempuan seperti
aku.
Tetapi ketika kami berada di 1 mimbar sebagai nara sumber, pak
Kalamullah ternyata seorang yang nyaman untuk diajak diskusi. Tidak
untuk hanya bicara yang ‘berat2′ secara aku bukan di bidang yang beliau
tangani. Apalagi ketika kami makan malam bersama dengan bu Mariam
F.Barata, kami sempat ‘ngakak bersama berada di ruangan sempit tanpa AC
serta panas luar biasa menunggu Bakmi Jawa kami keluar ……
Ternyata pak Kalamullah atau kami
memanggil beliau dengan pak Mully ( karena nama beliau memang susah
disebutkan, apalag untuk aku ) cukup humoris dan selalu tersenyum,
sehingga hari itu aku ingin memberikan bukuku untuk beliau, secara aku
yakin bahwa beliau akan membacanya, bukan hanya membaca yang ‘berat2′
tentang IT. Dan kami bertukar kartu nama, nomor telepon, pin BB serta
Facebook, secara beliau juga aktif bermain di Facebook untuk memantau
anak2nya …..
Semoga berkenan, ya pak Mully ….. dan
pasti kita bisa melayani masyarat luas lagi untuk sosialisasi ‘Internet
Sehat dan Aman’, bukan?
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Aku, Makan Pagi dan Bapak Prof. Kalamullah Ramli [Staff Ahli Menkominfo] di Yogyakarta”
Posting Komentar