Jumat, 13 April 2012
‘Disfagia’: Menelan Sayur-pun Aku Tidak Mampu
Jumat, 13 April 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
‘Cacat’ aku yang lain karena stroke adalah susah untuk menelan atau disebut ‘Disfagia’. Sebenarnya, banyak penderita ( yang bukan stroke ) tidak sadar bahwa mereka mengalami disfagia. Tetapi karena aku memang sudah terserang stroke, dan aku mempelajari apa yang ‘kurang’ pada tubuhku, langsung aku menghubungkan banyak kecacatanku dengan serangan stroke-ku. Dan semuanya aku diskusikan dengan dokter dan terapistku, termasuk diskusi tentang ’susah menelan’.
Setelah stroke 2 tahun lalu, dalam waktu hari pertama terserang sampai 14 hari di Amerika sebelum aku di’pulangkan’ ke Indonesia, beratku turun 12 kilogram. Memang, karena aku masih shock dengan keadaanku, dan makananku tidak cocok ke tubuhku ( makanan rumah sakit khusus stroke, lagi! ) serta yang paling utama adalah ‘aku sangat susah untuk menelan’ …..
Hari ke-4 setelah aku stroke, aku baru diberi cairan lewat mulutku, setelah berhari2 aku di infuse demi memenuhi nutrisi dalam tubuhku ( lihat tulisanku Sebuah Kesaksian: Bagaimana Manyikapi dan ‘Berteman’ dengan Stroke Dalam Usia Muda Untuk Menghadapi Masa Depan…( Bagian 1 ). Begitu aku diminta untuk meminum air putih hangat, aku tersedak …. Begitupun beberapa kali aku diminta meminumnya, aku tetap tersedak ….. wah, bagaimana aku bisa makan, lahhhh ….. minum air biasa saja aku tidak mampu?
Setelah aku sudah bisa minum air putih, dalam beberapa jam, aku mulai diberikan terapi dengan memakan makanan melewati mulutku. Aku diberi es krim, untuk melancarkan tenggorokanku yang memang lumpuh separuh, seperti tubuhku yang juga lumpuh separuh. Lagi2 aku tersedak hebat sampai beberapa saat sebelum aku mulai bisa menelannya ……
*hhhhhhh, mataku sampai berair karena menahan sensai aneh yang ada di tenggorokanku sewaktu mencoba menelan air dan es krim* …..
Dalam referensi yang aku baca, ‘disfagia berasar dari bahasa Yunani yang berarti gangguan makan, termasuk juga kepada gangguan proses menelan. Disfagia akan menjadi ancaman seriu terhadap kesehatan seseorang jika ada resiko dehidrasi, penurunan berat badat yang signifikan serta sumbatan jalan pernafasan.
Karena aku memang sedang mengalami recovery atau penyembuhan stroke-ku, aku sangat tahu bahwa ‘cacat’ disfagia-ku bukan karena banyak sebab ( seperti oto2 menelanku terkena virus atau karena penyumbatan sesuatu dalam tenggorokanku ), tetapi memang karena separuh tubuhku, termasuk separuh jalan nafas serta makanku yang sebelah kanan, mengalami kelumpuhan,sehingga aku berusaha untuk terus ‘terapi’ diri walau sangat tidak mudah …..
Untuk kasusku yang mengalami cacat menelan, aku tidak diminta untuk pemeriksaan banyak hal, seperti pemeriksaan endoskopi, apalagi pembedahan. Jika dokter ( sampai sekarang ), ang memeriksaku dalam general chek up, dan dia memeriksa tenggorokanku dengan menyorot cahaya senter lewat mulutku, kata dokter, sangat terlihat bahwa jalur makanku ( tenggorokanku ) yang sebelah kanan sedikit ‘menutup’, sehingga aku hanya bisa menelan ½ dari tenggorokanku untuk menelan ….. Pantas, aku merasa sangat susah untuk menelan, bahkan sampai sekarang!
Sahabat,
Apakah kalian tahu, bahwa sampai sekarangpun, aku belum bisa menelan daging, bahkan menelan sayur, jika daging itu tidak di ‘rajang’ ( dipotong kecil-kecil ) dengan halus serta sayur itu tidak di cacah ( seperti untuk bayi ) dengan lembut? Sampai sekarang, jika aku mencoba untuk memakan sayur yang tidak dicacah dengan lembut, dan aku mencoba untuk menelannya, aku pasti tersedak, karena sayur itu akan ‘nyangkut’ di leherku, dan aku masih bisa ‘menarik’nya lewat mulutku ……
Dan jika aku tidak minta tolong untuk ‘merajang’ daging yang aku akan makan, daging itu akan terus bergerak ( hanya bergerak ! ) dalam mulutku, tidak mau tertelan, walau aku sampai ‘merem melek’ untuk mencoba menelannya …..
Begitu juga jika aku mencoba untuk menelah obat dan vitaminku, langsung, lebih dari 1 kapsul atau tablet, tetap saja obat dan vitaminku hanya ‘berputar2′ dalam mulutku tanpa aku berhasil untuk menelannya, dan alhasil, aku banya tersedak …..
Alhasil, tubuhku semakin kurus, sejak aku terserang stroke. Sekarang, beratku hanya sekitar 41 - 43 kg, sementara sebelum sakit, aku hampir 57 kg! Pun, jika orang tuaku tidak ‘mencekoki’ banyak makanan kepadaku, aku menjadi lebih kurus lagi karena ‘cacat’ku yang susah menelan, ditambah pola diet dan makanku yang tidak boleh sembarangan ……
Karena ‘disfagia’ku disebabkan oleh stroke, dokterku meminta aku terus menjalankan ‘terapi’ pribadi untuk penyembuhanku. Yaitu, aku selalu berusaha terus untuk mencoba menelan, menelan dan menelan. Dalam menelan, aku sering mengalami ’sensasi’ aneh. Seakan2, di tenggorokanku, ada ’sesuatu’ yang susah untuk aku jabarkan. Ketika aku ke dokter, dan dokterku melihat apa yang ada di tenggorokanku, dia hanya mengatakan bahwa memang, tenggorokanku sebelah kanan agak menyempit, sehingga aku merasa ‘aneh’, apalagi untuk menelan.
Ditambah, aku memang juga agak sesak nafas ( asma ), sejak SMA, tetapi jika aku sedang stress atau melihat dan mencium asap, apapun asap itu ( asap pembakaran, asap sate, apalagi asap rokok ). Sehingga, ‘cacat’ di tenggorokanku semakin meningkat, ketika asmaku kumat!
Selama proses menelan, otot2 diaktifkan secara berurtan dan secara teratur dipicu dengan dorongan otot2 khusus. Jaringan syaraf, yang bertanggung-jawab untuk menelan otomatis ini, disebut dengan pola generator pusat, yang berhubungan dengan batang otak.
Yang jelas, jika aku hanya sendiri dalam banyak orang, dan aku tidak ditemani oleh orang2 yang tahu dan mengerti aku, dan aku harus mengambil makanan sendiri, banyak yang aku akan hadapi :
- Dengan tangan kiri saja, aku susah untuk menagmbil makanan
- Aku harus benar2 memilih makanan yang sesuai dengan pola dietku
- Aku harus benar2 memilih makanan itu lembut, tidak pedas serta bukan daging
Karena, jika tidak ada yang menemaniku makan, aku tidak akan bisa memotong2 daging dengan kecil-kecil ( merajang ) yang sesuai dengan pola dietku, dan tidak ada yang mencacah lembut sayurku, aku tidak bisa menelannya ….. mungkin aku hanya mencari nasi, dengan sop atau buah saja …..
Jadi, bagaimana aku bisa ‘gemuk’ lagi, jika aku belum bisa sembuh dari ‘cacat’ disfagia? Uuuhh ….. ada ada saja, bagi tubuh ‘cacat’ karena stroke …..
*just ordinary disabled woman because of stroke*
Salamku …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “ ‘Disfagia’: Menelan Sayur-pun Aku Tidak Mampu”
Posting Komentar